27 c. Jika manajemen memiliki rencana tersebut, langkah selanjutnya yang
harus dilakukan oleh auditor adalah menyimpulkan berdasarkan pertimbangannya atas efektivitas rencana tersebut.
Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana
manajemen tersebut dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan,
mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu yang pantas. Pertimbangan auditor yang
berhubungan dengan rencana manajemen dapat meliputi sukrisno, agoes, 2004:67:
1 rencana untuk menjual aktiva 2 rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang
3 rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran 4 rencana untuk menaikan modal pemilik
10. Debt default
Dalam PSA 30, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam
memenuhi kewajiban hutangnya default. Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor perusahaan untuk membayar hutang pokok
dan atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Manfaat status default hutang sebelumnya telah diteliti oleh Chen dan Church 1992:2 yang menemukan
hubungan yang kuat status default terhadap opini going concern. semenjak auditor lebih cenderung disalahkan karena tidak berhasil mengeluarkan
28 opini going concern setelah peristiwa-peristiwa yang menyarankan bahwa
opini seperti itu mungkin telah sesuai, biaya kegagalan untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan dalam keadaan
default, tinggi sekali. Karenanya, diharapkan status default dapat meningkatkan kemungkinan auditor mengeluarkan laporan going concern
Praptitorini dan Indira, 2007:7. Praptitorini dan Indira 2007:17 menunjukan bahwa variabel debt
default, kondisi keuangan, dan opini audit tahun sebelumnya signifikan berpengaruh terhadap penerimaan opini going cocern.
11. Opinion Shopping
Geiger et al 1998:25 menemukan bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor yang mengeluarkan opini going concern pada
perusahaan financial
disstress. Kondisi
tersebut memungkinkan
manajemen untuk berpindah ke auditor lain apabila perusahaannya terancam menerima opini audit going concern. Fenomena seperti ini
disebut opinion shopping. Perusahaan biasanya menggunakan pergantian auditor auditor
switching untuk menghindari penerimaan opini going concern dalam dua cara Teoh, 1992 dalam Praptitorini dan Indira 2007:8. Pertama, jika
auditor bekerja pada perusahaan tertentu, perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kedua, bahkan ketika auditor itu
independen, perusahaan akan memberhentikan akuntan publik auditor yang cenderung memberikan opini going concern, atau sebaliknya akan
29 menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini non going concern.
Tujuan pelaporan dalam opinion shopping dimaksudkan untuk
meningkatkan memanipulasi hasil operasi atau kondisi keuangan perusahaan. Opinion shopping menyebabkan dampak negatif Praptitorini
dan Indira, 2007:8. Sekarang ini, isu independensi auditor telah semakin penting dalam
hal pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pihak pemerintah sebagai regulator diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak,
baik pihak perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu independensi adalah adanya peraturan-
peraturan yang mewajibkan adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit audit tenure wijayanti, 2010:29.
Di Indonesia sendiri, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
359KMK.062003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor
423KMK.062002, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh KAP paling lama
untuk 5 lima tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut.
Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008
tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
30 dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut,
dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali
penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang di atas. Peraturan terbaru mengenai akuntan publik yaitu dengan
dikeluarkannya Undang-undang No.5 tahun 2011 tentang “Akuntan Publik” yang mengatur pembatasan pemberian jasa yaitu, pemberian jasa
audit oleh Akuntan Publik danatau KAP atas informasi keuangan historis suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam
jangka waktu tertentu pasal 4 ayat 1, ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis diatur dalam
peraturan pemerintah pasal 4 ayat 2. Lebih lanjut dijelaskan perizinan akuntan publik diberikan oleh menteri pasal 5 ayat 1 dan izin menjadi
akuntan publik berlaku selama 5 tahun sejak tanggal ditetapkan dan dapat diperpanjang dengan cara administratif pasal 5 ayat 2.
Penelitian ini menggunakan dasar Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 359KMK.062003 pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik” karena setting penelitian ini adalah tahun 2005-2009.
12. Kondisi Keuangan Perusahaan