mad’u, maka mad’u dapat dengan langsung bertanya kepada da’i nya. Pola ini banyak digunakan oleh para da’i dalam menyampaikan ajaran Islam.
3. Gerakan Dakwah Islam Klasik dan Islam Modern
a. Gerakan Dakwah Islam Klasik
Periode dakwah Islam klasik dimulai sejak abad ke-18 sampai abad ke-19. Pada waktu itu, pesantren merupakan pusat kegiatan dakwah yang sering
digunakan sebagai media dakwah oleh masyarakat Islam. Selain sebagai pusat transformasi ilmu-ilmu agama, pesantren juga sebagai tempat dakwah dan
musyawarah bagi masyarakat. Dari lingkungan terbatas di pesantren, orang dapat melihat perkembangan
Islam di Indonesia dalam bentuk gerakan yang terorganisasi dan terlembagakan yang mendasari munculnya gerakan-gerakan keagamaan yang lebih besar lagi di
awal abad ke-20. Di akhir abad ke-19, gerakan-gerakan keagamaan yang lahir dari pesantren maupun dengan perkembangan literatur Islam, maka Islam Indonesia
menjadi lebih baik dan berada pada tahap menuju kemurniannya, sebagaimana yang diajarkan oleh sumber-sumber doktrin yang asli.
Gerakan dakwah Islam klasik tidak serta merta menempatkan pesantren sebagai pusat dakwah. Selain itu, kesenian dalam tradisi masyarakat jawa seperti
wayang golek, syair-syair jawa, serta adat istiadat masyarakat Indonesia juga dijadikan sebagai media dakwah Islam pada saat itu.
b. Gerakan Dakwah Islam Modern
Seiring dengan pekembangan zaman dan pola pikir masyarakat muslim di abad ke-20 ini telah melahirkan suatu peradaban baru, zaman baru di dunia Islam
yaitu pembaharuan Islam di Indonesia. Pembaharuan Islam di Indonesia ditandai
dengan kompleksitas literatur-literatur Islam yang tidak hanya mengkaji Islam dari sisi syariat dan ibadah saja tetapi juga teologi, filsafat, tasawuf, moralitas, dan
lain-lainnya. Perkembangan Islam di abad ke-20 ini telah banyak melahirkan paradigma
baru yang bekaitan dengan gerakan pemurnian agama atau yang disebut sebagai purifikasi Islam. Maka kemudian, cita-cita dakwah Islam pun harus mampu
menjadi pelopor dalam rangka purifikasi Islam tersebut. Di Indonesia, gerakan dakwah Islam modern ditandai dengan agenda
sosial politik yang oleh kalangan modernis diakui sebagai suatu jalan menuju masyarakat yang berkeadilan, sejahtera, pluralis, demokratis, rasionalis, inklusive
dan toleran.
18
Ada tiga agenda penting dalam gerakan dakwah Islam modern, yaitu :
1. Membentuk Masyarakat Madani
Prof. Dr. Azyumardi azra menyebut masyarakat madani atau “civil society” sebagai agenda penting pasca orde baru. Bahwa kondisi Islam saat ini
tengah berada pada kemajuan juga sekaligus kemunduran. Masyarakat Islam di Indonesia hari ini mengalami kemajuan dalam hal berpikir, berperadaban dan
berkemanusiaan tetapi sedang mengalami kemunduran pada sisi ekonomi, politik dan sosial. Setelah kurang lebih selama 32 tahun gerakan-gerakan Islam di
Indonesia merasa terkunci dalam lubang kekuasaan orde baru, maka setelahnya Islam kembali muncul dengan berbagai macam bentuk wajahnya. Hal ini
18
Amrullah, Achmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima Duta, 1983.
disebabkan akibat dari tekanan penguasa orde baru terhadap gerakan-gerakan Islam. Dalam hal ini Prof. Dr. Azyumardi Azra menjelaskan :
“The Soeharto new order regime at least in the period of 1970’s and 1980’s was not on good terms with muslims political forces in
general. In fact, there was a lot of mutual suspicion and hostilities between the two sides, president Soeharto took very harsh measures against any
expression of Islamic extremism. But at the same time, it is widely believed that certain military generals such as Ali Murtopo and Benny
Murdani recruited ex DITII to form “Komando Jihad” Jihad Command, conducting subversive activities, in order to discredit Islam and
Muslims.”
19
Rezim Orde Baru Soeharto di akhir masa 1970 dan 1980 secara umum telah berada pada kondisi kekuatan politik ummat Islam yang tidak baik.
