Implementasi Aktivitas Blog Dalam Mendukung Pembelajaran Terpusat Pada Siswa Menggunakan Drupal

(1)

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BLOG DALAM MENDUKUNG

PEMBELAJARAN TERPUSAT PADA SISWA

MENGGUNAKAN DRUPAL

SKRIPSI

ANGGINA

041401048

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BLOG DALAM MENDUKUNG PEMBELAJARAN TERPUSAT PADA SISWA

MENGGUNAKAN DRUPAL

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

ANGGINA 041401048

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : IMPLEMENTASI AKTIVITAS BLOG DALAM

MENDUKUNG PEMBELAJARAN TERPUSAT PADA SISWA MENGGUNAKAN DRUPAL

Kategori : SKRIPSI

Nama : ANGGINA

Nomor Induk Mahasiswa : 041401048

Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, 5 Januari 2010 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Ir. Arman Sani, MT Ir. T. Ahri Bahriun, M.Sc

NIP.131 945 349 NIP. 131 459 553

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Ilmu Komputer Ketua,

Prof. Dr. Muhammad Zarlis NIP. 195707011986011003


(4)

iv

PERNYATAAN

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BLOG DALAM MENDUKUNG PEMBELAJARAN TERPUSAT PADA SISWA

MENGGUNAKAN DRUPAL

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 5 Januari 2010

ANGGINA 041401048


(5)

v

PENGHARGAAN

Alhamdulillah, puja-puji hanya bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, Program Studi S1 Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara. Shalawat dan salam kepada Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Ir. T. Ahri Bahriun, M.Sc sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Arman Sani, MT sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas, padat dan profesional telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Selanjutnya kepada Dosen Penguji Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Drs.Sawaluddin,MIT atas saran dan kritikan yang sangat berguna bagi saya. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer, Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syariol Sitorus, S.Si,MIT, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU.

Skripsi ini terutama saya berikan untuk kedua orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan dukungan dan motivasi, ayahanda Abdul Karim Rambe dan ibunda Rahma Murni Siregar. Untuk ketiga saudara saya, Qomariyah, Bintang, dan Gende. Kepada teman-teman yang juga selalu memberikan dukungan, Dini, Fitri, Rini, Lina, Rani, dll yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu. Terima kasih pula kepada semua pihak-pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas ide, saran, dan kerjasama yang baik.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun agar skripsi ini lebih baik lagi, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semuanya.


(6)

vi

ABSTRAK

Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran konvensional atau teacher-centered learning (TCL), kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.. Sehingga paradigma student-centered learning (SCL) menjadi sesuatu yang tidak hanya dibutuhkan tapi juga diinginkan oleh banyak kalangan karena model pembelajaran tesebut berlandaskan pada pemahaman bahwa kegiatan belajar-mengajar itu sendiri sebenarnya merupakan suatu aksi atau tindakan sosial yang alamiah di mana para pesertanya saling berbicara atau berhubungan (talk) satu sama lain. Dan aktivitas blog menyajikan lebih banyak kesempatan bagi pelajar untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Untuk itu, penelitian ini akan melihat dan menganalisis Drupal sebagai blogging

software yang dapat dimanfaatkan oleh siswa-siswa untuk mendukung implementasi


(7)

vii

IMPLEMENTATION OF BLOGGING TO SUPPORT STUDENT CENTERED LEARNING WITH DRUPAL

ABSTRACT

Learning system that had been done is the conventional learning system, or teacher-centered learning (TCL), an atmosphere thick with instructional and are considered less suitable to the dynamic development of science and technology so rapidly. So the student-centered learning (SCL) is not only necessary but also desirable by many people because that learning model based on the understanding that the teaching-learning process itself is actually an act or a natural social action in which the participants speak or talk with each other. And the blog activity presents more opportunities for students to participate actively in their own learning. Therefore, this research will analyze Drupal as a blogging software that can be used by students to support the implementation of SCL through the activity of blogging and podcasting


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Metodologi Penelitian 4

1.7 Kajian Pustaka 5

Bab 2 Dasar Teori 6

2.1 Teacher-Centered Learning (TCL) 6

2.2 Student-Centered Learning (SCL) 7

2.2.1 Definisi 7

2.2.2 Elemen-Elemen dalam SCL 8

2.3 Perbedaan Antara TCL dengan SCL 10

2.4 Blog 11

2.4.1 Definisi 11

2.4.2 Blog sebagai Alat Pendukung SCL 12

2.5 Podcast 13

2.5.1 Definisi 14

2.5.2 Podcast sebagai Alat Pendukung SCL 17

2.6 Drupal 18

2.6.1 Definisi 18

2.6.2 Sejarah dan Perkembangan 20

2.6.3 Jenis-Jenis Drupal 20

2.6.4 Fitur-Fitur Drupal untuk SCL 21

Bab 3 Implementasi Fitur-Fitur Drupal untuk Blogging dan Podcasting 24

3.1 Gambaran Umum Sistem 24

3.2 Implementasi Fitur-Fitur Drupal untuk Kegiatan Blogging 24

3.2.1 Fitur Modul 25

3.2.2 Fitur Blog entry 26


(9)

ix

3.2.4 Fitur Trackback 32

3.2.5 Fitur Pingback 34

3.2.6 Fitur Taxonomy 36

3.2.7 Fitur Weblinks 40

3.2.8 Fitur Sistem Pengaturan Akses Bertingkat 40

3.2.9 Fitur Komentar 43

3.3 Implementasi Fitur-Fitur Drupal untuk Kegiatan Podcasting 48 3.3.1 Podcasting Menggunakan Fitur Audio 48

3.3.2 Fitur Feed Aggregator 50

Bab 4 Analisis Manfaat Fitur-Fitur Drupal 54

4.1 Manfaat Fitur Blog Entry untuk SCL 54

4.2 Manfaat Fitur Buku Kolaboratif untuk SCL 55 4.3 Manfaat Fitur Aggregator Berita untuk SCL 56

4.4 Manfaat Fitur Trackback untuk SCL 57

4.5 Manfaat Fitur Pingback untuk SCL 58

4.6 Manfaat Fitur Comment untuk SCL 58

4.7 Manfaat Fitur Pengaturan Akses Bertingkat (Multiple Author)

untuk SCL 59

4.8 Manfaat Fitur Taxonomy untuk SCL 61

4.9 Manfaat Fitur Weblinks (Blogroll) untuk SCL 61

Bab 5 Penutup 63

5.1 Kesimpulan 63

5.2 Saran 64

Daftar Pustaka 65

Lampiran


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tabel perbedaan antara TCL dengan SCL 10 Tabel 2.2 Perbedaan Drupal SU dengan Drupal MU 21 Tabel 3.1 Daftar Post di Blog 1 Milik Anggina Project (AP) 28 Tabel 3.2 Daftar Post di Blog 2 Milik Dini Fitri (DF) 29 Tabel 3.3 Daftar Post pada Buku Kolaboratif di Blog Dini Fitri 31


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Penyebaran dan Berlangganan Podcast 15

Gambar 2.2 Dua Icon Representasi Podcast 16

Gambar 3.1 Antarmuka Fitur Modul 25

Gambar 3.2 Antarmuka Fitur Blog Entry 26

Gambar 3.3 Antarmuka Fitur Buku Kolaboratif 30

Gambar 3.4 Link yang Mengandung URL untuk Melakukan Trackback 33 Gambar 3.5 Field Trackback di Fitur Post Milik DF 33

Gambar 3.6 Pingback dari Post AP ke Post DF 34

Gambar 3.7 Opsi Pingback di dalam Panel Site Configuration 35 Gambar 3.8 Post yang merujuk ditampilkan di bagian Comment Post

yang dirujuk 36

Gambar 3.9 Antarmuka Fitur Taxonomy dalam Panel Content management 37 Gambar 3.10 Panel Vocabularies dalam Antarmuka Fitur Blog Entry 38

Gambar 3.11 Antarmuka Panel Add Vocabulary 39

Gambar 3.12 Antarmuka Panel User management > Users 42 Gambar 3.13 Antarmuka Panel User management > Roles 43 Gambar 3.14 Antarmuka Panel Blog Entry > Edit 44 Gambar 3.15 Antarmuka Panel Content management > Comments 45 Gambar 3.16 Antarmuka Untuk Memberikan Komentar 46

Gambar 3.17 Tampilan Komentar Berjenjang 47

Gambar 3.18 Podcast dari Blog 1 Milik Anggina Project 48 Gambar 3.19 Podcast dari Blog 2 Milik Dini Fitri 49

Gambar 3.20 Tampilan Feed Aggregator 50

Gambar 3.21 Antarmuka Feed Aggregator dalam mengelola feed blog 51 Gambar 3.22 iTunes sedang mengunduh berkas audio 52 Gambar 3.23 Juice sedang mendeteksi keberadaan berkas audio 53


(12)

vi

ABSTRAK

Sistem pembelajaran yang selama ini dilakukan yaitu sistem pembelajaran konvensional atau teacher-centered learning (TCL), kental dengan suasana instruksional dan dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat.. Sehingga paradigma student-centered learning (SCL) menjadi sesuatu yang tidak hanya dibutuhkan tapi juga diinginkan oleh banyak kalangan karena model pembelajaran tesebut berlandaskan pada pemahaman bahwa kegiatan belajar-mengajar itu sendiri sebenarnya merupakan suatu aksi atau tindakan sosial yang alamiah di mana para pesertanya saling berbicara atau berhubungan (talk) satu sama lain. Dan aktivitas blog menyajikan lebih banyak kesempatan bagi pelajar untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Untuk itu, penelitian ini akan melihat dan menganalisis Drupal sebagai blogging

software yang dapat dimanfaatkan oleh siswa-siswa untuk mendukung implementasi


(13)

vii

IMPLEMENTATION OF BLOGGING TO SUPPORT STUDENT CENTERED LEARNING WITH DRUPAL

ABSTRACT

Learning system that had been done is the conventional learning system, or teacher-centered learning (TCL), an atmosphere thick with instructional and are considered less suitable to the dynamic development of science and technology so rapidly. So the student-centered learning (SCL) is not only necessary but also desirable by many people because that learning model based on the understanding that the teaching-learning process itself is actually an act or a natural social action in which the participants speak or talk with each other. And the blog activity presents more opportunities for students to participate actively in their own learning. Therefore, this research will analyze Drupal as a blogging software that can be used by students to support the implementation of SCL through the activity of blogging and podcasting


(14)

xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah Pembelajaran Terpusat pada Siswa atau Student-Centered Learning (SCL) atau yang sering juga dikenal dengan Learner-Centered Teaching adalah suatu paradigma atau pendekatan dalam dunia pembelajaran dan pengajaran di mana di dalamnya siswa memiliki tanggung jawab atas beberapa aktivitas penting seperti perencanaan, pembelajaran, interaksi antara guru dan sesama pelajar, penelitian dan evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dikerjakan. Paradigma baru ini muncul sebagai jawaban atas paradigma lama yang cenderung berpihak kepada teacher-centered learning (TCL).

Di dalam TCL, dosen atau guru menjadi aktor utama dari hampir sebagian besar kegiatan belajar-mengajar. Mulai dari perencanaan materi pembelajaran sampai ke masalah ujian dan penilaian, hampir semuanya dikendalikan oleh para pengajar. Dengan paradigma seperti ini, para siswa menjadi tidak bisa berbuat terlalu banyak ketika materi yang akan diterimanya ternyata sangat tidak sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimilikinya. Akibatnya, pelajar yang berada dalam lingkungan seperti ini umumnya akan sulit untuk melibatkan dirinya ke dalam kegiatan belajar-mengajar yang sedang diambilnya.

