B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah- masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Adanya tawuran antara siswa 2. Rendahnya motivasi siswa terhadap kegiatan-kegiatan yang religius
3. Pergaulan bebas antar siswa 4. Kurang menyenangkannya cara penyampaian materi pada kegiatan
mentoring 5. Masuknya budaya barat yang berdampak mengurangi nilai-nilai akhlak
siswa 6. Rendahnya motivasi dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran PAI
dibanding dengan pelajaran yang lain 7. Kurangnya tata krama dan sopan santun antar siswa dan guru
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi perluasan permasalahan dan untuk mempertajam serta mempermudah dalam menganalisa, maka dalam skripsi ini akan dibatasi
permasalahan yang akan diteliti. Adapun fokus dari skripsi ini adalah seberapa besar pengaruh kegiatan mentoring terhadap akhlak siswa terutama pada siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Parung.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan mentoring kelas XI di SMA Negeri 1 Parung?
2. Bagaimana kondisi akhlak siswa kelas XI SMA Negeri 1 Parung? 3. Apakah ada pengaruhnya antara kegiatan mentoring dengan akhlak siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Parung?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan mentoring siswa di kelas XI SMA Negeri 1 Parung
b. Untuk mengetahui bagaimana kondisi akhlak siswa kelas XI SMA Negeri 1 Parung yang mengikuti kegiatan mentoring
c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kegiatan mentoring terhadap akhlak siswa kelas XI SMA Negeri 1 Parung
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan berfikir dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan kependidikan
b. Dapat memberikan gambaran dan informasi kepada pihak-pihak yang berkaitan tentang pentingnya kegiatan mentoring sebagai upaya
membentuk dan memperbaiki akhlak siswa c. Sebagai masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dalam
bidang yang sama.
BAB II KAJIAN TEORETI
K
A. Konsep Mentoring
1. Pengertian Mentoring
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mentoring berasal dari kata “Mentor” yang artinya adalah “pembimbing atau pengasuh”.
11
Secara istilah ada beberapa pengertian mentoring menurut para pakar pendidikan.
Pengertian mentoring menurut Muhammad Ruswandi dan Rama Adeyasa dalam bukunya Manajemen Mentoring, bahwa “Mentoring adalah salah satu
sarana tarbiyah islamiyah pembinaan islami yang didalamnya terdapat proses belajar, secara umum mentoring merupakan kegiatan pendidikan dalam perspektif
luas dengan pendekatan saling menasihati.”
12
Jadi, melalui metode saling nasehat menasihati ini juga diterapkan dalam kegiatan mentoring, hal ini bertujuan untuk menciptakan suasana saling belajar
dan mempunyai kesan belajar yang menyenangkan, dengan harapan dapat memberikan perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini sebagaimana yang
termaktub dalam Quran Surah Al-Ashr: 1-3
ÎóÇyèø9uρ ∩⊇∪
¨βÎ z⎯≈|¡ΣM}
’Å∀s9 Aô£äz
∩⊄∪ ωÎ
t⎦⎪Ï© θãΖtΒu™
θè=Ïϑtãuρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9
öθ|¹uθs?uρ Èd,ysø9Î
öθ|¹uθs?uρ Îö9¢Á9Î
∩⊂∪
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
11
Kementerian P dan K. Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustakan, 2002, h. 734.
12
Ruswandi, Manajemen, h.. 1
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
13
Definisi mentoring yang selanjutnya adalah sebagaimana telah penulis sebutkan dalam sejarah mentoring, bahwa mentoring mempunyai kesamaan arti
dengan halaqoh, jadi pengertian mentoring atau halaqoh dalam buku Sejarah Pendidikan Islam adalah lingkaran. Artinya proses proses belajar mengajar disini
dilaksanakan dimana murid-murid melingkari gurupembimbingnya atau mentornya.
14
Berdasarkan pengertian diatas Untuk teknis pelaksanaan mentoring dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah, mentoring dapat dilaksanakan dimesjid
dengan membuat lingkaran-lingkaran kecil maupun dikelas secara bersama-sama dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang menarik.
