karakternya, maka paradigma ini sudah tidak bijak lagi untuk tetap diterapkan Brown, 2003.
2.2 Student-Centered Learning SCL
Istilah student-centered learning SCL digunakan secara luas di dalam literatur yang membahas masalah-masalah pengajaran dan pendidikan. Istilah ini seringkali dikait-
kaitkan dengan istilah-istilah lain seperti flexible learning, experiential learning, collaborative learning, constructivist learning, active learning, vicarious learning,
cooperative learning dan self-directed learning. Oleh karena itulah, SCL seringkali
didefinisikan dengan makna yang berbeda-beda pula Kurhila, 2004.
2.2.1 Definisi
Gibbs 2002 dalam tulisan Sparrow dkk 2000 menyatakan bahwa SCL adalah suatu pendekatan pengajaran dalam dunia pendidikan. Di dalam paradigma ini, guru dan
penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat-lambat tahapan
dalam pembelajaran.
McCombs 1997 dalam tulisan Brown 2003 menyatakan bahwa yang menjadi fokus dalam paradigma ini adalah siswa-siswa itu sendiri dengan segenap
pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhannya. Oleh karena itu, suatu kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar
hampir semua siswa yang berada di dalamnya dapat meraih kesuksesan.
Menurut Weimer 2002, paradigma SCL atau learner centered teaching memberikan perhatian yang lebih pada materi apa yang dipelajari oleh para siswa,
bagaimana para siswa belajar, kondisi atau lingkungan tempat para siswa belajar, apakah para siswa dapat menyerap dan menerapkan apa yang dipelajarinya, serta
Universitas Sumatera Utara
bagaimana posisi sang siswa di masa depan dengan mengukurnya dari pembelajaran yang dialaminya saat ini.
Sementara itu, terkait dengan collaborative learning, Gerlach 1994 menyatakan bahwa pembelajaran bertipe seperti ini berlandaskan pada sebuah
pemahaman yang menyatakan bahwa kegiatan belajar-mengajar itu sendiri sebenarnya merupakan suatu aksi atau tindakan sosial yang alamiah di mana para pesertanya
saling berbicara atau berhubungan talk satu sama lain.
Dengan model pendekatan seperti ini, para siswa justru dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya melebihi tanggung jawab yang diembannya
seperti ketika berada dalam lingkungan teacher-centered learning. Hal ini cukup beralasan mengingat siswa-siswa tersebut tidak hanya akan mengurus materi yang
akan diujikan, tapi juga berdialog dengan guru tentang materi apa yang akan dipelajari, bagaimana materi tersebut akan disajikan, dan kapan sebaiknya materi itu
dipelajari Sparrow dkk, 2000.
2.2.2 Elemen-Elemen dalam SCL