Isu HAM, Demokrasi, Kesetaraan Gender

atau tradisional. Dengan demikian, isu-isu tersebut menjadi tantangan bagi dakwah Islam yang berada di kota-kota besar dan di kalangan akademisi dan cendekiawan.

5. Isu HAM, Demokrasi, Kesetaraan Gender

Kendatipun bukan merupakan hal yang baru dalam Islam, persoalan HAM, Demokrasi dan Gender terus mengalami perkembangan sehingga berbagai problematika baru bermunculan di tengah masyarakat modern. Sehingga dakwah Islam juga bertanggung jawab atas masalah-masalah kontemporer yang kian muncul di tengah kehidupan manusia. Secara sosiologis Islam modern merupakan konteks sekaligus determinasi sosiologis relevansi internalisasi dan pelembagaan prinsip-prinsip moral hak asasi manusia baik yang berpijak pada piagam HAM maupun yang merujuk pada tradisi Islam. Yang menjadi perhatian dakwah Islam atas permasalahan krusial HAM fundamental adalah hak-hak ekonomi, sosial, budaya, keterbelakangan pendidikan, gizi buruk, kelaparan, kemiskinan, pengangguran dan rendahnya apresiasi terhadap kemajemukan identitas etnis, ideologi, agama. ini tentu saja akan menjadi peluang sekaligus tantangan besar bagi gerakan dakwah Islam. Dalam sejarah Islam isu HAM sebenarnya merujuk pada deklarasi hukukul insaniyah hak-hak kemanusiaan yang diucapkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam dua kesempatan. Pertama, dalam Piagam Madinah yang merupakan tindakan politis untuk mengatur masyarakat Madinah pada dasarnya mengandung nilai-nilai perlindungan terhadap hak-hak masyarakat Madinah. Dari sisi ini kemudian dipahami bahwa Islam sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan dan perlindungan hak-hak kemanusiaan. Kedua, khutbah Haji Wada’ yang disampaikan Nabi Muhammad saw. pada tanggal 9 Dzulhijjah di Padang Arafah. Berikut petikan pidato Nabi saw. dalam peristiwa Haji Wada’ : “Wahai manusia Dengarkan kata-kataku. Wahai manusia, harta dan darah kamu adalah tabu haram di antara kamu seperti haramnya hari ini di tempat kamu ini. Begitu sampai kamu bertemu dengan Tuhanmu, ketika Tuhan kamu meminta pertanggung jawaban kamu. Maka, hendaklah yang diberi amanat segera menyampaikan amanat itu.” 54 Dalam Islam, harta dan darah adalah hak dasar Hukukul Insaniyah hak-hak kemanusiaan yaitu sebagai hak hidup. Begitulah sekiranya Islam memandang hak kemanusiaan sebagai bagian dari prinsip hidup serta berujung pada penanaman nilai-nilai demokrasi. Selain itu, permasalahan gender merupakan bagian dari agenda Islam modern, yaitu mendudukan isu genderperempuan sejajar dengan lai-laki. Ada hak-hak perempuan yang dirasakan tertutupi atau terhalang oleh laki-laki seperti kebebasan berkarya, kebebasan berek0spresi dan bekerja. Islam sangat menjunjung nilai-nilai kebebasan berkarya yang dilakukan oleh perempuan dengan syarat kewajiban-kewajibannya terhadap identitasnya sebagai perempuan tetap terpenuhi, seperti mengurus suami bagi yang sudah bersuami, mengurus anak-anak, mengurus rumah tangga, serta selalu menampilkan dirinya sebagai perempuan. Dari sanalah telah dimengerti bahwa kewajiban dakwah Islam tidak hanya berpijak pada ajakan dan dorongan semata. Terlebih dari itu, kompleksitas permaslahan kaum modern sangat membutuhkan peranan dakwah Islam sebagai 54 Syu’bah Asa, HAM dalam Kajian Khutbah Haji Wada’, dalam Islam, HAM, Keindonesiaan; Refleksi dan Agenda Aksi Untuk Pendidikan Agama, Jakarta: Ma’arif Institute, 2007 bagian dari dinamika pergeseran pemikiran Islam modern. Isu HAM, Demokrasi dan kesetaraan gender memang tengah menjadi perbincangan akademik seperti halnya isu pluralisme, liberalsme, sekularisme. Namun, isu ini cukup dekat dengan masyarakat muslim, tidak saja di kalangan akademisi, profesi, masyarakat modern tetapi juga sampai pada masyarakat tradisional, pedesaan. Falsafah dasar HAM di dalam ajaran Islam berasal dari pemahaman terhadap tauhid. Tauhid mengajarkan kepada manusia bahwa yang memiliki kehidupan ini adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Makhluk-makhluk nya manusia, tumbuhan, hewan, dll adalah dari Allah Yang Maha Esa. Oleh karenanya keberadaan manusia adalah sejajar egaliter dan kemudian timbulah konsep persamaan hak dan kewajiban dasar sesama manusia lainnya. ⌧ ☯ ¸¸¸ Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya 55 Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain 56 , dan peliharalah hubungan silaturrahim...” QS. An- Nisa’,4:1 55 maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh tulang rusuk Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan. 56 menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti : as aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah. ⌧ º Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al-Hijr,49:13 Isu tentang HAM adalah bahwa setiap pemerintah demokrasi, agama harus memperhatikan sisi dalam dan sisi luar agama supaya tetap selaras dengan landasannya. Pada dasarnya, para masyarakat