Pengertian mentoring yang mempunyai kesamaan arti dengan Halaqoh juga dijelaskan oleh Satria Hadi Lubis dalam bukunya Rahasia kesuksesan halaqoh,
bahwa mentoring atau Halaqoh atau usroh adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran
islam Tarbiyah islamiyah. Istilah halaqoh biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil muslim yang secara rutin mengkaji ajaran
islam. Dibeberapa kalangan, halaqohusroh disebut juga dengan Mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya.
15
Dari beberapa penjelasan mengenai pengertian Mentoring, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa mentoring adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang baik dilaksanakannya dirumah-rumah, masjid, sekolah, kampus atau dimanapun tempatnya dalam rangka mengkaji berbagai ilmu pengetahuan
khususnya ilmu agama islam dengan sungguh-sungguh dengan landasan saling nasehat-menasehati. Pendekatan saling menasehati dalam kegiatan mentoring
bertujuan untuk menciptakan suasana saling belajar, saling mempercayai, serta saling memberi pengalaman dan kebaikan yang nantinya akan memberikan
13
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h. 601.
14
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 34.
15
Satria hadi Lubis, Rahasia Kesuksesan Halaqoh Usroh, Tangerang: Fatahillah Bina Alfikri Press, 2006, h. 1-2.
perubahan ketitik yang lebih baik yakni membentuk sebuah kepribadian Islam atau akhlakul karimah yang menyatu dalam kehidupan sehari- hari para remaja.
2. Sejarah Mentoring
Sebenarnya kegiatan mentoring itu sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, pada zaman beliau istilah-istilah yang digunakan adalah Halaqoh yang
artinya kumpulan-kumpulan orang yang duduk melingkari gurunya, dalam rangka menimba ilmu. Halaqoh atau mentoring merupakan pendidikan informal yang
awalnya dilakukan oleh Rosulullah SAW dirumah-rumah para sahabat, terutama rumah Al-Arqam bin Abil Arqam, pendidikan ini berkaitan dengan upaya-upaya
dakwah dalam menanamkan aqidah Islam, serta pembebasan manusia dari segala macam bentuk penindasan. Setelah masyarakat Islam terbentuk maka halaqah
dilaksanakan di masjid. Dengan perkembangannya, halaqoh ini menjadi pendidikan formal dengan istilah madrasah atau sekolah. Sebelum terbentuknya
madrasah pada zaman Rosulullah dan para sahabat dikenal dengan istilah Shuffah dan kuttab atau maktab.
16
Pelajaran yang disampaikan saat itu dikenal dengan tarbiyah, dan pertemuan- pertemuan agama islam seperti itu yang sekarang dikenal dengan istilah
Mentoring. Sudah menjadi suatu keniscayaan bangsa ini, khususnya lembaga pendidikan melakukan mentoring karena sangat jelas sejarahnya yang dulu pernah
dilakukan oleh Rosulullah SAW dalam rangka mendakwahkan Islam, karena cara tersebut sangat efektif untuk diterapkan meskipun pada zaman sekarang. Yang
unik dari kegiatan ini adalah pendekatan saling menasihati, duduk bersama dengan suasana yang tidak formal, selain itu mentornya juga biasanya dari alumni
sekolah itu sendiri yang masih energik dan mempunyai semangat muda, sehingga muncul suasana yang menyenangkan dalam pembelajarannya. Inilah yang
membedakan kegiatan mentoring dari kegiatan ekskul lainnya.
16
Muhammad Sajirun, Manajemen Halaqah Efektif, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011, h. 6-7.
3. Tujuan Mentoring
Pada intinya tujuan adalah segala sesuatu yang diharapkan dari suatu kegiatan yang dilaksanakan yakni tujuan mentoring secara garis besar adalah untuk
membentuk insan muslim yang mempunyai kepribadian dan gaya hidup yang islami.
