Teacher-Centered Learning TCL Perbedaan Antara TCL dengan SCL

BAB II DASAR TEORI

2.1 Teacher-Centered Learning TCL

Harden dan Crosby 2000 dalam tulisan O’Neill dan McMahon 2005 menyebutkan bahwa teacher-centered learning TCL adalah sebuah paradigma atau pendekatan dalam dunia pendidikan di mana guru selaku pakar expert di bidangnya memfokuskan diri untuk menyampaikan transfer ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada siswa-siswanya selaku orang awam novice. McDonald 2002 dalam tulisan Brown 2003 menyatakan bahwa di dalam paradigma ini, guru merancang sebuah kurikulum yang dimaksudkan untuk mengantarkan siswa-siswanya ke jenjang pengetahuan yang lebih baik. Namun sayangnya, ketika sang guru bersemangat untuk mengejar standar kurikulum yang ia terapkan, para siswa justru menjadi korban karena ketidakmampuan atau ketidaksiapan dalam mengikuti standar tersebut. Brown 2003 mengatakan bahwa guru yang berada dalam lingkungan TCL lebih memfokuskan dirinya dan siswa-siswanya untuk memahami materi-materi yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum ketimbang memperhatikan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa-siswanya sendiri. Dalam perkembangannya, paradigma seperti ini seringkali disamakan dengan sebuah ungkapan yang berbunyi: “satu gaya sudah cukup untuk semua siswa”. Untuk beberapa kondisi kegiatan belajar-mengajar, TCL sebenarnya sudah cukup baik. Namun ketika harus berhadapan dengan kondisi siswa-siswa yang berbeda-beda Universitas Sumatera Utara karakternya, maka paradigma ini sudah tidak bijak lagi untuk tetap diterapkan Brown, 2003.

2.2 Student-Centered Learning SCL

Istilah student-centered learning SCL digunakan secara luas di dalam literatur yang membahas masalah-masalah pengajaran dan pendidikan. Istilah ini seringkali dikait- kaitkan dengan istilah-istilah lain seperti flexible learning, experiential learning, collaborative learning, constructivist learning, active learning, vicarious learning, cooperative learning dan self-directed learning. Oleh karena itulah, SCL seringkali didefinisikan dengan makna yang berbeda-beda pula Kurhila, 2004.

2.2.1 Definisi

Gibbs 2002 dalam tulisan Sparrow dkk 2000 menyatakan bahwa SCL adalah suatu pendekatan pengajaran dalam dunia pendidikan. Di dalam paradigma ini, guru dan penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat-lambat tahapan dalam pembelajaran. McCombs 1997 dalam tulisan Brown 2003 menyatakan bahwa yang menjadi fokus dalam paradigma ini adalah siswa-siswa itu sendiri dengan segenap pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhannya. Oleh karena itu, suatu kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar hampir semua siswa yang berada di dalamnya dapat meraih kesuksesan. Menurut Weimer 2002, paradigma SCL atau learner centered teaching memberikan perhatian yang lebih pada materi apa yang dipelajari oleh para siswa, bagaimana para siswa belajar, kondisi atau lingkungan tempat para siswa belajar, apakah para siswa dapat menyerap dan menerapkan apa yang dipelajarinya, serta Universitas Sumatera Utara bagaimana posisi sang siswa di masa depan dengan mengukurnya dari pembelajaran yang dialaminya saat ini. Sementara itu, terkait dengan collaborative learning, Gerlach 1994 menyatakan bahwa pembelajaran bertipe seperti ini berlandaskan pada sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa kegiatan belajar-mengajar itu sendiri sebenarnya merupakan suatu aksi atau tindakan sosial yang alamiah di mana para pesertanya saling berbicara atau berhubungan talk satu sama lain. Dengan model pendekatan seperti ini, para siswa justru dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya melebihi tanggung jawab yang diembannya seperti ketika berada dalam lingkungan teacher-centered learning. Hal ini cukup beralasan mengingat siswa-siswa tersebut tidak hanya akan mengurus materi yang akan diujikan, tapi juga berdialog dengan guru tentang materi apa yang akan dipelajari, bagaimana materi tersebut akan disajikan, dan kapan sebaiknya materi itu dipelajari Sparrow dkk, 2000.