Selain itu, para pelajar ini justru akan menjadi pasif, tidak antusias dan bahkan merasa bosan atas pembelajaran yang sedang dijalaninya. Dengan fakta yang cukup memprihatinkan di atas, hadirnya SCL menjadi sesuatu yang tidak hanya dibutuhkan tapi juga diinginkan oleh banyak kalangan.


(15)

xiii

Salah satu faktor atau aspek yang diyakini mampu mempercepat suksesnya paradigma ini adalah teknologi informasi dan komunikasi (information and communication technology). Penelitian ini akan melihat dan menganalisis Drupal sebagai blogging software yang dapat dimanfaatkan oleh siswa-siswa untuk mendukung implementasi SCL melalui aktivitas blogging dan podcasting.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana Drupal sebagai perangkat lunak blogging dapat diimplementasikan untuk membangun blog dalam mendukung pembelajaran terpusat pada siswa.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan mengenai topik ini tidak terlalu meluas maka diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalah untuk skripsi ini antara lain:

1. Drupal yang akan digunakan adalah Drupal 6 dengan Single-User bukan Multi-User

2. Blog berbasis Drupal 6 yang akan dikembangkan adalah blog milik mahasiswa, bukan milik dosen, staf atau lembaga pendidikan.

3. Jumlah blog yang akan dibangun untuk menunjukkan fitur-fitur yang ada dalam Drupal 6 ada dua. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memudahkan implementasi fitur-fitur tersebut.

4. Kegiatan podcasting akan diimplementasikan menggunakan berkas multimedia yang berupa berkas audio berekstensi *.mp3.


(16)

xiv

5. Fitur-fitur Drupal yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah fitur-fitur yang berkaitan erat dengan proses untuk menyukseskan SCL. Jadi, hal-hal atau isu yang tidak terkait langsung dengan permasalahan ini tidak akan dibahas di dalam penelitian ini. Meskipun hal tersebut sebenarnya penting. Misalnya penanggulangan komentar-komentar spam yang sangat umum terjadi dalam blogosphere (dunia blog).

6. Skripsi ini tidak membahas masalah evaluasi yang biasa dilakukan oleh para guru kepada siswa. Meskipun pada dasarnya isu mengenai evaluasi ini sendiri tidak bisa dilepaskan dalam dunia pendidikan, termasuk dalam lingkungan student-centered learning.

7. Selain Drupal 6, penelitian ini juga akan menunjukkan pemanfaatan aplikasi-aplikasi lain yang diperlukan untuk mengelola materi yang didapat dari blog-blog tersebut.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun suatu model pembelajaran terpusat pada siswa yang diimplementasikan dalam blog berbasis Drupal.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diambil dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Membantu siswa – dari sisi teknologi informasi dan komunikasi – untuk ikut

serta dalam pelaksanaan paradigma SCL.

2. Membantu para mahasiswa untuk menjadi web content provider (penyedia materi dalam web) dengan cara menerbitkan (publish) hasil karyanya melalui blognya.

3. Membantu para mahasiswa untuk membangun komunitas belajar melalui medium internet.


(17)

xv

4. Membantu para guru/dosen untuk melatih sekaligus mendidik anak-didiknya untuk lebih mandiri serta bertanggung jawab terhadap karya yang diterbitkan (publish) ke dalam blog.

5. Membantu lembaga pendidikan untuk dapat menyukseskan implementasi SCL.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Literatur

Pengumpulan data, informasi dan teori mengenai paradigma SCL, TCL, blogging, podcasting, dan Drupal diperoleh dari buku, artikel, slide presentasi, makalah jurnal, serta laporan dari lembaga pendidikan yang umumnya diambil dari situs-situs di internet.

2. Perancangan

Pada tahap ini, Drupal akan dikonfigurasi sedemikian rupa agar dapat mengerjakan atau mendukung faktor-faktor yang selaras dengan paradigma SCL. Konfigurasi ini meliputi konfigurasi Drupal pada saat instalasi dan konfigurasi administrasi Drupal untuk administrator.

3. Implementasi dan pengujian fitur-fitur

Dalam tahap ini, akan ditunjukkan cara Drupal memberdayakan fitur-fitur yang ada dalam situsnya yang berkaitan langsung dengan faktor-faktor pendukung SCL.

4. Analisis terhadap hasil pengujian

Setelah implementasi dan pengujian selesai dilakukan, akan dilakukan analisis terhadap fitur-fitur Drupal yang dianggap mampu mendukung paradigma SCL.


(18)

xvi

1.7 Kajian Pustaka

Williams dan Jacobs (2004) mengatakan bahwa blog merupakan suatu alat bantu yang sangat potensial untuk meningkatkan intensitas interaksi antara para mahasiswa dengan rekan satu kampus atau dengan blogger serta komunitas lain yang ada di dunia maya.

Sementara itu, Du dan Wagner (2005) mengatakan bahwa blog merupakan teknologi yang mampu memfasilitasi para pelajar untuk mengekspresikan diri secara kreatif, visible (terindeks oleh mesin pencari seperti Google sehingga lebih mudah ditemukan oleh netter yang membutuhkan informasi yang ada dalam blognya), dan

accountable (menjaga integrasi dirinya dengan apa yang ditulisnya dalam blog

sehingga dapat memerangi tradisi tumpang nama).

Berbeda dengan blog yang sudah lazim dimuat dalam jurnal-jurnal ilmiah internasional, pemanfaatan podcasting untuk kepentingan pendidikan justru lebih sering muncul di dalam slide presentasi dari suatu lembaga, artikel majalah atau terbitan berkala.

Seitzinger (2006) mendeskripsikan fungsi podcast sebagai media yang dapat digunakan oleh para pelajar untuk merefleksikan opininya menggunakan suaranya sendiri (audio-minded). Cara ini bisa menjadi alternatif bagi siswa yang memiliki keterbatasan untuk membuat tulisan yang baik atau bagi siswa yang tidak terlalu berminat dengan aktivitas tulis-menulis.


(19)

xvii

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Teacher-Centered Learning (TCL)

Harden dan Crosby (2000) dalam tulisan O’Neill dan McMahon (2005) menyebutkan bahwa teacher-centered learning (TCL) adalah sebuah paradigma atau pendekatan dalam dunia pendidikan di mana guru selaku pakar (expert) di bidangnya memfokuskan diri untuk menyampaikan (transfer) ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada siswa-siswanya selaku orang awam (novice).

McDonald (2002) dalam tulisan Brown (2003) menyatakan bahwa di dalam paradigma ini, guru merancang sebuah kurikulum yang dimaksudkan untuk mengantarkan siswa-siswanya ke jenjang pengetahuan yang lebih baik. Namun sayangnya, ketika sang guru bersemangat untuk mengejar standar kurikulum yang ia terapkan, para siswa justru menjadi korban karena ketidakmampuan atau ketidaksiapan dalam mengikuti standar tersebut.

Brown (2003) mengatakan bahwa guru yang berada dalam lingkungan TCL lebih memfokuskan dirinya dan siswa-siswanya untuk memahami materi-materi yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum ketimbang memperhatikan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa-siswanya sendiri.

Dalam perkembangannya, paradigma seperti ini seringkali disamakan dengan sebuah ungkapan yang berbunyi: “satu gaya sudah cukup untuk semua siswa”. Untuk beberapa kondisi kegiatan belajar-mengajar, TCL sebenarnya sudah cukup baik. Namun ketika harus berhadapan dengan kondisi siswa-siswa yang berbeda-beda


(20)

xviii

karakternya, maka paradigma ini sudah tidak bijak lagi untuk tetap diterapkan (Brown, 2003).

2.2 Student-Centered Learning (SCL)

Istilah student-centered learning (SCL) digunakan secara luas di dalam literatur yang membahas masalah-masalah pengajaran dan pendidikan. Istilah ini seringkali dikait-kaitkan dengan istilah-istilah lain seperti flexible learning, experiential learning, collaborative learning, constructivist learning, active learning, vicarious learning, cooperative learning dan self-directed learning. Oleh karena itulah, SCL seringkali didefinisikan dengan makna yang berbeda-beda pula (Kurhila, 2004).

2.2.1 Definisi

Gibbs (2002) dalam tulisan Sparrow dkk (2000) menyatakan bahwa SCL adalah suatu pendekatan pengajaran dalam dunia pendidikan. Di dalam paradigma ini, guru dan penyelenggara pendidikan memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat-lambat tahapan dalam pembelajaran.

McCombs (1997) dalam tulisan Brown (2003) menyatakan bahwa yang menjadi fokus dalam paradigma ini adalah siswa-siswa itu sendiri dengan segenap pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhannya. Oleh karena itu, suatu kegiatan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar (hampir) semua siswa yang berada di dalamnya dapat meraih kesuksesan.

Menurut Weimer (2002), paradigma SCL atau learner centered teaching memberikan perhatian yang lebih pada materi apa yang dipelajari oleh para siswa, bagaimana para siswa belajar, kondisi atau lingkungan tempat para siswa belajar, apakah para siswa dapat menyerap dan menerapkan apa yang dipelajarinya, serta


(21)

xix

bagaimana posisi sang siswa di masa depan dengan mengukurnya dari pembelajaran yang dialaminya saat ini.

Sementara itu, terkait dengan collaborative learning, Gerlach (1994) menyatakan bahwa pembelajaran bertipe seperti ini berlandaskan pada sebuah pemahaman yang menyatakan bahwa kegiatan belajar-mengajar itu sendiri sebenarnya merupakan suatu aksi atau tindakan sosial yang alamiah di mana para pesertanya saling berbicara atau berhubungan (talk) satu sama lain.

Dengan model pendekatan seperti ini, para siswa justru dituntut untuk lebih bertanggung jawab terhadap dirinya melebihi tanggung jawab yang diembannya seperti ketika berada dalam lingkungan teacher-centered learning. Hal ini cukup beralasan mengingat siswa-siswa tersebut tidak hanya akan mengurus materi yang akan diujikan, tapi juga berdialog dengan guru tentang materi apa yang akan dipelajari, bagaimana materi tersebut akan disajikan, dan kapan sebaiknya materi itu dipelajari (Sparrow dkk, 2000).

2.2.2 Elemen-Elemen dalam SCL

Untuk memenuhi standard SCL, Seitzinger (2006) mendaftar empat (4) elemen yang harus dipenuhi oleh lembaga yang ingin mengimplementasikan paradigma ini. Berikut keempat elemen tersebut:

1. Adanya kontrol dari siswa/pembelajar. Ini berarti bahwa guru lebih bertindak sebagai fasilitator ketimbang hanya berfungsi sebagai pemberi materi. Pada saat yang sama, siswa diberi kesempatan lebih besar untuk aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.


(22)

xx

2. Siswa memiliki sifat-sifat pembelajar aktif (active learner). Pembelajar aktif adalah siswa yang mampu mengerjakan hal-hal berikut ini:

1) Mampu menentukan topik, masalah, kasus, serta membuat keputusan berdasarkan opini yang masuk akal (logis).

2) Berani menyajikan/mempresentasikan karyanya kepada publik, mengajari orang lain, memberi tanggapan serta dukungan kepada rekan kerja.

3) Berani memilih dan menentukan cara untuk menyelesaikan tugas masing-masing.

4) Mampu mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajari serta mengimplementasikan ide-ide sesuai dengan konteks yang diinginkan.

