13
tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit menurut ketentuan yang berlaku. Kualitas kredit didasarkan pada ketepatan pembayaran kembali angsuran
pokok dan bunga serta kemampuan peminjam dari kondisi usahanya. Kualitas kredit menurut SK DIR. BI No.30267KepDIR1998 adalah lancar pass, dalam
perhatian khusus special mention, kurang lancar substandard, diragukan doubtful, dan macet loss. Kriteria kualitas kredit tersebut dijelaskan secara
rinci sebagai berikut. Kredit yang termasuk dalam golongan lancar dinilai sebagai kredit yang
performing loan, sedangkan kredit yang masuk golongan kurang lancar, diragukan dan macet dinilai sebagai kredit non performing loan. Oleh karena itu
yang dimaksud dalam kriteria kredit bermasalah, adalah kredit yang tidak terbayar oleh debitur, sehingga yang termasuk dalam kriteria bermasalah ada 4 empat,
yaitu kredit dalam perhatian khusus, kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.
2.1.2 Faktor-Faktor Fundamental yang Memengaruhi Penyaluran Kredit
Perbankan
Jika dikaitkan dengan kredit yang disalurkan oleh perbankan, maka analisis fundamental adalah suatu teknik yang mencoba untuk menentukan atau
menetapkan besarnya kredit yang disalurkan oleh Bank Umum dengan memfokuskan pada faktor-faktor dasar fundamental yang memengaruhi secara
nyata usaha atau kinerja perbankan dilihat dari laporan keuangannya. Faktor- faktor fundamental yang akan dikaji pada penelitian ini meliputi CAR, ROA,
DPK, serta NPL. Selanjutnya akan disajikan penjelasan masing-masing faktor tersebut secara lebih rinci, serta keterkaitannya dengan kredit perbankan
a. Keterkaitan Capital Adequancy Ratio CAR dan Kredit Perbankan
Rasio utama permodalan yaitu Capital Adequancy Ratio CAR, angka rasio tersebut menunjukkan kecukupan modal suatu bank. Nilai CAR diperoleh
dari hasil perbandingan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko atau ATMR Djoko, 2006:78. Selain itu, Capital Adequency Ratio juga dapat
14
menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, sehingga semakin besar nilai rasionya, maka semakin baik
pula banknya. Saryadi 2013 menyatakan bahwa CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk
keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank, salah satunya pemberian kredit yang
dilakukan oleh perbankan. Semakin tinggi CAR yang dimiliki suatu bank, maka semakin besar kredit yang disalurkannya, begitu pula sebaliknya. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi CAR, maka semakin besar sumber daya financial yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan
oleh penyaluran kredit, sehingga pihak perbankan lebih percaya diri dalam menyalurkan kreditnya.
Saryadi 2013 menyatakan bahwa sejak oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Kelompok tersebut yaitu Bank sehat dengan
klasifikasi A, jika memiliki CAR 4 atau lebih, Bank take over atau dalam penyehatan oleh BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan
klasifikasi B, jika bank tersebut memiliki CAR antara -25 sampai 4, serta Bank Beku Operasi BBO dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari -
25. Bank dengan klasifikasi C inilah yang dilikuidasi.
b. Keterkaitan Return on Asset ROA dan Kredit Perbankan
Rasio utama rentabilitas salah satunya adalah Return on Asset ROA. ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan laba secara keseluruhan. Rasio ini merupakan rasio laba bersih terhadap total aset Brigham dan Houston, 2006: 148. Nilai
ROA suatu bank dapat mengindikasi besarnya tingkat keuntungan yang dicapainya, serta mencerminkan penggunaan aset yang semakin baik. Keuntungan
tersebut kemudian dibagi menjadi 2 macam, yaitu laba ditahan dan laba yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk deviden.
Secara tidak langsung, jumlah laba yang diperoleh oleh bank dapat dijadikan sebagai penilaian kinerja bank, yang akhirnya dapat memengaruhi
15
investasi serta minat masyarakat dalam menggunakan produk bank tersebut Titia, 2015. Laba yang tinggi menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat kepada
bank semakin tinggi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat dicerminkan dari besarnya dana yang ditempatkan di Bank. Jadi, semakin besar jumlah
simpanan atau dana yang berhasil dihimpun oleh perbankan akan memungkinkan bank untuk menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit dengan jumlah yang
lebih banyak, karena peningkatan kepercayaan masyarakat menyebabkan permintaan kredit bertambah.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa semakin besar nilai ROA dapat menyebabkan peningkatan kepercayaan masyarakat kepada perbankan. Hal ini
akan memengaruhi meningkatkan jumlah permintaan kredit oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi nilai ROA, maka jumlah kredit yang disalurkan semakin
meningkat.
c. Keterkaitan Dana Pihak Ketiga DPK dan Kredit Perbankan