2.2.2 Elemen-Elemen dalam SCL

Untuk memenuhi standard SCL, Seitzinger 2006 mendaftar empat 4 elemen yang harus dipenuhi oleh lembaga yang ingin mengimplementasikan paradigma ini. Berikut keempat elemen tersebut: 1. Adanya kontrol dari siswapembelajar. Ini berarti bahwa guru lebih bertindak sebagai fasilitator ketimbang hanya berfungsi sebagai pemberi materi. Pada saat yang sama, siswa diberi kesempatan lebih besar untuk aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Universitas Sumatera Utara 2. Siswa memiliki sifat-sifat pembelajar aktif active learner. Pembelajar aktif adalah siswa yang mampu mengerjakan hal-hal berikut ini: 1 Mampu menentukan topik, masalah, kasus, serta membuat keputusan berdasarkan opini yang masuk akal logis. 2 Berani menyajikanmempresentasikan karyanya kepada publik, mengajari orang lain, memberi tanggapan serta dukungan kepada rekan kerja. 3 Berani memilih dan menentukan cara untuk menyelesaikan tugas masing- masing. 4 Mampu mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajari serta mengimplementasikan ide-ide sesuai dengan konteks yang diinginkan. 5 Berani, mampu, sekaligus aktif turut serta dalam diskusi, baik itu sebelum, selama, atau setelah kelasforum berakhir baik itu forum yang bersifat online maupun off-line. 3. Refleksi dan artikulasi. Hal ini berkaitan dengan keberadaan suatu area atau aktivitas yang bisa digunakan oleh para siswa untuk menuangkan pemahamannya atas sesuatu yang selama ini telah dipelajarinya. Misalnya dengan membuat semacam jurnal harian atau aktivitas semacamnya. 4. Fleksibel. Ini bisa berarti dua hal. Pertama, suatu kegiatan belajar-mengajar yang fleksibel harusnya memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memilih bahkan menentukan beberapa elemen pembelajaran seperti waktu, tempat, cepat lambat tahapan belajar pace, sekaligus kemudahan akses, kenyamanan, serta kebebasan. Kedua, para siswa memiliki kemudahan untuk mentransfer dan menggunakan ilmu yang dimiliki untuk kasus-kasus lain, juga kesempatan untuk mengaplikasikan keahliannya di situasi lain yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara

2.3 Perbedaan Antara TCL dengan SCL

Harsono 2005 mendaftar beberapa perbedaan antara TCL dengan SCL Tabel 2.1. Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Antara TCL dengan SCL NO TCL SCL 1 Lingkungan yang terpusat pada guru. Lingkungan yang terpusat pada siswa pembelajar. 2 Kuasa dan tanggung jawab hampir sepenuhnya berada di tangan guru Kuasa dan tanggung jawab hampir sepenuhnya berada di tangan siswa. 3 Guru adalah instruktur sekaligus pengambil keputusan. Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus pembimbing sementara siswa menjadi pengambil keputusan. 4 Kegiatan belajar diwarnai dengan kompetisi antara siswa dengan siswa lainnya. Biasanya siswa menggunakan ide-idenya untuk mengalahkan teman- temannya. Kegiatan belajar diwarnai dengan sesuatu yang bisa bersifat kooperatif, kolaboratif, atau mandiri. Siswa-siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Siswa tergerak untuk saling tolong satu sama lain dan saling tukar- menukar ide dan keahlian. Siswa berkompetisi dengan performa dirinya sendiri di waktu lampau bukan dengan siswa lainnya. 5 Beberapa kelompok guru team teaching mendefinisikan tugas yang diatur ke dalam subjek ilmu yang terpisah Tugas bersifat autentik dan interdisipliner. 6 Kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas. Kegiatan belajar sangat mungkin berlangsung di luar kelas. 7 Materi adalah hal terpenting yang menjadi tujuan dalam pembelajaran. Cara materi atau informasi diproses dan digunakan merupakan hal yang lebih diprioritaskan 8 Siswa menguasai materi melalui drill dan latihan. Siswa mengevaluasi, membuat keputusan sekaligus bertanggung jawab atas kegiatan belajar yang dijalaninya. Siswa menguasai materi dengan cara membangunnya sendiri. 9 Materi dipelajari dalam konteks yang relevan menurut siswa-siswa Materi dipelajari dalam konteks yang relevan menurut siswa-siswa Universitas Sumatera Utara

2.4 Blog

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Implementasi Strategi Pembelajaran Sms (Serius Mengerjakan Soal) Pada

0 1 17

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Implementasi Strategi Pembelajaran Sms (Serius Mengerjakan Soal) Pada

0 2 12

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIS DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PENGUASAAN BOLA.

0 2 29

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Bentangan Tahun

0 2 16

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Bentangan Tahun

0 1 15

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA.

0 1 32

RAIM DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI

0 0 13

Implementasi Web Service Pada Sistem Rekam Medis Terpusat

0 1 6

Implementasi Sistem Penyimpanan Terpusat Menggunakan Pydio 8.0 Community pada Universitas Islam Batik Surakarta

0 6 8

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN TIPE STAD KELAS IV SD

0 0 14