5) Berani, mampu, sekaligus aktif turut serta dalam diskusi, baik itu sebelum, selama, atau setelah kelas/forum berakhir (baik itu forum yang bersifat online maupun off-line).

3. Refleksi dan artikulasi. Hal ini berkaitan dengan keberadaan suatu area atau aktivitas yang bisa digunakan oleh para siswa untuk menuangkan pemahamannya atas sesuatu yang selama ini telah dipelajarinya. Misalnya dengan membuat semacam jurnal harian atau aktivitas semacamnya.

4. Fleksibel. Ini bisa berarti dua hal. Pertama, suatu kegiatan belajar-mengajar yang fleksibel harusnya memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memilih bahkan menentukan beberapa elemen pembelajaran seperti waktu, tempat, cepat lambat tahapan belajar (pace), sekaligus kemudahan akses, kenyamanan, serta kebebasan. Kedua, para siswa memiliki kemudahan untuk mentransfer dan menggunakan ilmu yang dimiliki untuk kasus-kasus lain, juga kesempatan untuk mengaplikasikan keahliannya di situasi lain yang diinginkan.


(23)

xxi

2.3 Perbedaan Antara TCL dengan SCL

Harsono (2005) mendaftar beberapa perbedaan antara TCL dengan SCL (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Antara TCL dengan SCL

NO TCL SCL

1

Lingkungan yang terpusat pada guru.

Lingkungan yang terpusat pada siswa (pembelajar).

2

Kuasa dan tanggung jawab hampir sepenuhnya berada di tangan guru

Kuasa dan tanggung jawab hampir sepenuhnya berada di tangan siswa.

3

Guru adalah instruktur sekaligus pengambil keputusan.

Guru bertindak sebagai fasilitator sekaligus pembimbing sementara siswa menjadi pengambil keputusan.

4

Kegiatan belajar diwarnai dengan kompetisi antara siswa dengan siswa lainnya. Biasanya siswa menggunakan ide-idenya untuk mengalahkan teman-temannya.

Kegiatan belajar diwarnai dengan sesuatu yang bisa bersifat kooperatif, kolaboratif, atau mandiri. Siswa-siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Siswa tergerak untuk saling tolong satu sama lain dan saling tukar-menukar ide dan keahlian. Siswa berkompetisi dengan performa dirinya sendiri di waktu lampau bukan dengan siswa lainnya.

5 Beberapa kelompok guru (team teaching) mendefinisikan tugas yang diatur ke dalam subjek ilmu yang terpisah

Tugas bersifat autentik dan interdisipliner.

6

Kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas.

Kegiatan belajar sangat mungkin berlangsung di luar kelas.

7

Materi adalah hal terpenting yang menjadi tujuan dalam pembelajaran.

Cara materi atau informasi diproses dan digunakan merupakan hal yang lebih diprioritaskan 8

Siswa menguasai materi melalui drill dan latihan.

Siswa mengevaluasi, membuat keputusan sekaligus bertanggung jawab atas kegiatan belajar yang dijalaninya. Siswa menguasai materi dengan cara membangunnya sendiri.

9

Materi dipelajari dalam konteks yang relevan menurut siswa-siswa

Materi dipelajari dalam konteks yang relevan menurut siswa-siswa


(24)

xxii

2.4 Blog

Sulit untuk mendefinisikan blog secara pasti mengingat masing-masing pihak yang terkait dengan perkembangan blog ternyata memiliki selera masing-masing dalam mendefinisikannya. Dalam makalahnya, Boyd (2006) menguraikan definisi blog berdasarkan sudut pandang dari beberapa kalangan sekaligus. Kalangan yang dimaksud tersebut antara lain perusahaan penyedia jasa layanan blog (Blogger, Typepad, Xanga dan LiveJournal), Kamus (Oxford 2003 dan Merriam-Webster 2005), Peneliti, Media Massa (New York Times), dan Praktisi (orang-orang yang menggunakan blog).

2.4.1 Definisi

Dalam penelitian skripsi ini, definisi blog yang akan digunakan adalah definisi yang diuraikan oleh Lindahl dan Blount (2003). Dalam artikel yang dimuat dalam majalah

Computer IEEE ini, keduanya menyebutkan bahwa weblog atau blog adalah suatu

situs yang menggunakan format catatan (log) bertanggal (date and time) yang digunakan untuk menerbitkan informasi secara berkala (periodical).

Ada beberapa alasan atau fakta yang membuat blog menjadi sesuatu yang sangat populer seperti sekarang (Burns dan Cox, 2005). Berikut faktor-faktor yang dimaksud:

1. Non-Techy. Pengguna atau calon pengguna blog tidak harus mengetahui teori HTML (Hypertext Markup Language) atau FTP (File Transfer Protocol) terlebih dahulu untuk menggunakannya.

2. Mudah digunakan. Pengguna bisa menerbitkan tulisannya kapan pun dan dimanapun asalkan terhubung ke internet.

3. Murah. Umumnya penyedia jasa blog memberikan layanannya secara gratis. 4. Kemudahan komunikasi. Komunikasi berjalan dengan instant alias sangat


(25)

xxiii

5. Fleksibel. Blog umumnya menyediakan fasilitas untuk archive, hyperlinks, komentar dari pengunjung, akses untuk beberapa penulis sekaligus, dan kemampuan untuk mengelola berkas multimedia (audio dan video).

Setidaknya ada dua bukti yang bisa menguatkan popularitas blog di dunia. Bukti tersebut ialah ketika “blogger” terpilih sebagai “Word of The Year 1999” versi Oxford English Dictionary (http://www.askoxford.com/, 2007) dan ketika “blog” terpilih sebagai “Word of The Year 2004” versi Merriam-Webster Dictionary (http://www.m-w.com/, 2007).

2.4.2 Blog sebagai Alat Pendukung SCL

Salah satu laporan penelitian yang diterbitkan oleh ECAR (EDUCAUSE Center for Applied Research) pada tahun 2005 memuat komentar seorang siswa mengenai manfaat blog bagi aktivitas akademiknya, “Mata kuliah mengenai percetakan dan desain media elektronik yang saya ambil merupakan mata kuliah online yang mengharuskan kami untuk belajar secara mandiri. Selain itu, kami juga belajar untuk menangani proyek menggunakan Photoshop, Dreamweaver, dan Quark. Perluasan (baca: pengayaan) dari apa yang telah kami pelajari sepenuhnya diserahkan kepada kami sendiri, tapi menyampaikan (posting) kritik melalui blog benar-benar sesuatu yang sangat membantu, dan kami bisa belajar banyak darinya.” (Kvavik dan Caruso, 2005).

Menyampaikan kritik sebagai salah satu bentuk komentar dalam dunia blog (blogosphere) adalah sesuatu yang sangat lazim terjadi. Selain untuk mengkritik, semua siswa yang diwawancarai dalam laporan ECAR tersebut sependapat bahwa blog memang dapat meningkatkan kemampuan siswa-siswa dalam hal tulis-menulis. Khususnya dari sisi gaya (style) dalam menulis, tapi bukan (baca: belum) pada tanda baca dan pengejaan (Kvavik dan Caruso, 2005).


(26)

xxiv

Dari Inggris, laporan yang dikeluarkan oleh Information Service Working Group on Collaborative Tools (2006) menyajikan hasil yang sedikit berbeda. Menurut studi yang dilakukan oleh grup yang beranggotakan tujuh peneliti ini, blog banyak digunakan oleh dosen dan mahasiswa sebagai venue atau “tempat penampungan” untuk refleksi, opini, fakta, dan pertanyaan terkait suatu mata kuliah atau topik-topik tertentu (Adie dkk, 2006).

Menurut Richardson (2004) dalam tulisan Downes (2004), blogging sebagai salah satu genre dalam dunia tulis-menulis dapat digunakan oleh siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam berpikir kritis (critical thinking skills), tulis-menulis serta meraih standar kompetensi (information literacy) di bidang-bidang tertentu. Richardson sendiri meyakini bahwa blog memungkinkan siswa untuk melakukan tiga hal sekaligus :

1. Merefleksikan diri melalui apa yang ditulis dan dipikirkannya.

2. Menunjukkan kepedulian atau minat pada topik yang disukai untuk periode waktu tertentu atau bahkan untuk seumur hidupnya.

3. Menarik para pembaca dan pengunjung melalui suatu percakapan yang pada akhirnya bisa membawa keduanya kepada penelitian lebih lanjut.

Namun Downes (2004) dalam tulisan yang sama menganggap bahwa blogging sendiri sebenarnya bukanlah murni soal tulis-menulis. Menurutnya, pada awalnya, seorang siswa yang ingin memanfaatkan blog, harusnya menjadi pembaca yang baik terlebih dahulu. Selain itu, materi yang dibaca oleh siswa di dalam suatu blog haruslah materi yang memang disukainya (antusias), karena jika tidak, maka akan sulit untuk membuatnya sampai pada tahapan-tahapan yang diharapkan, yakni refleksi, kritis, berani bertanya, serta reaktif terhadap suatu isu.

2.5 Podcast

Istilah podcast berasal dari dua kata: iPod dan broadcast (Meng, 2005). iPod merupakan MP3 player buatan Apple, Inc. yang sangat populer di dunia. Berdasarkan


(27)

xxv

riset yang dilakukan oleh Forrester, ada sekitar 42 juta iPod yang terjual pada tahun 2006 (McLaughlin, 2006). Jumlah ini masih akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang Meskipun begitu, para penikmat podcast tidak harus menggunakan iPod kalau hanya ingin mendengarkan berkas audio dari podcast yang disukainya.

Berkas hasil pengunduhan podcast bisa didengarkan melalui komputernya secara langsung atau dimainkan menggunakan MP3 Player atau perangkat bergerak lainnya seperti telepon seluler, dan PDA (Personal Digital Assistant). Sementara broadcast, berdasarkan Concise Oxford English Dictionary 11th Edition, adalah suatu tindakan yang dikerjakan dengan tujuan agar orang-orang atau masyarakat bisa mengetahui sesuatu.

2.5.1 Definisi

Menurut situs Applepodcast

adalah sebuah program acara berepisode yang disebarkan oleh produser podcast (podcaster) melalui internet menggunakan berkas XML (eXtensible Markup Language) yang populer dengan istilah RSS (Really Simple Syndication). Meskipun podcast lebih populer untuk berkas-berkas audio berformat *.mp3, itu bukan berarti berkas non-audio tidak bisa diikutkan (enclosure) dalam berkas RSS. Beberapa format berkas video seperti *.flv dan *.mov atau dokumen populer seperti *.pdf juga bisa diikutkan (enclose) dalam RSS tersebut.

Untuk mendengarkan berkas-berkas yang disebarkan melalui podcast oleh para podcaster, pengguna membutuhkan perangkat lunak yang dapat membaca berkas XML. Perangkat lunak ini dikenal dengan istilah RSS Reader atau RSS Aggregator. Sebenarnya ada banyak RSS Reader di internet, tapi dua diantaranya yang khusus dibuat untuk para pelanggan (subscriber) podcast adalah iTunes dan Juice. Keduanya lebih sering disebut sebagai podcatcher karena fungsi dan antarmukanya yang lebih diperuntukkan untuk pengunduhan berkas audio dan video podcast ketimbang untuk membaca teks isi situs/blog.


(28)

xxvi

Dietz (2004) dalam tulisan Connaghan (2005) menyebutkan empat komponen penting yang ada dalam proses podcast:

1. Adanya berkas berformat *.mp3 (atau format lain yang sudah didukung) yang diikutkan (enclose) dalam RSS feed.

2. Adanya berkas RSS milik podcaster yang tersimpan di server yang memungkinkan pengguna untuk berlangganan melalui RSS Reader yang digunakannya. Misalnya iTunes atau Juice.

