BAB IV GERAKAN DAKWAH ISLAM MODERN MENURUT DIN SYAMSUDDIN
A. Gerakan Dakwah Islam Modern Menghadapi Isu-isu Aktual
Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dakwah Islamiyah selalu menunjukkan adanya suatu dorongan, seruan, ajakan yang dimulai dari diri
pendakwah yang kemudian disampaikan kepada orang lain melalui cara-cara yang telah diajarkan oleh Islam. Hal ini mengindikasikan bahwa dakwah Islam tidak
dapat dilakukan manakala yang mendakwahkannya itu tidaklah lebih dahulu mengamalkannya dalam kehidupan pribadinya. Dalam hal ini Al-Qur’an sendiri
menyinggung atas apa-apa yang dikatakan oleh seseorang tetapi tidak dilakukan oleh sendirinya.
º ¸
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” Ash- Shaff, 61 : 2-3
Tidak hanya akan merugikan bagi diri sendiri, tetapi Allah juga sangat membenci perilaku yang demikian itu. Nampak jelas ayat tersebut diatas mengisyaratkan jika
materi-materi dakwah yang disampaikan tidak dilaksanakan oleh yang menyampaikannya kebencian Allah ada padanya. Seperti yang dikatakan oleh
Prof. Hasjmi 1974 bahwa para da’i harus terlebih dahulu meyakini dan mengamalkan ajaran Islam sebelum kemudian disampaikan kepada masyarakat.
1
Dengan demikian, akan terlihat baik jika dakwah dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab besar dari setiap unsur masyarakat Islam. Dakwah
Islam memiliki sifat yang dinamis, ia merupakan kebutuhan masyarakat sesuai dengan zamannya. Pada zaman Rasulullah saw. dakwah Islam lebih bermuatan
materi pengenalan terhadap Dzat Allah, ke-Maha Esaan Allah, ke-Maha Besaran Allah, Keagungan Allah, karena kondisi umat pada saat itu membutuhkan
pengetahuan tauhid sehingga akan muncul dalam diri mereka yaitu keimanan kepada Allah SWT. dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw.
2
Memasuki era modern, dakwah Islam berada di tengah ancaman kebudayaan yang berpeluang meruntuhkan kebiasaan-kebiasaan masyarakat
dalam menjalankan aktivitas keagamaan. Maka dari itu, gerakan dakwah Islam diupayakan agar dapat berjalan dalam menghadapi isu-isu Islam modern yang
hadir sebagai bagian dari pergerakan wacana keislaman. Persoalan yang muncul seperti adanya isu fundamentalisme, radikalisme, terorisme, pluralisme,
liberalisme dan sekularisme merupakan serangkaian isu yang menjadi pilar kajian Islam di era modern ini. Dalam hal ini, Prof. Dr. Din Syamsuddin memandang isu
1
Prof. Hasjmi, Dutsur Dakwah Menurut Al-Qur’an, Jakarta : Bulan Bintang, 1974, h. 281
2
Prof. Muhamad Mustafa, Sejarah Dakwah Islam, penerj. Drs. HM. Asywadie Syukur, Lc, Surabaya: Bina Ilmu, 1982
tersebut sebagai bagian dari tantangan dakwah Islam modern dalam pergerakan dan penyebarannya.
3
Oleh karena keadaan berpikir masyarakat modern yang cenderung mengedepankan rasional ilmiah
4
, memperbarui pemahaman agama
5
serta membebaskan cara akal berpikir
6
tentang suatu penyelesaian masalah, maka dakwah Islam harus menunjukkan kemampuannya sebagai materi yang bisa
menjelaskan, merumuskan dan mengamalkan persoalan-persoalan kehidupan masyarakat modern.