Sebenarnya terdapat banyak saling kecurigaan dan permusuhan diantara kedua pihak, Presiden Soeharto mengambil langkah keras melawan
ekspresi Islam garis keras. Tetapi pada saat yang sama, Presiden Soeharto mempercayai penuh bahwa jenderal militer yang dapat dipercaya seperti
Ali Murtopo dan Benny Murdani telah direkrut mantan DITII untuk membentuk Komando Jihad, melaksanakan aktivitas gerakan bawah tanah,
dengan maksud mendiskreditkan Islam dan masyarakatnya.
Sangat terlihat tajam pada kekuasaan orde baru pada saat itu gerakan Islam yang
kerap dianggap menghalau jalannya kekuasaan maka spontanitas dilakukan penghentian oleh kekuatan Soeharto. Jadi, aktivitas dakwah Islam pun menjadi
rapuh dan tidak memiliki ruang bebas di hadapan publik. Konsep masyarakat madani tentu saja dekat dengan historikal intelektual
dan sosial Eropa Barat. Wacana ini di Indonesia kemudian disebut sebagai masyarakat madani, yang menekankan pada penolakan terhadap segala jenis
otoritarianisme dan totalitarianisme.
20
Pada era orde baru, di Indonesia memang dikenal sebagai era pengekangan terhadap gerakan-gerakan sosial politik
19
Azyumardi Azra, Contemporary Islamic Militant Movements In Indonesia, makalah Simposium Internasional, Institute Of Asian Culture Studies, Tokyo, 2005.
20
Hendro Prasetyo, dkk., Islam dan Civil Society; Pandangan Muslim di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
masyarakat yang dilakukan oleh penguasa. Dan tentu saja berpengaruh pada proses pembentukan masyarakat madani sebagai bagian dari upaya kalangan
modernis untuk menunjukkan kearifan dan keragaman kerukunan beragama dan berbangsa di Indonesia ini.
Pergumulan wacana
civil society di Indonesia menjadikan masyarakat muslim sangat penting untuk dipertimbangkan, karena ia adalah salah satu
kelompok agama mayoritas di Indonesia. Oleh karena itu, upaya pengembangan civil society di Indonesia tidak lepas dari peranan ummat Islam. Ummat Islam
merupakan basis perubahan politik dan sosial di Indonesia, dan ia pun memiliki potensi sangat besar dalam menentukan format dan kehidupan politik di
Indonesia. Apalagi melalui jalur lembaga-lembaga dakwah yang dianggap sebagai kendaraan pilihan masyarakat Indonesia dalam membentuk kesejahteraan
masyarakat selain partai politik. Civil society merupakan agenda dakwah Islam dikarenakan untuk
menekan angka kemajuan dan kesejahteraan masyarakat muslim khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini tidak lepas dari peranan para da’i
sebagai bagian dari unsur pelaksanaan dakwah. Dengan memasukkan materi tersebut sebagai bahan informasi menuju masyarakat berkeadilan, sejahtera,
pluralis, demokratis, rasionalis, dan sebagainya. Gerakan
civil society yang terus diwacanakan ini telah menadapatkan perhatian banyak kalangan, diantaranya adalah Nucholish Madjid, M. Dawam
Rahardjo, Amien Rais, Kuntowijoyo, Abdurrahman Wahid, Din Syamsuddin serta tokoh-tokoh lainnya. Lalu kemudian, mereka merumuskannya kembali dalam
istilah masyarakat madani. Di awal tahun 1990-an, tokoh-tokoh tersebut terus
mengupayakan untuk menyebarkan visi dari masyarakat madani tersebut diantaranya adalah membentuk masyarakat muslim menjadi modern, rasional,
cerdas. 2.
Melembagakan kegiatan dakwah Institutionalized Bahwa dakwah yang dilakukan kalangan muslim abad 20 ini telah
memasuki dinamika kehidupan yang kompleks dan syarat akan nilai-nilai agama dan budaya. Jika pada periode klasik pesantren dijadikan sebagai pusat kegiatan
dakwah, maka hari ini dakwah Islam telah mendapatkan banyak tempat untuk mengembangkan dan menyebarluaskan aktivitasnya. Tidak hanya melalui
pesantren tradisional saja tetapi juga pada pesantren-pesantren modern, atau bahkan pada lembaga-lembaga yang dengan sengaja dikhususkan sebagai pusat
kegiatan dakwah Islam. Seperti Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia DDII, Dewan Kemakmuran Masjid DKM, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
LDNU, Majelis Tarjih Muhamadiyah, dan organisasi-organisasi lainnya yang memiliki visi-misi dakwah Islam.