3. Berkas tersebut bisa didengarkan oleh pelanggannya secara fleksibel, baik melalui komputer atau MP3 player.

4. Adanya fasilitas dari RSS Reader untuk meng-update RSS feed secara otomatis. Visualisasi untuk model penyebaran dan berlangganan podcast bisa dilihat pada Gambar 2.1 (Meng, 2005).


(29)

xxvii

Berikut keterangan untuk setiap nomor pada Gambar 2.1:

1. Produser podcast (podcaster) membuat dan mengedit berkas audio atau video yang berformat *.mp3, *.ogg, *.wav, *.mov, dan seterusnya.

2. Podcaster meletakkan (publish) berkas tersebut ke dalam server.

3. Dari icon RSS atau podcast yang ada di situs milik podcaster tersebut (Gambar 2.2), pelanggan berlangganan podcast dengan cara menyalin lokasi RSS feed ke dalam podcatcher seperti iTunes atau Juice.

4. Situs milik podcaster menjadi antarmuka yang digunakan untuk menyebarkan podcast. Umumnya, para podcaster akan menyertakan icon seperti yang tampak pada Gambar 2.2. Para pelanggan podcast bisa memanfaatkan iTunes dan Juice untuk mengunduh berkas yang disebarkan (publish) oleh podcaster. Selain untuk mengunduh, baik iTunes maupun Juice bisa digunakan untuk memantau langsung berkas baru yang diterbitkan oleh podcaster di server-nya.

5. Jika berkas yang diinginkan sudah berhasil diunduh, pelanggan bisa memindahkan (sync) berkas tersebut dari komputernya ke perangkat bergeraknya, seperti MP3 Player, PDA, telepon seluler, dan sebagainya.


(30)

xxviii

2.5.2 Podcast sebagai Alat Pendukung SCL

Menurut Kaplan dan Leiserson (2005) dalam tulisan Seitzinger (2006), ada beberapa manfaat yang bisa diambil oleh dunia pendidikan melalui podcast. Manfaat tersebut antara lain:

1. Podcast bisa membantu para auditory learner (pembelajar yang memiliki nilai lebih ketika menggunakan segala hal yang berkaitan dengan audio dalam kegiatan belajar-mengajar) dan non-native speakers untuk meningkatkan kemampuan di dalam perkuliahan.

2. Memberikan alternatif bagi para siswa untuk melakukan review dari perkuliahan yang diikutinya menggunakan materi berbasis audio, ketimbang teks.

3. Menyediakan umpan-balik (feedback) untuk para siswa.

4. Sebagai suplemen tambahan atau yang lebih dikenal dengan istilah pengayaan materi untuk para siswa.

Selain keempat fungsi di atas, Norman dan Sloan (2004) dalam tulisan Seitzinger (2006) menyebutkan lima manfaat podcast yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar:

1. Sebagai fasilitator self-paced learning.

2. Sebagai media baru bagi fakultas untuk memberikan materi-materi pengayaan kepada siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi.

3. Sebagai media untuk memasyarakatkan dan menyebarkan rekaman-rekaman wawancara antara pihak kampus dengan pakar atau ahli yang berasal dari luar kampus.

4. Memungkinkan guest lecture untuk menyajikan kuliahnya di sebuah kesempatan untuk kemudian didengarkan atau ditonton ulang oleh banyak orang di waktu lainnya.


(31)

xxix

Berbeda dengan blog yang bisa menawarkan interaksi langsung antara penulis dengan pembacanya, podcast justru lebih berfungsi sebagai media komunikasi satu arah. Ini berarti, fungsinya sebagai tool untuk membangun interaktivitas, membangun pengetahuan, dan kolaborasi antara pembuat (podcaster) dengan pengguna (subscriber) mungkin agak terbatas (Seitzinger, 2006). Tapi, sebagai sebuah media distribusi yang berbasis multimedia, podcast masih dianggap mampu memberi kontribusi yang signifikan dalam kegiatan belajar-mengajar, khususnya bagi siswa yang cenderung termasuk ke dalam auditory learning (Spectrum, 2006) dan sebagai salah satu alternatif media selain teks (Seitzinger, 2006).

2.6 Drupal

Suatu definisi singkat Drupal sulit didapatkan, karena banyak orang menggunakan Drupal untuk berbagai hal. Oleh karena itu berikut diuraikan beberapa defenisi Drupal.

2.6.1 Definisi

Berikut beberapa defenisi Drupal menurut penggunaannya:

a. Drupal adalah pengendali basis data aplikasi berbasis web yang ditulis dalam PHP.

b. Drupal adalah Content Management System (CMS) open source yang tersedia secara bebas di bawah GPL (GNU General Public License).

c. Drupal adalah suatu platform pembangun komunitas.

d. Drupal adalah suatu framework pengembangan web, dapat digunakan sebagai platform untuk membangun berbagai aplikasi web.

Berdasarkan situs resmi Drupal (http://drupal.org/about), Drupal adalah paket perangkat lunak free (dalam arti gratis, juga dalam arti bebas) yang bisa digunakan


(32)

xxx

oleh umum untuk mempublikasi, mengelola dan mengatur dengan mudah berbagai jenis konten yang diinginkan.

Puluhan ribu orang dan organisasi menggunakannya untuk beragam jenis situs, di antaranya:

1) Portal komunitas 2) Forum diskusi 3) Situs perusahaan 4) Aplikasi intranet 5) Blog atau situs pribadi 6) Aplikasi e-commerce 7) Direktori

8) Situs jejaring sosial

Fungsionalitas bawaan standarnya digabung dengan puluhan modul tambahan yang tersedia gratis, sehingga mudah dalam membangun situs atau menambahkan fitur:

1) Sistem Pengelolaan Konten (CMS, content management system) 2) Blog

3) Lingkungan penulisan kolaboratif 4) Forum

5) Jaringan Peer-to-peer 6) Newsletter

7) Podcasting

8) Galeri foto/gambar

9) Unduh dan unggah berkas (file uploads and downloads) 10) dan banyak yang lainnya


(33)

xxxi

2.6.2 Sejarah dan Perkembangan

Drupal mulai dibangun sekitar tahun 1998 dan 1999, oleh Dries Buytaert, PhD Ilmu Komputer pada 27 Januari 2008 di Universitas Ghent. Saat belajar di kampus dengan kawan-kawannya, Dries belajar dengan menggunakan internet nirkabel. Mereka mencoba membangun jaringan lokal (Local Area Network, LAN). Karena dibutuhkan banyaknya komunikasi dan pertukaran informasi dalam proyek LAN tersebut, Dries memutuskan untuk membuat aplikasi Forum Diskusi. "Forum Diskusi" ini bisa diakses lewat LAN mereka dan setelah Dries lulus, diputuskannya untuk memindahkan "Forum Diskusi" tadi ke internet dengan sebuah situs.

Sekitar tahun 2000 atau 2001, Dries mendapatkan banyak ide dan fitur baru dari orang lain yang tertarik dengan "Papan Pesan" buatannya. Dries kemudian melakukan penelitian pada pasokan RSS, Moderasi Konten dan teknologi internet lain.

Saat permintaan akan fitur baru bertambah, Dries memutuskan perangkat lunaknya menjadi open source supaya komunitas bisa bereksperimen sendiri dengan perangkat lunak tersebut, dan dia tetap memiliki waktu sendiri dalam eksperimen dan pengembangan. Saat itulah kemudian "Papan Diskusi"nya menjadi perangkat lunak open source "Drupal". Drupal terus berkembang dan Drupal.org, situs utama Drupal yang kini memiliki lebih dari 350.000 anggota, menyediakan dukungan dan dokumentasi untuk implementasi Drupal. Jutaan salinan perangkat lunak ini sudah diunduh sejak dirilis. Drupal.org didaftarkan pada tanggal 26 April 2001.

2.6.3 Jenis-jenis Drupal

Drupal terbagi menjadi dua jenis, yakni: Drupal SU (Single-User) dan Drupal MU (Multi-User). Seperti namanya, Drupal SU diperuntukkan bagi para pengguna yang menginginkan fleksibilitas penuh atas blog miliknya. Sementara versi Multi-User diperuntukkan bagi para pengguna yang ingin menampung sekaligus membangun komunitas di atas host yang sudah dimilikinya. Meskipun sama-sama berbasis Drupal,


(34)

xxxii

Drupal jenis pertama dengan jenis kedua memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Tabel 2.2 mendaftar beberapa perbedaan yang terdapat diantara keduanya.

Tabel 2.2 Perbedaan Drupal SU dengan Drupal MU

No. Perbedaan Drupal Single-User Drupal Multi-User

1. Upload plugin bisa ditentukan admin

2. Upload themes bisa ditentukan admin

3. Nama domain fleksibel ditentukan admin

4. Instalasi oleh user oleh admin

5. Jumlah hosted-user satu jutaan

6. Proteksi komentar spam atur sendiri built-in

2.6.4 Fitur-fitur Drupal untuk Student-Centered Leaarning

Drupal dilengkapi paduan fitur-fitur yang kuat sehingga bisa mendukung berbagai jenis tingkatan situs web, mulai dari blog pribadi, brosur perusahaan, dan komunitas yang besar berbasis web. Menurut situs Drupal (http://drupal.org/features), sampai saat tulisan ini dibuat, ada 25 fitur yang menjadi fitur penting dan ada juga modul hasil kontribusi yang menambah fitur dan fungsionalitas Drupal. Namun dalam skripsi ini, fitur-fitur yang akan dibahas adalah fitur-fitur yang hanya memiliki kaitan erat dengan SCL.

Adapun dasar yang digunakan dalam pemilihan fitur ini adalah uraian dalam subbab 2.2.2, 2.4.2, 2.5.2. Berikut ini adalah fitur-fitur yang dimaksud:

1. Modul

Komunitas Drupal membuat banyak kontribusi modul yang menyediakan fungsionalitas tambahan untuk situs.

2. Blog entry

Fitur ini adalah fitur yang paling penting dari sebuah perangkat lunak blogging. Melalui fitur ini, seorang siswa bisa menulis, berdiskusi, meletakkan link gambar, musik, video, dan sebagainya. Hampir segala sesuatu yang ada di blog bermula dari fitur ini.


(35)

xxxiii

3. Buku Kolaboratif adalah fitur unik yang dimiliki Drupal untuk membuat sebuah "buku" atau kumpulan artikel yang terstruktur, kemudian memberi akses pada anggota untuk berkolaborasi menyumbangkan konten.

4. Trackback

Trackback adalah sebuah kerangka kerja (framework) yang dapat digunakan untuk komunikasi peer-to-peer dan pemberitahuan antar situs atau blog (Six Apart, 2004). Fitur ini membantu siswa A untuk memberitahu rekannya ketika ia menulis sesuatu yang berkaitan dengan materi yang sudah ada di blog rekannya itu tanpa harus secara eksplisit membuat link ke blog yang dituju. Berikut ini adalah contoh pemanfaatan Trackback dalam sebuah post di dalam beberapa blog:

(1) Siswa A menulis artikel X dalam blog miliknya.

(2) Siswa B ingin memberi komentar artikel X milik A tapi ia juga ingin agar pengunjung dan pembaca blognya melihat apa yang telah ia komentari.

(3) Siswa B menulis artikel Y di blognya lalu mengirim Trackback ke blogging software milik Siswa A.