1. Fundamentalisme, radikalisme dan terorisme
Isu fundamentalisme,
radikalisme dan terorisme adalah serangkaian
pergerakan wacana keislaman yang bisa menjadi doktrin masyarakat Islam dalam mengamalkan ajaran Islam. Banyak macam dan ragamnya, diantaranya adalah
ummat Islam menjadi lebih berani menafsirkan Al-Qur’an dengan kehendak sendirinya tanpa disertai keilmuan yang cukup dan pendapat para ahli terdahulu
7
, Selanjutnya,
diperlukan adanya upaya pendefinisian ulang terhadap
pengertian dakwah. Ia tidak sebatas amar ma’ruf nahi munkar. Dalam konteks kemodernan, dakwah Islam adalah pemersatu umat. Di
sini, harus
dipahami bahwa modernisasi yang oleh Din Syamsuddin dikategorikan sebagai agenda
3
Wawancara pribadi dengan Din Syamsuddin, Jakarta, 16 Februari 2010
4
Dr. Yusuf Qardhawi, Retorika Islam, terj. Abdillah Noor Ridho, Jakarta: Pustaka Al- Kautsar, 2007
5
Mohamed Imran Mohamed Thaib, Fazlur Rahman; perintis tafsir kontekstual, Makalah Diskusi Yayasan Mendaki
6
Leonard Binder, Islamic Liberal; A Critic of Development Ideologies, Chicago: The University of Chicago Press, 1988
7
M. Ali Taher Parasong, Dakwah ala Din Syamsuddin, catatan pribadi Ali Taher Parasong, belum diterbitkan.
pembaruan, yang dalam pengertiannya adalah berpindah dari pemikiran- pemikiran baku, konservativ, rigid menuju ke alam pikiran yang modern,
membangun, kritis, serta dapat merasionalisasikan apa-apa yang menjadi keyakinannya.
8
Tentu saja, Islam adalah agama yang rasional. Jika umat Islam abad modern ini tidak bisa merasionalisasikan keyakinannya terhadap Islam maka
akan dianggap sebagai taklid al-a’ma.
9
Pendefinisian ulang terhadap gerakan dakwah Islam dimaksudkan untuk menyeragamkan pemahaman dakwah Islam di kalangan para aktivis dakwah. Jika
kita kembali pada persoalan cara berpikir masyarakat modern yang juga ditentukan oleh rasional-ilmiah, maka konteks pemahaman dakwah Islam
hendaknya disatukan dan dipadukan, yaitu sebagai tabligh, tatbiq, dan juga tandhim.
10
Tabligh berarti penyampaian, tatbiq berarti pengamalan dan tandzhim berarti pengelolaan. Dengan demikian, tabligh, tatbiq dan tandzhim menjadi
rangkaian fomulasi yang memadukan pemahaman dakwah Islam sebagai penyampaian, pengamalan juga pengelolaan.
Serangkaian isu-isu yang muncul sebagai wajah baru Islam juga harus dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi kelangsungan aktivitas gerakan
dakwah Islam. Pertama, Isu fundamentalisme, radikalisme dan terorisme merupakan bagian penting dalam persoalan dakwah Islam hari ini. Din
Syamsuddin dalam petikan wawancara penulis, ia menjelaskan bahwa “fundamentalisme, radikalisme dan terorisme lahir dengan membawa misi Islam
8
Wawancara pribadi dengan Din Syamsuddin, Jakarta, 16 Februari 2010
9
Din Syamsuddin, Prinsip Modenisme dalam Islam, makalah seminar UMY, 2009
10
Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah; Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003
orthodok. Cakupan-cakupannya akan selalu mengupayakan bahwa Islam terbebas dari kesombongan akal pikiran manusia, sehingga pada gilirannya isu-isu tersebut
diyakini sebagai doktrin murni Islam yang satu-satunya dikehendaki Allah SWT”.
11
Pada dasarnya, Din Syamsuddin mengemukakan pendapat demikian karena ia menilai ada serangkaian agenda khusus dibalik bergulirnya isu tersebut.
Seperti kita ketahui bahwa kelompok fundamentalis yang terus konsistensi dengan pemikirannya telah banyak memberikan pandangan kepada dunia bahwa gerakan
radikalisme dan terorisme berpangkal pada doktrin pemikirannya. Tentu saja ini yang akan mengganggu jalannya gerakan dakwah Islam modern.
Din Syamsuddin menilai serangkaian agenda tersebut tentu ada yang mengagendakan dan memiliki saluran kepentingan politik internasional. Peranan
agama dakwah Islam menurutnya bagian penting untuk dapat menyelaraskan pemikiran-penikiran kaum fundamentalis yang terbakar dengan api doktrin jihad
menyesatkan.