Tujuan tersebut diatas dijabarkan dalam empat sasaran mentoring atau
halaqoh yaitu:
a. Tercapainya 10 sifat-sifat tarbiyah 1
Aqidah yang bersih salimul aqidah 2
Ibadah yang benar shihul ibadah 3
Akhlak yang kokoh matinul khuluq 4
Penghasilan yang baik dan cukup qodirul ‘alal kasbi 5
Pikiran yang berwawasan mutsafaqul fikr 6
Tubuh yang kuat qowiyul jism 7
Mampu memerangi hawa nafsu mujahidu linafsihi 8
Mampu mengatur segala urusan munazhom fi syu’unihi 9
Mampu memelihara waktu haritsun ‘ala waqtihi 10 Bermanfaat bagi orang lain nafi’un lighoirihi
b. Tercapainya ukhuwah islmiyah c. Tercapainya produktifitas dakwah berupa tumbuhnya dai dan murobbi
baru d. Tercapainya pengembangan potensi mad’u atau mentee
17
Sedangkan menurut Ali Abdul Halim Mahmud, tujuan mentoring terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus mentoring
18
, untuk rincian penjelasan tujuan mentoring tersebut dibawah ini :
a. Tujuan Umum Mentoring
17
Satria Hadi Lubis, Menjadi Murobbi Sukses, Jakarta: Kreasi Cerdas Utama, 2003, h. 11- 12.
18
Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, Solo: Era Intermedia, 2011, h. 138-151.
1 Membentuk kepribadian muslim seutuhnya yang sanggup merespon semua tuntutan agama dan kehidupan, yang meliputi: penanaman
aqidah, ibadah, akhlak, ilmu, pengamalan dan lain-lain. 2 Mengukuhkan ikatan antar sesama anggota mentoring baik secara
social maupun secara keorganisasian. 3 Upaya meningkatkan kesadaran akan derasnya arus nilai, baik yang
mendukung gerakan islam maupun yang memusuhinya. 4 Memberi kontribusi dalam memunculkan potensi kebaikan dan
kebenaran yang tersembunyi pada diri seorang muslim dan mendayagunakannya dan berhidmat kepada agama dan tujuan-
tujuannya. 5 Menanggulangi unsur-unsur destruktif dan negatif pada diri anggota.
6 Mewujudkan hakekat kebanggaan terhadap islam dengan membangun komitmen kepada etika dan akhlak dalam semua aktifitas
kehidupannya, baik dikala senang maupun susah. 7 Memperdalam pemahaman dakwah dan harakah dalam diri seorang
muslim. 8 Memperdalam keterampilan manajerial dan keorganisasian dalam
medan aktifitas islam.
b. Tujuan Khusus Mentoring 1 Membentuk kepribadian islami, yakni dengan mewujudkan berbagai
aspek yang dapat membangun kepribadian yang islami seutuhnya, meliputi: Aspek ideologi, ibadah, wawasanpengetahuan,
moralitasakhlakul karimah, aktualisasi diri dan lain-lain. 2 Mengukuhkan makna ukhuwah dalam diri anggota, karena ia adalah
ukhuwah karena Allah, karena islam dan karena semangat saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.
3 Melatih diri untuk mengemukakan pendapat secara bebas sehingga dengan sadar mau mendengar pendapat orang lain dengan lapang dada
dan pikiran yang terbuka.
4 Memberdayakan setiap anggota agar mampu mentarbiyah dirinya sendiri
5 Agar mampu bekerjasama antar anggota mentoring dalam mengembangkan potensi dirinya dengan berbagai pelatihan.
6 Bekerjasama antar sesama anggota mentoring untuk memecahkan berbagai problematika dan kendala yang menghadang aktifitas islam.