(4) Blogging software milik siswa A akan menerima Trackback tersebut lalu

menampilkannya sebagai komentar yang bisa dilihat di artikel X miliknya. Komentar dari Siswa B ini menyertakan link untuk menuju ke artikel Y yang ditulis oleh Siswa B sendiri.

5. Pingback

Pingback adalah sebuah metode untuk para pemilik situs web atau blog untuk meminta pemberitahuan ketika seseorang merujuk (links) ke dokumen miliknya (Langridge dan Hickson, 2002). Fitur ini memungkinkan seorang siswa memberitahu rekannya yang tulisannya di link oleh siswa ini secara eksplisit dalam tulisannya. Berikut ini adalah contoh pemanfaatan Pingback dalam sebuah post di beberapa blog:

(1) Siswa A menulis artikel Y (post) dalam blog miliknya. Artikel yang ditulisnya ini menyertakan sebuah link yang merujuk (refer to) ke artikel X dalam blog milik Siswa B.

(2) Blogging software milik Siswa A kemudian akan menghubungi blogging


(36)

xxxiv

(3) Hasilnya, blogging software milik Siswa B kemudian akan menyertakan link yang mengacu ke artikel Y Siswa A tersebut di artikel X yang telah diacu oleh Siswa A sendiri.

(4) Pembaca artikel X di blog Siswa B kemudian bisa mengikuti link yang mengacu ke artikel Y di blog Siswa A.

6. Taxonomy (Categories)

Seperti namanya, dengan fitur ini siswa bisa mengelompokkan post yang sudah diterbitkannya ke dalam satu atau beberapa sekaligus. Selain itu, siswa juga bisa membuat subkategori untuk memudahkan navigasi dan pengelompokkan segala sesuatu yang sudah diterbitkannya melalui blog.

7. Blogroll

Fitur ini memungkinkan siswa untuk meletakkan alamat situs lain ke dalam situsnya. Dengan Blogroll, siswa bisa mengelompokkan links ke situs temantemannya ke dalam kategori; misalnya friend. Sementara link yang menuju situs dosen disusun di dalam kategori dosen. Fitur ini akan memudahkan siswa untuk memantau situs-situs yang sering dikunjunginya sekaligus memberi petunjuk kepada para pengunjung tentang hal-hal yang disukainya.

8. Sistem Pengaturan Akses Bertingkat

Pengelola situs Drupal tidak perlu pusing mengatur sistem pembagian akses pada tiap anggota. Pengaturan akses bisa dilakukan menurut kelompok tertentu.

9. Komentar Berjenjang

Drupal menyediakan modul komentar dengan sistem komentar berjenjang yang memberikan akses untuk mendiskusikan materi yang ditampilkan. Komentar yang ada dibuat secara hirarkis seperti pada newsgroup atau forum.

10. Agregator Berita

Drupal sudah memiliki Agregator Berita dalam distribusi standarnya untuk membaca dan membuat blog atas berita atau konten dari situs lain. Agregator berita akan membuat cache artikel dalam database dan waktu penyimpanan cache-nya bisa diatur sendiri.


(37)

xxxv

BAB III

IMPLEMENTASI FITUR-FITUR DRUPAL UNTUK BLOGGING DAN PODCASTING

3.1 Gambaran Umum Sistem

Sistem yang dimaksud di sini adalah dua blog berbasis Drupal. Kedua blog ini akan digunakan untuk mengimplementasikan fitur-fitur yang mampu mendukung siswa dalam menyukseskan student-centered learning.

Kedua blog ini dipasang (install) di server lokal. Blog pertama (Blog 1) akan diberi nama “Anggina Project” dengan alamat:

http://localhost/Anggina_Project/

Sementara blog kedua (Blog 2) akan diberi nama “Dini Fitri” dengan alamat:

http://localhost/dini_fitri/ Catatan:

Anggina Project (AP) dan Dini Fitri (DF) adalah nama-nama fiktif yang digunakan untuk memudahkan identifikasi dua blog yang sudah dibuat.

3.2 Implementasi Fitur-Fitur Drupal untuk Kegiatan Blogging

Fitur-fitur Drupal yang akan diimplementasikan dalam penelitian ini hanya yang memiliki kaitan erat dalam kegiatan blogging dalam mendukung paradigma pembelajaran terpusat pada siswa. Implementasi fitur-fitur untuk kegiatan blogging tersebut akan dijelaskan dalam subbab berikut.


(38)

xxxvi

3.2.1 Fitur Modul

Fitur modul dapat diakses melalui halaman administrasi Drupal. Untuk mengaktifkan modul inti (core) atau modul tambahan melalui Administer > Site Building > Modules. Tampilan antarmuka modules bisa dilihat pada Gambar 3.1.


(39)

xxxvii

Sebelumnya sudah dilakukan instalasi modul-modul tambahan kedalam sistem dengan cara men-download modul-modul hasil distribusi di http://drupal.org/project/modules, kemudian modul yang telah di-download bertipe .zip atau .rar diekstraksi kedalam folder ...\sites\all\modules.

3.2.2 Fitur Blog entry

Modul blog sudah terintegrasi ketika melakukan instalasi Drupal, mengaktifkan modul ini berarti secara otomatis menambahkan jenis konten yang dinamakan blog entry, untuk membuat posting cukup melalui Home, dibawah My account ada Create content, pilih blog entry. Tampilan antarmuka blog entry bisa dilihat pada Gambar 3.2.


(40)

xxxviii

Di bagian atas terdapat form title. Form ini digunakan untuk memasukkan judul karya-karya (post) yang akan diterbitkan (publish). Tepat di bawahnya adalah Menu settings, digunakan apabila ingin langsung mengakses karya dari menu. Kemudian ada bagian Body , digunakan sebagai tempat untuk memasukkan karya yang akan diterbitkan. Selain masukan (input) yang berupa teks, Body juga mampu menampung gambar, berkas audio, video, dan animasi dengan mengaktifkan modul tambahan yaitu FCKeditor. Daftar karya-karya (post) milik AP yang sudah diterbitkan melalui blog bisa dilihat di dalam Tabel 3.1. Sementara untuk DF bisa dilihat di dalam Tabel 3.2.


(41)

xxxix

Tabel 3.1 Daftar Post di Blog 1 milik Anggina Project (AP)

No Tanggal Judul Kategori Komentar Author

1 2009-12-01 Peringatan untuk Pengguna Internet Explorer

hack 0 admin

14:27

2 2009-12-01 Antisipasi Conficker dengan Disable Autorun

Conficker 0 admin

19:38

3 2009-12-01 Ada Usaha Phising Melalui Twitter, sudah baca?

Phising 0 admin

20:18

4 2009-12-01 Honeypot Menjebak Hacker Jarkom 0 naira

20:21 Semester IV

5 2009-12-01

Akhir dari Kabel Power yang seperti Mie Spaghetti

Wireless,

Jarkom 0 admin

20:29 Semester IV

6 2009-12-01 CERN (European Council for Nuclear Research)

Teknologi 0 admin

20:34 Semester I

7 2009-12-01 Headset Canggih

Teknologi 0 admin

20:36 Semester VII

8 2009-12-03

Belajar Java dari Javala Java 1 admin

23:48

9 2009-12-04 $250,000 Buat Kamu dan Conficker Creator

Conficker,

Virus 1 admin

00:13

10 2009-12-04

Jaringan Client Server Jarkom 0 admin

00:39 Semester IV

11 2009-12-04

Merge Sort di Java Java, sorting 0 admin

00:44 Semester V

12 2009-12-04

Electronic Diary RPL 0 dini_fitri

00:52 Semester IV

13 2009-12-09 Podcast no.60 dari Lullabot

Drupal,

Podcast 0 admin

0:38

14 2009-12-14

Airbus B. Inggris I 0 admin


(42)

xl

Tabel 3.2 Daftar Post di Blog 2 milik Dini Fitri (DF)

No Tanggal Judul Kategori Komentar Author

1 2009-11-24 Bobol Server Hack, Jaringan 0 admin

00:42

2 2009-11-24 Registry (Bab

Perkenalan) Registry

0 admin

00:48

3 2009-11-24 Registry (Bab Manipulasi)

Registry, Coding

0 admin

00:53

4 2009-11-24 Mendisable Task Manager

Registry, Coding

0 admin

00:57

5 2009-12-03 Google jadi Sistem Operasi?

Sistem operasi, Google

0 admin

23:17

6 2009-12-03 Kapan Web Menangis? Software 0 admin

23:32

7 2009-12-03 Menganalisa Situs

Web dengan Web Log Software

0 admin

23:36

8 2009-12-03

Sekilas tentang Java Java, Bahasa Pemrograman

0 naira

23:39

9 2009-12-04 Google Go, Bahasa Pemrograman Opensource Mirip Java

Google, Bahasa Pemrograman

0 admin

00:02

10 2009-12-05 Waspadai Situs Traffic

Tinggi Worm 4 anggina_project

12:11

11 2009-12-15 Drupal untuk

Pendidikan Drupal, Podcast

0 admin

10:48

12 2009-12-15 Berita VOA Podcast 0 admin

10:56

3.2.3 Fitur Buku Kolaboratif

Fitur buku kolaboratif bisa diakses melalui administrasi Drupal. Untuk mengatur isi fitur ini bisa masuk dari panel Home > Administer > Content Management > Books seperti yang telihat pada Gambar 3.3.


(43)

xli

Gambar 3.3 Antarmuka Fitur Buku Kolaboratif

Dari menu List untuk melihat daftar buku serta untuk operasi urutan judul dan subjudul buku. Sementara isi dari buku kolaboratif ini sendiri bisa melalui Settings menggunakan fitur book page atau bisa juga dipilih dari blog entry atau jenis konten (content types) lainnya sehingga posting-posting yang saling terkait dan menjelaskan tersusun menjadi suatu buku dengan menggunakan fitur ini.

Berikut ini daftar book page dan blog entry yang dikumpulkan dalam fitur buku kolaboratif berjudul Hack Windows XP, bisa dilihat dalam Tabel 3.3.


(44)

xlii

Tabel 3.3 Daftar Post pada Buku Kolaboratif di Blog Dini Fitri

No Tanggal Judul Parent Item Author

1 2009-11-24

Bobol Server Jaringan admin

00:42

2 2009-11-24

Registry (Bab Perkenalan) Registry admin

00:48

3 2009-11-24

Registry (Bab Manipulasi) Registry admin

00:53

4 2009-11-24

Mendisable Task Manager Registry (Bab Manipulasi)

admin

00:57

5 2009-11-24

Hack Windows XP Hack Windows XP admin

09:13

6 2009-11-24

Startup dan Shutdown Hack Windows XP admin

09:16

7 2009-11-24

Antarmuka Pengguna Hack Windows XP admin

09:33

8 2009-11-24

Windows Explorer Hack Windows XP admin

09:45

9 2009-11-24

Web Hack Windows XP admin

09:46

10 2009-11-24

Jaringan Hack Windows XP admin

09:48

11 2009-11-24

E-mail Hack Windows XP admin

09:52

12 2009-11-24

Registry Hack Windows XP admin

09:56

13 2009-11-24

Utilitas dasar Hack Windows XP admin

10:03

14 2009-11-24

Aplikasi Hack Windows XP admin

10:12

15 2009-11-24

Grafik dan Multimedia Hack Windows XP admin

10:14

16 2009-11-24

Performansi Sistem Hack Windows XP admin

10:16

17 2009-11-24 Perangkat Keras

(Hardware) Hack Windows XP

admin


(45)

xliii

3.2.4 Fitur Trackback

Modul trackback merupakan modul tambahan hasil distribusi dan terletak di dalam antarmuka Blog entry. Dalam penelitian ini, AP melakukan trackback melalui tulisannya yang berjudul “Belajar Java dari Javala” ke Blog 2 milik DF untuk tulisan yang berjudul “Sekilas Tentang Java”. DF akan menerima pemberitahuan mengenai trackback ini di List Trackback administrasi Drupal miliknya juga di Panel

Comments. Sementara DF melakukan trackback melalui tulisannya yang berjudul “Sekilas Tentang Java” ke blog 1 milik AP untuk tulisan yang berjudul “Merge Sort di Java”.

