barulah terasa ada yang tidak beres, sehingga terkadang Islam mendapat kecaman dari dunia moden bahwa Islam sangat merendahkan kaum perempuan, Islam tidak
adil dalam mendudukan perempuan, Islam menindas kaum perempuan dan berbagai macam tudingan lainnya yang ditujukan terhadap Islam. Di sini arti
penting dakwah Islam dalam menghadapi konteks kemodernan. Padahal, Islam menggunakan nama perempuan an-Nisa’ sebagai salah
satu nama surat di dalam Al-Qur’an. Betapa itu menunjukkan bahwa Islam mendudukan perempuan kepada posisi yang sangat terhormat. Segala macam
persoalan terdapat di dalam surat tersebut. Kesetaraan gender bagi kaum perempuan adalah kemerdekaan baginya yang selama ini dilegitimasikan kaum
lelaki sebagai nomor dua. Persoalan ini akan beranggapan bahwa Islam yang mendudukan laki-laki sebagai imamnya perempuan jika dipahami sebatas literal
saja akan membawa dampak historis dan ketakutan dunia modern terhadap Islam. Dimana perempuan kini telah berdiri sejajar dengan kaum laki-laki. Namun jika
tidak dilakukan penafsiran yang relevan, Islam akan menjadi kandas dan dipandang masyarakat modern sebagai belenggu kaum perempuan.
6. Isu Krisis Spiritual, Moral dan Sosial Bangsa
Gejala krisis kemanusiaan yang terjadi di dunia sejak paruh kedua abad kedua puluh merupakan pangkal dari kerusakan global yang bersifat akumulatif
dalam bentuk krisis multidimensional, baik dari segi spiritual, moral dan sosial bangsa. Hal ini terjadi atas dasar perubahan iklim manusia yang semakin berpikir
maju dan modern serta tidak dibendung dengan peningkatan pemahaman agama dan spiritualitas.
Selanjutnya, dakwah Islam akan bermuara pada pembentukan karakter masyarakat dalam menjalankan kehidupannya bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Mengingat era modernisasi belakangan ini akan membawa dampak yang cukup krusial bagi perkembangan kehidupan sosial masyarakat. Gejala-
gejala sosial yang terkena pengaruh arus modernisasi membentuk sikap dan watak masyarakat modern yang cenderung diperlakukan sebagai budak dari arus
modernisasi tersebut. Paling tidak, dapat dikatakan bahwa arus modernisasi dalam kaitannya mempengaruhi krisis spiritual, moral dan sosial bangsa bisa dibuktikan
dengan realitas empiris yang terjadi di masyarakat. Tidak saja positivisme yang dihasilkan dari arus modernisme tetapi juga di
satu sisi ia membelenggu sebagian masyarakat modern yang terlalu jauh mengarungi kehidupan modern dan tidak disertai dengan nilai dan prinsip
berbangsa dan bernegara. Seperti halnya kelakuan generasi muda yang terinfeksi virus modernisasi mengakibatkan tindakan-tindakan yang menjadi penyakit
masyarakat, minum-minuman keras, berzinah, membunuh, dan lain-lain yang tidak mencirikan sikap dan watak kemanusiaannya. Dalam taraf tertentu, gejala
demikian bahkan telah menjadi realitas yang konkrit dalam level kehidupan masyarakat seperti kriminalisasi, disorganisasi sosial, pengasingan, alienasi dan
kesenjangan sosial lainnya. Di sini peranan dakwah Islam tidak hanya sebagai penolong melainkan
ada kewajiban bagi lembaga dakwah beserta perangkat-perangkatnya untuk meniadakan pikiran-pikiran negatif yang ditimbulkan akibat derasnya arus
modernisme. Gejala paradoks modernisasi dan antagonistik seperti tersebut di atas adalah akibat tidak disertainya mentalitas-spiritualitas serta pendalaman dan
peningkatan kualitas keberagamaan masyarakat dalam menghadapi modernisme. Seperti pada pembicaraan sebelumnya, bukan saja tindakan dan perilaku manusia
yang bisa berubah bahkan pola pikir beragama pun menjadi sasaran arus modernisme.