12
Terlepas dari pada muatan dakwahnya, bahwa radikalisme dan terorisme adalah aktivitas yang dilarang dalam Islam. Jadi, dakwah Islam modern
hendaknya menjadi fasilitator bagi kaum fundamentalis yang telah mendapatkan doktrin radikal dan menghalalkan kekerasan.
Medan dakwah sama halnya seperti medan perang. Jika musuh yang berhadapan dengan kita memakai persenjataan yang begitu lengkap dan modern,
maka tidak mungkin dilawan dengan persenjataan yang masih tradisional. Begitu pun dengan dakwah Islam, pada masyarakat modern tentu materi dakwahnya pun
11
Wawancara Pribadi, 16 Februari 2010
12
Ibid.
harus disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya serta harus sesuai dengan yang dibutuhkannya. Dengan demikian dakwah Islam akan teratur dan tepat
sasarannya. Karena dakwah Islam sebagai transformasi sosial jadi harus disesuaikan dengan keadaan sosial masyarakat. Jangan sampai dakwah Islam
bermuatan materi-materi yang sejak dulu tidak berubah-ubah, serta tidak mengenal kondisi dan kebutuhan masyarakatnya.
Artinya : “Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya dia dapat memberi penjelasan dengan terang
kepada mereka” QS. Ibrahim, 14:4
Dalam tulisan singkatnya, Din syamsuddin juga menganjurkan kepada para pelaku dakwah untuk membawakan pesan agama dengan cara santun dan
bijaksana.
13
Seperti pada ayat di bawah ini:
☺ ☺
☺ ☺
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dia lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.” QS. An-Nahl, 16 : 125
13
Din Syamsuddin, Its Significance and Implications for International Relations, Makalah pada King Abdullah’s Initiative for Interfaith and Intercultural Dialogue, Saudi Arabia,
2005
Lebih lanjut Din menjelaskan bahwa dakwah Islam dilakukan dengan cara-cara yang baik, yang mengedepankan prinsip kemanusiaan humanisme.
14
Bagi mereka yang berpandangan bahwa dakwah Islam dengan jalan kekerasan Jihad adalah dibenarkan dalam Al-Qur’an sungguh sangat keliru, kemungkinan
besar mereka memahami Al-Qur’an sebatas tekstual dan rigid.
15
Pada pembahasan bab-bab sebelumnya dikatakan kelompok radikal yang mengartikan
Al-Qur’an secara skriptural semata dinamakan sebagai kelompok fundamentalis mutha’arrifah.
16
Pentingnya memahami Islam sebagai sistem nilai kehidupan menjadikan identitas moral muslim menjadi terangkat dan berada pada tingkat ketakwaan.
Selanjutnya, nilai ketakwaan akan menjadikan seseorang menjadi mulia di mata Allah SWT. seperti dalam firman-Nya:
Artinya : “sesungguhnya diantara kamu yang paling mulia di sisi Allah ialah yang bertakwa diantara kamu” QS.Al-Hijr,49:13
Dengan demikian, dakwah Islam juga bertujuan untuk membina masyarakat agar benar-benar bertakwa kepada Allah SWT.
2. Pluralisme, liberalisme dan sekularisme
14
Ibid.
15
Fazlur Rahman, Gelombang Perubahan Dalam Islam; Studi Tentang Fundamentalisme Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2009
16
Fundamentalis yang berlebihan, fundamentalis sepeti ini tidak menempatkan teks pada makna kontekstual. untuk lebih lengkapnya lihat Imam Khatami dalam petikan Pidato Kritik
Presiden Iran terhadap Islam fundamental di Iran, Harian al-Fagr, edisi Sabtu, 31 Maret 2007
Kemudian, Isu Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme juga merupakan isu yang begitu menjadi perhatian masyarakat Islam. Dewasa ini, terdapat banyak
lembaga-lembaga kajian Islam yang secara konsisten meng-kampanyekan pluralisme, liberalisme dan sekularisme. Berbeda dengan pandangan Din, bahwa
isu tersebut hanya menjadikan Islam sebagai agama yang bebas. Pada hakikatnya, menurut Din, pluralisme dibangun bukan atas landasan kesatuan yang dipaksakan.