Trackback bisa membantu para siswa yang menggunakan Drupal untuk saling memberitahu tentang karya-karya yang mempunyai keterkaitan atau kesamaan topik. Berikut langkah-langkah untuk melakukan trackback. Kasus yang digunakan adalah ketika DF (Blog 2) melakukan trackback kesalah satu post di dalam Blog 1 milik AP: 1. DF menulis post berjudul “Sekilas Tentang Java” menggunakan fitur blog entry

di halaman admnistrasi Drupal miliknya.

2. Setelah tulisan ini selesai diedit tapi belum diterbitkan, DF mengunjungi post milik AP yang akan ditrackback di URL berikut ini:

http://localhost/Anggina_Project/merge_sort_diJava/

3. Di bagian bawah post tersebut sebelum bagian Comments, ada URL untuk melakukan trackback (Gambar 3.4). DF mengambil (copy) URL tersebut kemudian menyalinnya (paste) di dalam field trackback (Gambar 3.5) di fitur Blog entry halaman administrasi Drupal miliknya tadi.


(46)

xliv

Gambar 3.4 Link yang mengandung URL untuk melakukan Trackback

4. Setelah URL tersebut di salin ke dalam field trackback. DF menekan tombol Save.

5. Selesai

6. Hasil dari trackback ini adalah munculnya ringkasan post milik DF yang berjudul

“Sekilas Tentang Java” di bagian Comments post milik AP yang berjudul

“Merge Sort di Java” seperti terlihat di Gambar 3.4.


(47)

xlv

3.2.5 Fitur Pingback

Pingback dilakukan dengan cara membuat link yang merujuk ke URL (uniform resource locator) dari tulisan yang ada di blog milik siswa. Dalam penelitian ini, AP melakukan pingback kepada DF dengan cara membuat URL dari tulisan milik DF yang berjudul “Waspadai Situs Traffic Tinggi” dalam tulisannya yang berjudul

“Peringatan untuk Pengguna Internet Explorer”, begitu pula sebaliknya. Dengan

mekanisme seperti ini para siswa bisa memakai pingback untuk saling melakukan referensi (citation) atas karya-karya milik temannya yang dimuat dalam blog.

Tampilan post milik DF yang berisi link merujuk ke post milik AP bisa dilihat pada Gambar 3.6.


(48)

xlvi

Pada Gambar 3.6 di atas, kata “pencurian account bank” yang bercetak tebal berisi URL yang merujuk ke post milik AP yakni:

http://localhost/Anggina_Project/Peringatan-untuk-Pengguna-Internet-Explorer/ Agar fitur pingback bisa berfungsi, siswa bisa melakukan pengaturan melalui panel Site Configuration di menu administrasi (Gambar 3.7).


(49)

xlvii

Sama seperti Fitur Trackback, setiap post dari satu blog yang merujuk ke post blog lainnya akan ditampilkan di bagian Comment dari post yang dirujuk tersebut. Pada Gambar 3.8, post milik BS yang berjudul “Peringatan untuk Pengguna Internet Explorer” ditampilkan di bagian Comment dari post yang dirujuknya, yakni “Waspadai Situs Traffic Tinggi”.

Gambar 3.8 Post yang merujuk ditampilkan di bagian Comment post yang dirujuk

3.2.6 Fitur Taxonomy

Fitur Taxonomy bisa diakses melalui halaman administrasi Drupal. Fitur ini terletak dalam Panel Content management > Taxonomy. Tampilan antarmuka fitur Taxonomy bisa dilihat pada Gambar 3.9. Taxonomy merupakan fitur kategori untuk mengelola post yang sudah terbit atau akan diterbitkan (draft).

Fitur ini digunakan untuk mengelompokkan karya-karya (post) milik siswa yang diterbitkan dalam blognya. Dalam penelitian ini, nama-nama kategori dibuat berdasarkan nama semester yang diambil oleh siswa tersebut. Untuk lebih


(50)

xlviii

memudahkan pengelolaan karya-karya siswa yang diterbitkan dalam blog, nama-nama mata kuliah yang diambil oleh kedua siswa akan dijadikan subkategori dari kategori induk nama semester.

Gambar 3.9 Antarmuka Fitur Taxonomy dalam Panel Content management

Selain itu, di dalam kedua blog ini juga terdapat kategori yang berisi tulisan-tulisan lepas dari kedua siswa yang tidak terkait dengan perkuliahan. Dalam Blog 1 kategori ini dinamai Inspirasi Anggi, sementara dalam Blog 2 dinamai Referensi DF. Di dalam blog ini juga terdapat kategori yang dinamai Podcast, tujuannya adalah untuk menampung post milik kedua siswa yang mengandung link yang menuju ke berkas audio berformat *.mp3.


(51)

xlix

Untuk melakukan penambahan kategori,siswa memiliki dua opsi;

1. Melalui Panel vocabularies yang terletak di bagian atas antarmuka Fitur Blog Entry (Gambar 3.10).

2. Melalui panel Add vocabulary di bagian atas Panel Content management > Taxonomy (Gambar 3.11).


(52)

l

Gambar 3.11 Antarmuka Panel Add Vocabulary

Form Field Vocabulary name pada antarmuka Add vocabulary (Gambar

3.11) diisi dengan nama kategori yang akan ditampilkan dib log. Misalnya, Semester I, Semester II, dan seterusnya. Form field Description digunakan untuk memberikan keterangan dari kategori yang sudah dibuat. Misalnya; kategori Semester I dideskripsikan dengan kata; “Kategori untuk menampung semua mata kuliah yang diambil selama Semester I”.

Form field Help Text digunakan untuk memberikan intruksi kepada pengguna ketika ingin menggunakan kategori pada post. Content types digunakan untuk memilih jenis konten yang menggunakan kategori tersebut. Settings digunakan untuk mengatur cara memasukkan kategori yaitu opsi Tags jika ingin mengetikkan langsung form field kategori pada blog entry, opsi Multiple Select jika ingin menggunakan


(53)

li

pilihan kategori, dan opsi Required jika ingin tiap post harus menggunakan kategori paling sedikit satu. Sementara Taxonomy menu merupakan modul tambahan untuk memudahkan pengaturan tampilan menu kategori yang dibuat dalam penelitian ini pada halaman depan (Home) blog.

3.2.7 Fitur Weblinks

Fitur Weblinks atau lebih popular dengan istilah blogroll, digunakan untuk mengelola link yang menuju ke situs atau blog lain berdasarkan kategori. Fitur ini terletak pada Create content > Weblinks.

Dalam antarmuka ini, ada tiga form yang bisa diisi oleh siswa. Form field Title

diisi dengan nama blog atau situs yang dikehendaki. Misalnya; link yang menuju ke situs Inspiration diberi nama Inspiration. Form field Address diisi dengan alamat dari situs yang dirujuk. Dalam contoh di atas, situs Inspiration dirujuk dengan URL berikut: http://anggina-project.blogspot.com. Form Description digunakan untuk mendeskripsikan situs yang telah dirujuk. Untuk Inspiration, contoh deskripsinya adalah “Situs seputar inspirasi teknologi, komputer, dan internet”. Dalam penelitian ini, kedua blog menggunakan fitur ini untuk membuat tiga kategori, yakni Situs Dosen, Situs Favorit, dan Situs Teman. Siswa bisa

3.2.8 Fitur Sistem Pengaturan Akses Bertingkat

Fitur ini bisa diimplementasikan melalui Panel User management > Users (Gambar 3.12). Siswa diberi lima pilihan status (role) yang bisa digunakan untuk menentukan anggota-anggota yang sudah terdaftar di dalam blog. Adapun kelima status tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

1. Admin blog 2. Editor 3. Author 4. Contributor 5. Subscriber


(54)

lii

Dalam penelitian ini, Blog 2 milik DF memiliki dua anggota yang pada awalnya berstatus sebagai Subscriber, yakni Naira dan Anggi Project. Tapi karena Blog 1 ini hendak diisi oleh lebih dari satu pengguna maka DF memberikan keduanya status baru, yakni status Author untuk Naira dan Contributor untuk Anggi Project. Dengan status baru ini, kedua anggota yang pada awalnya hanya berstatus Subscriber

dan tidak bisa menerbitkan karya di dalam Blog 1 akan memiliki kesempatan untuk melakukan hal ini. Berikut ini adalah link hasil karya dari anggota yang berstatus author dan contributor:

1. Tulisan AP yang ada di Blog 2 milik DF

http://localhost/Dini_Fitri/Waspadai_Situs_Traffic_Tinggi 2. Tulisan DF yang ada di Blog 1 milik AP

http://localhost/Anggina_Project/electronic_diary 3. Tulisan Naira yang ada di Blog 1 milik AP

http://localhost/Anggina_Project/honeypot_menjebak_hacker 4. Tulisan Naira yang ada di Blog 2 milik DF


(55)

liii

Gambar 3.12 Antarmuka Panel User management > Users

Di dalam antarmuka di atas (Gambar 3.12), siswa bisa memberikan atau mengubah status semua anggota yang ada di dalam blognya. Di samping itu, siswa yang berstatus sebagai administrator juga memiliki kemudahan untuk menghapus anggota-anggota yang dianggapnya sudah tidak layak untuk menjadi anggota di dalam blognya.

Dengan Drupal bisa melakukan filter untuk setiap status yang ada sehingga siswa yang berstatus sebagai admin blog tidak perlu bingung dalam mengatur anggota-anggota blognya. Admin blog juga bisa menambahkan status-status baru yang lain ke dalam blognya dan mengatur apa saja yang bisa diakses oleh anggota berdasarkan statusnya melalui User management > Roles. Penambahan status dan pengaturan hak aksesnya bisa dilihat pada Gambar 3.13.


(56)

liv

Gambar 3.13 Antarmuka Panel User management > Roles

3.2.9 Fitur Komentar

Drupal menyediakan beberapa antarmuka untuk mengelola komentar-komentar yang masuk ke blog. Berikut antarmuka yang dimaksud:

1) Antarmuka inisialisasi komentar per karya yang diterbitkan (Gambar 3.14) 2) Antarmuka pengelolaan komentar-komentar (Gambar 3.15)


(57)

lv


(58)

lvi

Antarmuka untuk inisialisasi komentar per karya yang diterbitkan terletak di Panel Blog entry di bagian bawah (Gambar 3.14). Jika siswa tidak menghendaki adanya komentar di suatu post maka opsi Disabled harus dipilih, atau jika siswa ingin post tersebut hanya bisa dibaca maka opsi Read only yang harus dipilih.