Tetapi, di sini tidaklah mencecar bagaimana modernisme menyebabkan gejolak paradoks-antagonistik modernisme tadi. Selain itu, ia juga merupakan
suatu kemajuan besar yang ada dalam sejarah peradaban manusia. Hanya saja masyarakat yang harus lebih pintar memahami dan menyiasati perkembangan
modernisasi yang tak terbendung lagi ini. hal ini pernah diramalkan sebelumnya oleh seorang pengamat sosial, Alvin Toffler, ia menyebutkan bahwa akibat dari
derasnya arus modernisasi, masyarakat akan banyak yang berteriak histeris dan meminta dikembalikan kepada dunia yang sebenarnya, yaitu dunia yang
dianggapnya sebagai teman ketika ia dilahirkan di bumi secara alamiah melalui rahim ibunya
.
61
Meskipun tindakan-tindakan yang tergambarkan di atas menjalar dalam dinamika kehidupan sosial, ada nilai penting yang sedikit dilupakan oleh
masyarakat modern yaitu Islam. Pada dasarnya Islam jauh-jauh hari sebelum Alvin Toffler meramalkannya, Islam sudah terlebih dahulu memberi peringatan
kepada manusia tentang kehidupan manusia yang akan menjadi tipu dayanya. Pengalaman krisis moral yang terjadi pada masyarakat Indonesia ini
memiliki dampak universal sebagai bangsa yang utuh. Moralitas manusia dalam berkehidupan bangsa sangat ditentukan oleh watak dan karakter individunya.
Moral dengan agama adalah dua terminologi yang erat kaitannya dalam
61
Alvin Toffler, Future Shock, diakses di http:203.130.198.30artikel59929.shtml
membentuk watak dan perilaku. Islam mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku penganutnya. Jika umat Islam dewasa ini
mengalami degradasi moral nampak terlihat jelas akibatnya yaitu dangkalnya pengetahuan agama yang diiringi derasnya pengaruh modernisme. Maka, dalam
hal ini kondisi masyarakat Islam khususnya tengah berada pada ancaman degradasi moral yang mengakibatkan lunturnya nilai-nilai luhur bangsa.
Problematika spiritual, moral dan sosial berakar pada lemahnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat. sederhananya adalah kebodohan
merupakan penyebab terkikisnya nilai-nilai spiritual, moral, sosial. Maka dari itu, kandungan ajaran Islam sangat berpengaruh pada pembentukan karakter dan
watak masyarakat. Merosotnya nilai spiritual, moral sosial bangsa adalah kepanjangan dari merosotnya nilai spiritual, moral, sosial yang ada pada masing-
masing individunya. Kemudian terus menjalar dalam skala yang sangat besar dan menjadi genderang bagi bangsa.
Islam memberikan perhatian lebih terhadap aspek kehidupan sosial masyarakat lantaran ia menghendaki adanya kesejahteraan dan kemakmuran
umatnya. Hal tersebut dibentuk melalui penanaman nilai-nilai moral, akhlak, budi pekerti dan sikap sosial yang tinggi dalam kehidupan berbangsa yang dilakukan
oleh masyarakatnya. Dalam hal ini Sayyid Qutub memberikan pandangan bahwa masa depan kejayaan dan kesejahteraan umat manusia ada di tangan Islam.
Artinya, ia menyadari akan besarnya perhatian Islam terhadap kesejahteraan umatnya.
62
Apabila terbukti bahwa Islam yang sanggup menyelamatkan manusia daripada bahaya yang disebabkan oleh pengaruh kebudayaan materialisme yang
62
Sayyid Qutub, Masa Depan di Tangan Islam, International Islamic Federation of Student Organization, 1981
amat meluas, maka Islam dapat memberi manusia suatu sistem yang sesuai dengan kejadian dan keperluan hakikinya, serta dapat menyelaraskan langkah-
langkah penciptaan kebendaannya dengan langkah-langkah kemuliaan rohaninya spiritual.