4. Manajemen Mentoring
Suatu kegiatan dapat berjalan dengan efrektif dan sesuai harapan jika diatur dengan sebuah sistem atau manajemen yang baik dan rapi, begitupun dengan
kegiatan mentoring di sekolah memerlukan sebuah manajemen yang baik guna membantu dalam upaya mewujudkan tujuan yang diharapkan dari kegiatan
mentoring tersebut. Mengenai manajemen mentoring atau halaqoh ada beberapa manajemen yang
dapat menunjang keberhasilan kegiatan mentoring yaitu:
a. Manajemen program Kegiatan mentoring tidak hanya dilakukan dalam bentuk ceramah dan
penyampain materi saja, akan tetapi boleh dengan kegiatan-kegiatan lainnya yang bermanfaat dan efektif dalam rangka meningkatkan kualitas
ilmu dan wawasan keilmuan siswaI juga, kegiatannya bisa juga dilakukan di kelas, ataupun di luar sekolah. Dalam menyusun program
mentoring, mentor perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1 Melibatkan seluruh anggota mentoring untuk membuat program
Hal ini dilakukan dengan tujuan agar peserta mentoring merasa bertanggung jawab terhadap kelangsungan program yang telah
dibuat bersama. 2 Memilih program sesuai kebutuhan dan kekinian
Dalam memilih program hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan bersifat seremonial. Maksudnya harus sesuai dengan kemajuan
teknologi sehingga mentoring atau halaqoh tidak terkesan kuno.
3 Program mentoring tersebut memiliki nilai kreatifitas Program mentoring tidak mesti dengan yang biasanya dilakukan
sehingga terkesan monoton dan membosankan. Selain kegiatan mentoring yang dilakukan. Buatlah program yang kreatif dan
inovatif berdasarkan hobi, minat atau kecenderungan dan bakat yang ingin dikembangkan.
19
b. Manajemen Bentuk kegiatan Mentoring Kegiatan mentoring terbagi dalam dua bagian, yaitu kegiatan utama dan
kegiatan pelengkap, penjelasan lebih terperinci tertulis dibawah ini:
Kegiatan Utama Pada umumnya pertemuan didalam dan luar ruangan terdiri dari 34
pertemuan pertahun, dilakukan 1 kali pertemuan perpekan. Metode yang dapat digunakan antara lain:
1 Ceramah, penjelasan materi oleh mentor 2 Diskusi, membahas fenomena aktual yang terjadi dimasyarakat
3 Tanya jawab, membahas masalah-masalah yang dialami mentee 4 Game, permainan yang islami dan penuh hikmah.
Dalam kegiatan utama ini, materi yang diutamakan adalah: 1 Pemahaman islam: aqidah islam, konsep iman, konsep islam,
syahadah, pembinaan rohani dan lain-lain. 2 Pengenalan ukhuwah islamiyah, makna dan hakikat ukhuwah
islamiyah 3 Problematika ummat: ghozwul fikri
4 Urgensi pendidikan islam
Kegiatan pelengkap
19
Sajirun, Manajemen, h. 161‐162.
Kegiatan pelengkap dapat berupa tabligh, tafakur alam, dauroh atau training, sanlat dan lain-lain.
20
c. Manajemen waktu pelaksanaan mentoring Pada dasarnya hasil tidak ditentukan oleh waktu berapa lamanya
kegiatan tersebut dijalankan, akan tetapi ditentukan berdasarkan kadar kemampuannya. Hendaknya mentor atau murobbi harus pandai
memanajemen waktu dalam kegiatannya. Mentoring dilakukan secara intensif seminggusepekan sekali
dengan hari dan jam sesuai kesepakatan antara mentor dan peserta mentoring, berdurasi 1,5 sampai 2 jam satu kali pertemuan.
Plot waktu setiap pertemuan bersifat fleksibel yaitu: 1. Pembukaan 5 menit
2. Mengenal Al-Quran meliputi Pengetahuan Al-Quran 15 menit dan Tilawah 15 menit
3. Materi 45 menit 4. Diskusi dan curhat 35 menit
5. Penutup 5 menit
21
5. Metode Mentoring
Menyampaikan pesan dakwah dalam sebuah kegiatan mentoring membutuhkan sebuah metode yang baik agar pesan yang disampaikan dapat
diterima dengan jelas dan baik, karena kebaikan yang disampaikan dengan cara atau metode yang tidak baik maka akan memberikan yang tidak baik pula, bahkan
hal yang luar biasa sekalipun jika disampaikan dengan metode yang biasa-biasa maka akan menghasilkan hal biasa saja, sementara hal yang biasa namun
disampaikan dengan luar biasa maka akan memberikan hasil yang luar biasa.