Gambar 3.15 Antarmuka Panel Content management > Comments

Di dalam Panel Content management > Comments (Gambar 3.15), siswa bisa melakukan beberapa aksi yang terkait dengan komentar-komentar, baik yang akan masuk maupun yang sudah diterima. Adapun aksi yang dimaksud antara lain:

1. Edit: mengubah isi komentar

2. Update option: dengan pilihan ini bisa menghapus atau tidak menerbitkan (unpublish) komentar.

3. Subject: melihat isi komentar secara menyeluruh dengan mengklik salah satu field Subject komentar

4. Approval queue: mengizinkan komentar untuk dipublikasi di bagian post yang dikomentari


(59)

lvii

Gambar 3.16 Antarmuka Untuk Memberikan Komentar

Antarmuka untuk memberikan komentar (Gambar 3.16) terletak di bagian bawah setiap post. Melalui antarmuka inilah pengunjung sekaligus pembaca karya milik siswa bisa memberikan komentar atas karya yang sudah dibacanya. Sebelum memasukkan komentar, komentator mengisi tiga form field, yakni nama komentator, subject, isi komentar.


(60)

lviii

Drupal memiliki tampilan komentar berjenjang sehingga tidak hanya posting blog saja yang bisa dikomentari namun penulis atau pembaca sendiri bisa membalas komentar siswa lainnya. Tampilan bentuk komentar berjenjang bisa dilihat pada Gambar 3.17.


(61)

lix

3.3 Implementasi Fitur-Fitur Drupal untuk Kegiatan Podcasting

Dalam penelitian ini implementasi fitur-fitur Drupal untuk kegiatan podcasting meliputi fitur Audio, Feed Agregator.

3.3.1 Podcasting menggunakan Fitur Audio

Jika dalam menerbitkan karya-karya yang berformat teks/tulisan bisa menggunakan fitur Blog entry, maka fitur Audio dapat digunakan oleh siswa untuk mengimplementasikan podcasting. Untuk melakukan aktivitas ini, siswa hanya perlu memasukkan URL yang merujuk ke berkas audio berformat *.mp3 atau lainnya yang sudah didukung oleh aplikasi podcatcher seperti iTunes atau Juice.

Dalam penelitian ini, AP menerbitkan podcast menggunakan berkas audio yang berjudul “LullabotPodcastNo60.mp3”. Berkas ini berada di dalam post yang berjudul “Podcast No.60 dari Lullabot” (Gambar 3.18). Rekaman percakapan berupa tips mengenai Dupal ini disimpan di dalam server dan bisa didengarkan langsung dari halaman podcast yang telah diterbitkan atau bisa di download dengan alamat:

http://localhost/Anggina_Project/audio/download/13/LullabotPodcastNo60.mp3


(62)

lx

Sementara DF menerbitkan podcast menggunakan berkas audio yang berjudul “LullabotPodcastNo66.mp3”. Berkas ini berada di dalam post yang berjudul

Drupal untuk Pendidikan” (Gambar 3.19). Rekaman percakapan dengan Bill

Fitzgerald ini disimpan di dalam server dan bisa didengarkan langsung dari halaman podcast yang telah diterbitkan atau bisa di download dengan alamat:

http://localhost/Dini_Fitri/audio/download/33/LullabotPodcastNo66.mp3


(63)

lxi

3.3.2 FiturFeed Aggregator

Fitur ini memungkinkan Drupal untuk membaca informasi yang terdapat didalam suatu feed blog atau situs. Drupal menyediakan beberapa standard sindikasi materi (content) dari blog atau situs. Berikut standard sindikasi yang dimaksud:

1) RDF (Resource Description Framewok)

2) RSS 2.0 (Really Simple Syndication or Rich Site Summary) 3) Atom

Dengan adanya feed, para pengunjung sekaligus pembaca blog bisa mengetahui adanya post terbaru dari sebuah blog tanpa harus mengunjungi blog tersebut. Kemampuan ini dimanfaatkan oleh kedua siswa (AP dan DF) dengan cara berlangganan feed dari kategori yang diminati menggunakan fitur Feed Aggregator. Tampilan fitur Feed Aggregator bisa dilihat pada Gambar 3.20.


(64)

lxii

Fitur ini dapat dikelola melalui menu administrasi Drupal pada panel Content management > Feed Aggregator. Bisa dilihat pada Gambar 3.21.

Gambar 3.21 Antarmuka Feed Aggregator dalam mengelola feed blog

Dengan Fitur Feed Aggregator, sindikasi materi dari blog yang ingin diikuti oleh siswa bisa disusun berdasarkan kategori dengan membuat kategori pada tab Add category, kemudian pada tab Add feed untuk memasukkan alamat feed blog.

Untuk mengambil berkas-berkas multimedia yang diikutkan dalam suatu post secara otomatis, siswa bisa menggunakan aplikasi seperti iTunes atau Juice. Dengan dua aplikasi ini, siswa dapat mengetahui keberadaan suatu berkas tanpa harus memeriksa ke blog yang bersangkutan terlebih dahulu.


(65)

lxiii

Tampilan iTunes bisa dilihat pada Gambar 3.22. Dalam gambar ini, iTunes sedang digunakan untuk mengunduh berkas audio dari Blog 2 milik Dini Fitri, yakni “LullabotPodcastNo66.mp3”. Sementara itu, DF menggunakan Juice untuk mengunduh berkas audio dari Blog 1 milik Anggina Project (Gambar 3.23).

Gambar 3.22 iTunes sedang mengunduh berkas audio

Ketika berkas yang diinginkan sudah selesai diunduh, iTunes bisa langsung digunakan untuk memainkan berkas tersebut. Kemampuan ini akan memberikan kemudahan sekaligus kenyamanan bagi siswa dalam menikmati berkas Podcast milik temannya.

Berbeda dengan iTunes, Juice (Gambar 3.23) tidak dapat digunakan untuk memainkan berkas audio atau video yang sudah diunduh. Untuk memainkan berkas-berkas yang sudah diunduh, aplikasi ini akan menggunakan media player yang sudah ada (installed) di komputer siswa.


(66)

lxiv

Gambar 3.23 Juice sedang mendeteksi keberadaan berkas audio

Tampak dalam Gambar 3.23 Juice mampu mendeteksi keberadaan berkas audio yang berjudul “LullabotPodcastNo60.mp3”.


(67)

lxv

BAB IV

ANALISIS MANFAAT FITUR-FITUR DRUPAL

4.1 Manfaat Fitur Blog entry untuk SCL

Blog entry merupakan elemen vital dari sebuah blog. Melalui fitur Blog entry inilah seorang blogger bisa menerbitkan karya-karyanya secara kronologis. Dengan fitur ini seorang siswa bisa memuat lalu menerbitkan (publish) karya-karyanya ke dunia maya. Fitur Blog entry dalam Drupal memungkinkan seorang siswa untuk meletakkan hasil karyanya dengan beragam media yang diinginkannya seperti teks/tulisan, audio, video, gambar, animasi, grafik atau kombinasi dari semuanya.

Kemampuan fitur Blog entry Drupal yang dapat memungkinkan penggunaan salah satu atau kombinasi dari kelima media di atas adalah sebuah solusi bagi salah satu kebutuhan SCL. Dalam lingkungan SCL, guru diharapkan agar bersedia untuk memberikan kebebasan (fleksibilitas) kepada para siswanya untuk berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya. Ini berarti bahwa seorang siswa memiliki beberapa pilihan format untuk karya yang akan diterbitkan.

Dalam lingkungan teacher-centered learning (TCL), umumnya guru memberi tugas yang hasilnya hanya berupa teks/tulisan padahal seorang siswa belum tentu mahir dan atau menyukai kegiatan tulis-menulis. Kumpulan siswa cenderung bersifat heterogen dalam hal minat dan bakat. Ada yang cenderung dengan teks, ada pula yang menyenangi gambar, baik statis maupun dinamis (animasi).


(68)

lxvi

Di dalam penelitian yang telah dikerjakan, baik Anggina Project (AP) maupun Dini Fitri (DF) telah menggunakan fitur Blog entry untuk menerbitkan (publish) karya masing-masing. Kedua blog ini diisi dengan karya-karya yang tidak hanya bersifat teks/tulisan tapi juga kombinasi dari teks, grafis dan audio.

4.2 Manfaat Fitur Buku Kolaboratif untuk SCL

Fitur ini bisa diakses melalui subpanel Book Page di bawah panel Create Content di dalam halaman administrasi Drupal.

Sebuah buku dalam Drupal adalah sekumpulan halaman artikel yang dikaitkan bersama dalam sebuah rangkaian, entah itu bab, bagian, sub bagian dan sebagainya. Fitur ini bisa digunakan untuk menyajikan manual, panduan situs, pertanyaan yang sering diajukan (FAQ), atau apapun yang diinginkan siswa. Hal ini tentu sangat bermanfaat dalam pembelajaran yang terpusat pada siswa karena dengan fitur ini siswa bisa menjadi penyedia materi-materi yang ia minati sekaligus sebagai sarana latihan dalam membentuk pola pikir yang terstruktur.

Anggota memiliki hak akses bisa membuat buku, menulis, mengulas, mengedit atau mengatur urutannya. Beberapa siswa bisa bekerja bersama membuat sebuah buku. Siswa bisa mengaktifkan atau menonaktifkan fitur kolaborasi ini, atau sejauh mana pun yang diijinkan. Maka, secara tidak langsung akan terbentuk kelompok siswa yang memiliki minat yang sama pada bidang tertentu. Dan akan lebih mudah ketika dalam pengajar/guru memberikan tugas-tugas kelompok.

Di bagian bawah halaman buku, Drupal secara otomatis membuatkan link ke halaman di sebelahnya (sebelum dan sesudah halaman yang sedang dibuka) untuk memudahkan navigasi seperti halnya sedang membuka sebuah buku secara fisik, juga link berlabel ke atas yang mengarah ke tingkatan atas halaman tersebut dalam struktur buku. Juga akan dibuatkan daftar isi secara otomatis.


(69)

lxvii

4.3 Manfaat Fitur Aggregator Berita untuk SCL

Di dalam sebuah lingkungan pembelajaran, biasanya satu kelas terdiri dari banyak siswa; puluhan bahkan ratusan. Jika semua siswa dalam kelas tersebut memiliki blog maka akan ada puluhan atau ratusan blog. Untuk memeriksa blog dalam jumlah yang banyak ini tentu dibutuhkan waktu yang tidak sedikit. Tidak hanya waktu, sumber daya komputer juga bisa habis termakan oleh aktivitas semacam ini.

Sebagai gambaran, untuk memeriksa seratus blog dalam satu waktu, dibutuhkan 100 jendela browser – jika browser tersebut belum mendukung tabbed browsing; contoh aplikasinya adalah Microsoft Internet Explorer (untuk versi 6 dan sebelumnya) atau 100 tab. Selain memakan resource yang besar, keadaan ini tentu bisa merepotkan para pembaca blog yang dalam hal ini adalah para siswa itu sendiri.

Fitur Aggregator Drupal adalah solusi cerdas untuk mengatasi masalah ini. Dengan adanya feeds, seorang siswa tinggal menggunakan sebuah RSS Reader atau

Aggregator untuk memeriksa sekaligus membaca isi semua blog tersebut melalui

blognya sendiri.

Dalam penelitian ini, kedua siswa menggunakan fitur Feed Aggregator untuk berlangganan RSS feed dari kategori yang berlainan. AP berlangganan RSS feed untuk kategori podcast milik DF. Sementara DF berlangganan RSS feed untuk kategori Semester 1 milik AP.