Islam pendukung HAM tidak bisa juga mengklaim atas monopoli keadilan dan kebenaran. Kendati demikian, masyarakat Islam karena sifat keislamannya harus benar-benar terlibat dalam perbincangan isu-isu yang diajukannya. Menjalankan HAM bukan saja menjamin terhadap karakter demokrasi suatu pemerintahan melainkan juga karakter keislamannya. Dalam konteks Islam modern, HAM, Demokrasi dan Gender adalah serangkaian isu yang menjadi latar belakang pemikiran masyarakat muslim modern. Dengannya masyarakat akan dapat memahami nilai-nilai kemanusiaan yang sudah semakin menipis dan individualis masyarakat kota. Selain itu, masyarakat Islam modern dikehendaki untuk mengimplementasikan demokrasi di tengah kehidupan yang begitu kompleks dan urban. Serta menjunjung tinggi konsep persamaan egaliterianisme antara perempuan dan laki-laki. Dalam kaitannya, demokrasi juga bisa dijadikan sebagai pendidikan bagi warga negara, mengingat ini adalah upaya pendalaman tentang implementasi demokrasi di negara mayoritas muslim seperti Indonesia ini. Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra postulat yang berada di balik penerapan pendidikan demokrasi ini tidak diwariskan begitu saja oleh orang-orang terdahulu tetapi sebaliknya, harus diajarkan terlebih dahulu baik melalui institusi maupun perorangan. 57 Hal tersebut telah mendudukan isu demokrasi sebagai muatan materi dalam dakwah Islam dalam rangka mengajarkan pendidikan demokrasi bagi setiap warga negara muslim. Pada dasarnya Islam dan Demokrasi merupakan dua sistem politik yang berbeda. Memang, Islam tidak bisa disubordinatkan dengan demokrasi tetapi Islam merupakan sistem politik self-sufficient. Hubungan keduanya bersifat mutually exclusive, yaitu saling berbarengan dalam menerapkan dua sistem yang berbeda tersebut. Islam sebagai sistem nilai yang membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi, dan demokrasi dalam pengertian negara-negara Barat sebagai sistem politik yang mengatur kedaulatan berada di tangan rakyat. 58 Begitu juga dengan isu kesetaraan gender. Pada dasarnya ini juga merupakan kelanjutan dari sistem penegakan HAM dan demokrasi. Di mana prinsip egaliterianisme dijunjung tinggi sebagai upaya pemecahan tafsir yang mendiskreditkan perempuan dalam masyarakat madani. Isu gender bukanlah hal baru di dunia Islam, ini pernah menghebohkan zaman nabi Musa as. ketika itu, 57 Azyumardi Azra, kata pengantar pada Demokrasi, HAM, Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada Media, 2005 Cet. 2 58 Dede Rosyada, dkk., HAM, Demokrasi dan Masyarakat Madani, Jakarta: Prenada Media, 2005 Cet. 2, h. 142 perempuan tidak boleh hidup lantaran dianggap sebagai penghancur kerajaan sekaligus tidak memiliki kegunaan dalam berperang. 59 Tentu saja jalan pikiran tersebut mengundang Islam untuk menjawab sekaligus menampik pola pikir jumud masyarakat pada saat itu. Islam secara tegas mendudukan posisi perempuan sejajar dengan laki-laki. ⌧ º Artinya: Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al-Hijr,49:13 Bahwa perempuan dan laki-laki pada dasarnya dua makhluk Allah SWT. yang diciptakan untuk melengkapi kekurangan diantara keduanya. Lebih lanjut Allah SWT. dengan tegas menyatakan bahwa pembedaan keduanya adalah tingkat ketakwaannya terhadap Allah SWT. Menurut Mansour Fakih, analisa yang digunakan masyarakat Islam yang berpikiran partilineal ini diakibatkan karena memahami teks kitab suci yang hanya pada sisi literalnya saja. 60 Ketika analisa gender ditemukan pada ilmu-ilmu sosial 59 Muhamad Mustafa Atha’, Sejarah Dakwah Islam, penerj. Drs. HM. Asywadie Syukur, Lc, Surabaya: Bina Ilmu, 1982 60 Mansour Fakih, Kekerasan Gender dalam Pembangunan, makalah halaqah P3M, Jakarta, 1996 barulah terasa ada yang tidak beres, sehingga terkadang Islam mendapat kecaman dari dunia moden bahwa Islam sangat merendahkan kaum perempuan, Islam tidak adil dalam mendudukan perempuan, Islam menindas kaum perempuan dan berbagai macam tudingan lainnya yang ditujukan terhadap Islam. Di sini arti penting dakwah Islam dalam menghadapi konteks kemodernan. Padahal, Islam menggunakan nama perempuan an-Nisa’ sebagai salah satu nama surat di dalam Al-Qur’an. Betapa itu menunjukkan bahwa Islam mendudukan perempuan kepada posisi yang sangat terhormat. Segala macam persoalan terdapat di dalam surat tersebut. Kesetaraan gender bagi kaum perempuan adalah kemerdekaan baginya yang selama ini dilegitimasikan kaum lelaki sebagai nomor dua. Persoalan ini akan beranggapan bahwa Islam yang mendudukan laki-laki sebagai imamnya perempuan jika dipahami sebatas literal saja akan membawa dampak historis dan ketakutan dunia modern terhadap Islam. Dimana perempuan kini telah berdiri sejajar dengan kaum laki-laki. Namun jika tidak dilakukan penafsiran yang relevan, Islam akan menjadi kandas dan dipandang masyarakat modern sebagai belenggu kaum perempuan.

6. Isu Krisis Spiritual, Moral dan Sosial Bangsa