Dalam konsep tasawuf, manusia terbentuk dari dua prinsip yang berbeda, yaitu jasmani dan rohani. Oleh karenanya ia mempunyai dua dimensi kehidupan,
dimensi samawi dan dimensi bumi. Dimensi kehidupan yang pertama bersifat kekal dan dimensi lainnya bersifat fana’. Secara umum pada masyarakat modern
tidak adanya keseimbangan antara dua konsep tersebut dikarenakan ada kecenderungan untuk memilih titik ekstrem antara kedua konsep tersebut apakah
titik lahiriyah ataukah spiritual. Sayyed Hossen Nasr dalam bukunya Sufi Essays menjelaskan soal kejumudan kemunduran umat Islam sesungguhnya tidak
ditopang oleh kehidupan tasawuf spiritualitas
63
. Di Arab gerakan wahabisme yang menolak tasawuf dalam Islam ternyata membuat agama Islam tereduksi
sampai tinggal doktrin fiqihnya saja yang mengalami kekeringan dan kaku sehingga tidak bisa menghadapi gempuran kebudayaan Barat.
Melalui ajaran tasawuf yang bersifat metafisis dan ma’rifat, dimensi spiritual sangat dibutuhkan manusia yang sedang mencari Tuhannya. Era modern
hari ini adalah era keabsahan kaca mata ilmiah dan apabila tidak diimbangi dengan kekayaan spiritual dan moral tentu akan menghilangkan mata hati manusia
dalam melihat dunia yang bersifat sementara ini. Menurut Sayyed Nasr sesungguhnya solusi krisis spiritual ini adalah
fithrah perenial manusia sebagai makhluk Allah SWT. Islam mengidentikkan
63
Sayyed Hossen Nasr, Suffi Essays, Chicago: ABC International Group, 1999
perenialisme dengan fithrah. Al-Qur’an menggunakan kata fithrah untuk menunjukkan nilai kemanusiaan yang berpangkal pada kejadian manusia yang
suci.
64
64
Ibid.
BAB III SEKILAS TENTANG DIN SYAMSUDDIN
A. Latar Belakang Keluarga, Pendidikan Dan Karir
Syirajuddin Syamsuddin adalah nama lengkap dari Prof. Dr. Din Syamsuddin yang selama ini dikenal oleh banyak kalangan. Ia adalah
cendekiawan muslim Indonesia yang sudah memberikan berbagai macam dakwah terhadap masyarakat Indonesia, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga sampai ke
luar negeri. Prof. Dr. Din Syamsuddin lahir dari keluarga sederhana. Ia dilahirkan di Sumbawa Besar pada tanggal 31 Agustus 1958.
Semasa kecilnya ia sudah menjadi sosok yang mandiri sehingga orang- orang seusianya banyak yang menyeganinya. Di samping itu masa kecil Din juga
dipandang sebagai anak yang cerdas dan pintar, di usianya yang ke-13 ia sudah hafal Qur’an 5 Juz. Selain mengenyam pendidikan formal di MI dan MTs NU
Sumbawa Besar, Din juga belajar di pesantren Ar-Rasyidiyah di tempatnya tinggal. Di sana ia belajar ilmu-ilmu agama sejak kecil. Setelah lulus dari
pendidikan formalnya, ia melanjutkan pendidikannya di KMI Kulliyatul Muallimin Al-Islamiyah Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Di sana ia dikenal
sebagai anak yang suka membaca buku. Pemikirannya tentang Islam telah muncul ketika ia duduk di kelas empat KMI Gontor. Ia sering berdiskusi dengan
teman-temannya tentang Islam dalam literasi. Terkadang ia pun diskusi dengan seniornya yaitu Nurcholish Madjid, dan lain-lain sewaktu ia di Gontor.
1
1
Wawancara pribdai dengan Din Syamsuddin, Jakarta, 16 Februari 2010