Selain dari pada itu, dakwah Islam kini tengah memasuki pada aspek kajian akademik. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya Fakultas Dakwah di
berbagai perguruan tinggi Islam, baik negeri maupun swasta. Upaya untuk melembagakan kegiatan dakwah Islam merupakan aplikasi dari Al-Qur’an Surat
Al-Mudatsir 74 ayat 1-7 :
☺
☺
Artinya : “Hai orang yang berkemul berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah.
Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak. Dan untuk
memenuhi perintah Tuhanmu, bersabarlah.”QS. Al-Mudatsir, 74:1-7
Ayat tersebut di atas merupakan bekal dakwah Rasulullah saw. untuk yang pertama kalinya. Dakwah Rasulullah saw. pertama kali diawali dengan cara
sembunyi-sembunyi kurang lebih selama tiga tahun.
21
Setelah itu, baru kemudian Rasulullah mendapat wahyu berikutnya untuk menjalankan dakwah Islam dengan
terang-terangan :
☺ ☺
Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang
musyrik.” QS. Al-Hijr, 15:94
Perintah dakwah Islam tersebut selanjutnya diemban oleh Rasulullah saw. selama dua puluh tahun.
22
Oleh karena itu, dakwah Islam harus sudah berada pada tingkat profesionalitas.
23
Surat Al-Mudatsir dan surat Al-Hijr tersebut memberikan pesan bahwa dakwah Islam harus mengalami kemajuan seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan perkembangan zaman. Mula-mula Allah memerintahkan dakwah kepada Nabi Muhammad saw. dengan sembunyi-sembunyi lalu kemudian
memerintahkannya dengan terang-terangan. Artinya, bahwa kegiatan dakwah
21
Muhammad Abu Al-Fath Al-Bayanuni, Al Madkhal Ila ‘Ilm Ad Da’wah, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1991, h. 76
22
Abdul Basith, M. Ag, Wacana Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: STAIN Purwokerto press dan Pustaka Pelajar, 2005, h. 34
23
Abdul Basith, M. Ag, Ibid., h. 33-54
dewasa ini akan lebih terarah dan tercapai tujuannya melalui lembaga dakwah yang terorganisasi. Dengan demikian, kegiatan dakwah di era modern ini akan
lebih sempurna dan terencana jika ada lembaga yang secara konsisten mengarahkan dakwah Islam.
3. Transformasi Sosial social transformation
Selanjutnya adalah dakwah Islam sebagai transformasi kehidupan sosial. Dakwah Islam memang tidak lepas dari perundingan sosial, dimana setiap
gerakan yang digelontorkan akan membentuk suatu pola dan tatanan kehidupan masyarakat. Ini merupakan agenda khusus lembaga-lembaga dakwah dalam
upayanya menjadikan masyarakat sejahtera, adil dan takwa kepada Allah SWT. Sisi lain dakwah sebagai transformasi sosial adalah dapat membentuk
etika dan moral masyarakat menjadi baik dan saling menjadi tauladan. Di dalam suatu masyarakat terdapat beberapa orang yang dipandang sebagai “public
opinion” atau sebagai tokoh masyarakat. Seseorang yang dipandang berpengaruh di masyarakat memiliki potensi untuk menyampaikan pesan-pesan agama. Maka,
kebanyakan orang menyebutnya sebagai ustadz, kiyai atau yang lebih umum lagi adalah tokoh masyarakat.
Dakwah sebagai transformasi nilai-nilai sosial dikarenakan materi dakwah sangat dekat dengan problematika umat dan bangsa. Proyeksi kemudian adalah
terbentuknya pribadi muslim yang taat beragama dan selalu menjalankan perintah Allah SWT. melalui aktivitas dakwah inilah kemudian terpancar energi positif
yang membentuk sifat, karakter dan kebiasaan masyarakat yang baik, dan akan saling menjadi bagian satu sama lainnya di masyarakat. Jika ini sudah terlaksana
maka konsep “manusia bermanfaat” akan terasa di masyarakat. Hal ini memang
telah digariskan dalam khittah dakwah nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadits yang menyatakan :
سﺎ ﻢﻬ ﻔ أ سﺎ ا ﲑﺧ
“Sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat bagi manusia lainnya”.
B. Islam Modern Dan Isu-Isunya