Terkait dengan SCL, Fitur Feeds mempunyai fungsi penting untuk memberikan kemudahan bagi para siswa untuk memilih sendiri materi yang diminatinya. Selain itu, Feeds merupakan ujung tombak implementasi podcasting. Dengan adanya feed, seorang siswa bisa meletakkan link yang menuju ke berkas audio atau video di dalam karya yang diterbitkannya. Sementara pembaca yang ingin berlangganan bisa menikmati berkas audio atau video ini melalui aplikasi podcatcher seperti iTunes atau Juice.


(70)

lxviii

Contoh implementasi podcasting dalam penelitian ini adalah berkas audio milik DF yang dimuat dalam post yang berjudul “Drupal dalam Pendidikan” dan berkas milik AP yang dimuat dalam post yang berjudul “Podcast no.60 dari Lullabot”.

4.4 Manfaat Fitur Trackback untuk SCL

Trackback merupakan mekanisme komunikasi antar blog. Dengan adanya Trackback, seorang siswa bisa memberi tahu siswa lain ketika ia telah menulis atau menerbitkan karya yang terkait dengan karya siswa lain tersebut. Di saat yang bersamaan, blog DF akan menerima sekaligus meletakkan kutipan atau ringkasan isi post milik AP tersebut ke bagian Comment.

Dalam penelitian ini, AP melakukan trackback melalui tulisannya yang berjudul “Belajar Java dari Javala” ke Blog 2 milik DF untuk tulisan yang berjudul “Sekilas Tentang Java”. DF akan menerima pemberitahuan mengenai trackback ini di tiga tempat sekaligus. Pertama, di halaman administrasi Drupal miliknya. Kedua, di panel Comments juga di halaman administrasi. Terakhir, di dalam bagian Comments dari halaman post yang di trackback. Sementara itu, DF melakukan trackback melalui tulisannya yang berjudul “Sekilas Tentang Java” ke Blog 1 milik AP untuk tulisan yang berjudul “Merge Sort di Java”.

Bagi lingkungan pembelajaran SCL, trackback memberikan kesempatan bagi para siswa pembaca blog untuk melakukan penelusuran yang lebih mendalam (deep exploration) terhadap suatu kasus atau permasalahan yang sedang diminatinya. Hal ini dimungkinkan karena Drupal akan meletakkan semua link dari post terkait di bagian Comment dalam setiap post-nya.

Untuk siswa yang melakukan trackback sendiri, adanya fitur ini akan memberikan peluang baginya untuk melakukan diskusi secara terbuka kepada blog milik siapapun di internet. Khususnya untuk post yang sifatnya saling terkait satu sama lain.


(1)

Selain itu, adanya daftar link ini juga bisa meningkatkan posisi sebuah blog di dalam mesin pencari (search engine). Hal ini terjadi karena search engine tersebut menggunakan banyaknya blog atau situs yang merujuk kepada suatu blog sebagai cara untuk mengukur tingkat popularitas (popularity) blog tersebut. Sebagai contoh, search engine paling populer, Google, menggunakan istilah page rank untuk menggambarkan popularity sebuah blog di dalam indeksnya. Sementara itu, mesin pencari khusus untuk blog seperti Technorati memakai istilah Authority untuk mendeskripsikan popularity di dalam lingkungan sistemnya.

Terkait dengan SCL, tingkat popularitas sebuah blog akan dipengaruhi oleh tingkat hubungan sosial seorang siswa di internet. Jadi, semakin banyak seorang siswa berinteraksi di dunia internet – misalnya dengan cara memberi komentar di blog siswa lain atau memasang link milik blog lain di dalam blog pribadi – menggunakan nama dan link yang menuju ke blog miliknya maka akan semakin bagus pula popularitasnya di dalam mesin pencari.


(2)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari rangkaian kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan melalui dua blog, baik itu yang merupakan aktivitas blogging maupun podcasting, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut:

1. Simulasi blog berbasis Drupal SU (Single-User) mampu mendukung pelaksanaan student-centered learning dengan baik.

2. Podcast yang diimplementasikan pada simulasi blog mahasiswa dapat digunakan dengan baik untuk menampilkan berkas audio berformat *.mp3.

3. Dengan 10 fitur Drupal yang telah diuji coba dapat mengimplementasikan elemen-elemen pada student-centered learning (SCL).


(3)

5.2 Saran

Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan untuk penelitian ke tahap yang lebih lanjut:

1. Dalam penlitian ini instalasi blog dilakukan pada server lokal. Simulasi aktivitas blog sebaiknya dapat dilakukan pada internet agar diketahui sejauh mana popularitas suatu blog dapat mempengaruhi pembelajaran yang terpusat pada siswa.

2. Masalah infrastruktur juga merupakan bagian dari masalah implementasi sementara dalam penelitian ini hanya dikupas secara umum. Oleh karena itu disarankan untuk penelitian lebih lanjut bisa lebih menguraikan spesifikasi infrastruktur dan pengaruh budaya dalam mengimplementasikan pembelajaran yang terpusat pada siswa.

3. Pemilihan fitur-fitur dalam mengimplementasikan elemen-elemen pembelajaran terpusat pada siswa bisa lebih diperkuat dengan referensi dari pakar sebagai pembanding.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adie, dkk.2006. Collaborative Software Tools and Web 2.0.

http://www.vp.is.ed.ac.uk/content/1/c4/10/46/CollaborativeToolsAndWeb2%2 00.pdf diakses 22 Juni 2009

Anderson, dkk., 2006, Learner-centered Teaching and Education at USC: A Resource for Faculty,

http://www.usc.edu/academe/acsen/documents/LC_Resoirce_final1.pdf diakses 3 Agustus 2009

Apple, 2009, Podcasting FAQ,

http://www.apple.com/itunes/store/podcastingfaq.html, diakses 14 Juni 2009

Bender, B.2003. Student-Centered Learning: A Personal Journal, Educause Center For Applied Research – Research Bulletin.

http://www.educause.edu/ir/library/pdf/ERB0311.pdf diakses 20 Juni 2009

Boyd, D., 2006, A Blogger’s Blog: Exploring the Definition of a Medium, http://www.danah.org/papers/ABloggersBlog.pdf diakses 15 Juni 2009

Brown, K. L., 2003, From teacher-centered to learner-centered curriculum: Improving learning in diverse classrooms,

http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3673/is_1_124/ai_n29032690/ diakses 23 Juni 2009

Burns, S. dan Cox B., Blogging in the Classroom,

http://www.il-tce.org/present05/handouts/cox.pdf, diakses 15 juni 2009

Connaghan, K., 2005, Podcasting – The Newest Revolution,

http://www.collectivethoughts.org/innovativetech2.pdf diakses 19 Juni 2009

Downes, S., 2004, Educational blogging, EDUCAUSE Review,

http://www.educause.edu/pub/er/erm04/erm0450.asp, diakses 18 Juni 2009

Du, H.S. dan Wagner, C.2005. Learning with Weblogs: An Empirical Investigation, Proceedings of the 38th Annual Hawaii International Conference on System Sciences (HICSS'05) in Big Island, Hawaii,

http://csdl2.computer.org/comp/proceedings/hicss/2005/2268/01/22680007b.p df diakses 16 Juni 2009

Fitzgerald, Bill. 2008. Drupal For Education and E-learning.Birmingham:Packt Publishing


(5)

Gerlach, J. M., 1994, Is This Collaboration? in Collaborative Learning: Underlying processes and Effective Techniques, ed, Bosworth, K. and Hamilton, S. J., San Fransisco: Jossey-Bass

Harsono, 2005, Kearifan dalam Transformasi Pembelajaran,

http://inparametric.com/bhinablog/download/kearifan_dalam_transformasi_pe mbelajaran.pdf diakses 29 Juli 2009

Ingleton dkk.2000.Leap into... Student-centred Learning.

http://www.adelaide.edu.au/clpd/resources/leap/leapinto/StudentCentredLearnin g. pdf diakses 30 Juni 2009

Kurhila, J., Miettinen, M., Nokelainen, P., Tirri H.. 2004.The Role of the Learning Platform in Student-Centered E-Learning, Fourth IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies (ICALT'04) in Joensuu, Finland.

Kvavik, R. B., 2005, Convenience, communications, and control: How students use technology, in Educating the net generation, ed. D. G. Oblinger and J. L. Oblinger. EDUCAUSE Center for Applied Research.

Langridge, S., dan Hickson I., 2002, Pingback 1.0,

http://www.hixie.ch/specs/pingback/pingback-1.0 diakses 3 Juli 2009

Lindahl, C., dan Blount E., 2003, Weblogs: Simplifying Web Publishing, in Computer

http://csdl.computer.org/dl/mags/co/2003/11/ry114.pdf diakses 16 Juni 2009

McLaughlin, L., 2006, Podcasting 101: What the Web’s New Trend Means to You, http://csdl.computer.org/comp/mags/pc/2006/04/b4007.pdf

diakses 5 Agustus 2009

Meng, P., 2005, Podcasting and Vodcasting: a White Paper,

http://edmarketing.apple.com/adcinstitute/wpcontent/Missouri_Podcasting_Whit e_Paper.pdf diakses 19 Juli 2009

Merriam Webster, Word Of The Year 2006,

http://www.m-w.com/info/06words_prev.htm diakses 26 Juni 2009

O’Neill G., dan McMahon T.2005. Student-centred learning: What does it mean for students and lecturers?. http://www.aishe.org/readings/2005-1/oneill-mcmahon-Tues_19th_Oct_SCL.pdf diakses 2 Juli 2009

Oxford, 2009, A Word A Year,

http://www.askoxford.com/worldofwords/wordayear/?view=uk diakses 26 Juni 2009


(6)

Seitzinger, J.2006. Be Constructive: Blogs, Podcasts, and Wikis as Constructivist Learning Tools http://www.elearningguild.com/pdf/2/073106DES.pdf diakses 30 Juni 2009

Six Apart, 2004, Trackback Technical Specification Version 1.2,

http://www.sixapart.com/pronet/docs/trackback_spec diakses 3 Juli 2009

Sparrow, L., Sparrow, H. and Swan, P., 2000, Student centred learning: Is it possible?,

http://lsn.curtin.edu.au/tlf/tlf2000/sparrow.html diakses 25 Juni 2009

Spectrum, 2006, Cooperative Learning: A Framework for Success, http://www.facdev.niu.edu/facdev/resources/spectrum/fall2006.pdf diakses 30 Juli 2009

Weimer, M., 2002. Learner-Centered Teaching; Five Key Changes to Practices. San Fransisco: Jossey-Bass.

Williams, J. B. dan Jacobs, J., 2004, Exploring the use of blogs as learning spaces in the higher education sector. Australasian Journal of Educational Technology, http://www.ascilite.org.au/ajet/ajet20/williams.html diakses 14 Juni 2009


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Implementasi Strategi Pembelajaran Sms (Serius Mengerjakan Soal) Pada

0 1 17

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Melalui Implementasi Strategi Pembelajaran Sms (Serius Mengerjakan Soal) Pada

0 2 12

IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIS DALAM PEMBELAJARAN AKTIVITAS PENGUASAAN BOLA.

0 2 29

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Bentangan Tahun

0 2 16

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF Peningkatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pkn Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Bentangan Tahun

0 1 15

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PEMBELAJARAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN WAKTU AKTIF BELAJAR SISWA.

0 1 32

RAIM DALAM RANGKA MENDUKUNG IMPLEMENTASI

0 0 13

Implementasi Web Service Pada Sistem Rekam Medis Terpusat

0 1 6

Implementasi Sistem Penyimpanan Terpusat Menggunakan Pydio 8.0 Community pada Universitas Islam Batik Surakarta

0 6 8

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN TIPE STAD KELAS IV SD

0 0 14