Banyak para tokoh Islam yang menempatkan pluralisme sebagai produk demokrasi dalam beragama. Jika Islam menetapkan pluralisme, liberalisme dan
sekularisme sebagai sesuatu yang bersifat linear dengan kehendak tuhan, maka Islam akan menjadi agama yang tak berpintu, semua aliran akan masuk
kedalamnya.
17
Dalam wawancaranya dengan hidayatullah.com, Din Syamsuddin juga mengatakan bahwa “liberalisasi dan sekularisasi merupakan sebuah paham yang
merasuki ruh agama yang tidak menganggap kehidupan ini sebagai ujian dari Allah SWT. sehingga liberalisasi dan sekularisasi akan selalu berpangkal pada
kebebasan berpikir dan menuhankan akal pikiran manusia”.
18
Dengan demikian, Din berpandangan bahwa sekularisasi dan liberalisasi adalah tantangan berat
dakwah Islam modern. 3.
HAM, demokrasi dan gender Selanjutnya, isu HAM, Demokrasi dan Gender juga bagian dari topik
Islam modern. Bahwa Hak Asasi Manusia HAM, Demokrasi dan Gender menjadi diskursus kajian Islam lantaran isu tersebut telah merasuk dalam
17
Wawancara Pribadi dengan Din Syamsuddin, Jakarta, 16 Februari 2010
18
Hidayatullah.com, edisi 29 Agustus 2005
dinamika dakwah Islam modern. Isu HAM, demokrasi dan gender seringkali dijadikan legitimasi formal oleh kalangan modernis sebagai perekat hubungan
manusia di seluruh alam raya ini. Tetapi, pada aspek religius isu tersebut kini tengah dijadikan proyek desakralisasi agama dalam pandangan penganutnya. Din
Syamsuddin menegaskan bahwa isu HAM, demokrasi dan gender tengah menjadi tantangan berat dakwah Islam. Di beberapa kelompok Islam modernis isu ini
tengah menjadi bahan kajian penting guna mereduksi pola pikir mereka agar terbebas dari eksploitasi doktrin ulama klasik terdahulu. Sehingga mereka kaum
modernis akan cenderung berpikir menggunakan akalnya sendiri dari pada melibatkan pendapat-pendapat para ulamamujtahid terdahulu.
Oleh karenanya, dalam petikan wawancara penulis, Din Syamsuddin menghimbau kepada umat Islam umumnya dan para aktivis dakwah khususnya
untuk tetap meningkatkan pengetahuan agama sesuai dengan perkembangan zaman, agar suatu isu tidak dijadikan sebagai proyek penggelapan agama.
19
Di sini, ditegaskan bahwa dakwah Islam harus relevan dengan topik-topik yang terjadi di tengah kehidupan masyarakat. Maka dakwah Islam akan terlihat
rapi dan dapat terukur melalui evaluasi-evaluasi yang dilakukan da’i sebelum ia terjun ke masyarakat. Dalam menghadapi isu-isu pluralisme, liberalisme,
sekularisme, HAM, Demokrasi, Gender, dan lain-lain. Dakwah Islam modern adalah upaya pencegahan bercampurnya pengaruh-pengaruh modernisasi yang
mengakibatkan krisis sosial, moral dan spiritual masyarakat Islam. Oleh karenanya dibutuhkan ketekunan para da’i dalam mendalami materi dakwah yang
19
Wawancara pribadi dengan Din Syamsuddin
sesuai dengan kebutuhan masyarakat. sehingga dakwah tidak memberikan kesan “asal-asalan” dalam menyampaikan pesan agama kepada masyarakat.
Problematika kontemporer yang menyebabkan beragamnya pandangan masyarakat atas masalah-masalah keagamaan semakin mengharuskan dakwah
Islam untuk tampil dalam satu format yaitu membendung arus modernisme menjadi nilai kemajuan berpikir umat Islam.
20
Seyogyanya dakwah Islam memberikan perubahan bagi kemajuan berpikir umat Islam melalui
pendalamannya terhadap isu-isu Islam modern.
B. Gerakan Dakwah Islam Modern Sebagai Solusi Krisis Spiritual, Moral