20
Ruswandi, Manajemen, h. 6
21
Ruswandi, Manajemen, h.. 84
Seperti halnya kalimat diatas, mentoring juga membutuhkan suatu metode yang baik dalam menyampaikan pesan dakwahnya, sehingga peserta mentoring
dapat menerima materi yang disampaikan oleh mentor, hal ini sebagimana termaktub dalam QS An-Nahl ayat 125.
äí÷Š 4’nÎ
È≅‹Î6y™ y7Înu‘
Ïπyϑõ3Ïtø:Î ÏπsàÏãöθyϑø9uρ
ÏπuΖ|¡ptø: Οßγø9ω≈y_uρ
©ÉL©9Î }‘Ïδ
ß⎯|¡ômr 4
¨βÎ y7−u‘
uθèδ ÞΟn=ôãr
⎯yϑÎ ¨≅|Ê
⎯tã ⎯Ï΋Î6y™
uθèδuρ ÞΟn=ôãr
t⎦⎪ωtGôγßϑø9Î ∩⊇⊄∈∪
“ Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
22
Metode menyampaikan materi sangat banyak, akan tetapi pada dasarnya tidak ada metode yang dianggap paling baik, karena semua metode itu adalah baik,
tergantung kita sebagai mentor dalam menyampaikannya harus disesuikan dengan situasi dan kondisinya sehingga dalam siatuasi dan kondisi bagaimanapun kita
dapat sukses dalam menyampaikan materi. Dibawah ini beberapa metode yang dapat dipilih dan digunakan dalam
menyampaikan materi mentoring, diantaranya: metode ceramah, diskusi kelompok, panel, panel forum, role play, kelompok studi kecil, case-study,
simposium, simposium forum dan lain-lain.
a. Metode ceramah Ceramah ialah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara didepan
sekelompok peserta mentoring.
22
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h.. 281
b. Metode diskusi kelompok Diskusi kelompok adalah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan antara tiga orang atau lebih tentang topic tertentu dengan seorang pemimpin.
c. Metode panel Panel adalah pembicaraan yang sudah direncanakan didepan peserta
tentang sebuah topic, dalam metode ini dibutuhkan tiga panelis atau lebih dan seorang pemimpin.
d. Metode kelompok studi kecil Kelompok studi kecil buzz group adalah pemecahan kelompok yang
lebih besar. Kelompok kecil ini membahas tugas yang diberikan dan biasanya melaporkan hasilnya pada kelompok besar.
e. Metode role-play Role-play adalah pemeranan sebuah situasi dalam hidup manusia dengan
tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa kelompok.
f. Metode simposium Symposium ialah serangkaian pidato pendek didepan peserta dengan
seorang pemimpin, pidato-pidato itu mengemukakan aspek-aspek yang beda dari topic tertentu.
g. Metode simposium forum Simposium forum ialah symposium yang diikuti dengan partisipasi
peserta.
23
23
Ruswandi, Manajemen, h.. 51-59
6. Materi Mentoring
Berikut beberapa materi atau pokok bahasan yang dapat dijadikan panduan
dalam kegiatan mentoring antara lain:
1 Simbol sukses 2 Tawazun
3 Eksistensi Allah 4 Ulil Albab
5 Al-Iman 6 Tadabur Surat Al-mu’minun ayat 1-11
7 Syukur Nikmat 8 Hal-hal yang melemahkan Iman
9 Hal-hal yang menguatkan Iman 10 Ilmu Allah
11 Al-quran 12 Aqidah Islamiyah
13 Ma’rifatullah 14 Ma’rifaturrasul
15 Ma’rifatul Islam 16 Bangunan islam
17 Makna Asyhadu 18 Makna Syahadatain
19 Cinta 20 Pentingnya Akhlak Mulia
21 Ikhlassunniyah 22 Rukun Islam
23 Makna Basmallah 24 Makna Hamdalah
25 Problematika Umat 26 Ghazwul Fikri
27 Birrul Walidain 28 Akhlak Rosulullah
29 Ihsan 30 Pentingnya Pendidikan Islam
31 Takwa 32 Ukhuwah Islamiyah
33 Tadabur Surat Al-Hujurat ayat 10-13
24
B. Konsep Akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan pendidikan, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli yang
mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak.
1. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak akan menjadi lebih jelas bagi kita, apabila kita lihat secara etimologis dan sekaligus secara terminologis serta hal-hal yang berkaitan
dengannya. Secara Etimologis, kata akhlak berasal dari kata “khalaqo”
ﻖﻠ bahasa arab yang berarti perangai, tabiat dan adat istiadat. Menurut pendekatan
etimologi, akhlak berasal dari bahasa arab merupakan bentuk jamak dari bentuk mufradnya “Khuluqun”
ﻖﻠ yang menurut logat diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat ini mengandung segi-segi persesuaian
dengan perkataan “khalqun” ﻖﻠ yang berarti kejadian, serta erat hubungannya
dengan “khalik” ﻖﻝ ﺎ yang berarti pencipta, dan “makhluk” قﻮﻠ ﻣ yang berarti
yang diciptakan. Pola bentukan definisi “akhlak” diatas muncul sebagai mediator yang
menjembatani komunikasi antara Khalik Pencipta dan makhluk yang diciptakan secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum minallah.
Dari produk hablum minallah yang verbal, biasanya lahirlah pola hubungan antar
24
Hadian, Super, h..vii
sesama manusia yang disebut dengan hablum minannas pola hubungan antarsesama manusia.
25
Secara terminologis, pengertian akhlak telah banyak dikemukakan oleh para ulama yang penulis kutip dari buku Pendidikan Agama Islam yang ditulis oleh
Deden Makbullah.
26
yaitu sebagai berikut: a. Menurut Ibnu Maskawaih, akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
b. Menurut Ibrahim Anis, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan c. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia yang dapat melahirkan suatu perbuatan yang gampang dan mudah dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lebih
lama. Dari beberapa pengertian akhlak diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa akhlak adalah sifat, tabiat dan perbuatan-perbuatan seseorang yang telah tertanam dan melembaga yang dilakukan secara berulang-ulang atas dasar
kesadaran jiwanya sehingga menjadi sebuah prilaku kebiasaan.
2. Ciri-ciri Perbuatan Akhlak
Beberapa pengertian akhlak diatas mempunyai kemiripan arti, beberapa definisi tersebut saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat beberapa ciri
yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: a. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Jika kita mengatakan bahwa si A misalnya sebagai orang yang berakhlak dermawan, maka
25
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 65-66
26
Deden Makbullah, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa, 2011, h. 141-142
sikap tersebut telah mendarah daging, kapan dan dimanapun sikapnya itu dibawanya sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan
orang lain. Jika si A tersebut kadang-kadang dermawan dan kadang- kadang bakhil, maka si A tersebut belum dikatakan dermawan.
b. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu
perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan
ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan tidur, hilang ingatan, mabuk
atau refleks seperti berkedip, tertawa dan sebagainya bukanlah perbuatan akhlak. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang
sehat akal pikirannya. c. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang
yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. d. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Jika kita menyaksikan orang berbuat kejam, sadis, jahat dan seterusnya, tapi
perbuatan tersebut kita lihat dalam pertunjukan film, maka perbuatan tersebut tidak dapat disebut perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut
bukan perbuatan yang sebenarnya. e. Sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak akhlak yang baik
adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan
sesuatu pujian. Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak.
27
3. Macam-macam Akhlak
Diantara perbuatan yang termasuk al-akhlaq al-karimah adalah:
27
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Rajawali Pers, 2011, h. 4-7.
1. Menyelamatkan muslim lain
2. Menunaikan janji,
3. Membersihkan kotoran dari jalan.
Adapun sebagian perbuatan yang termasuk akhlak tercela adalah sebagai berikut:
1. Sombong
2. Riya
3. Munafik ”
28
Pembahasan pembagian akhlak disini penulis mengutip dari buku pendidikan Agama Islam yang disusun oleh tim penyusun materi Pendidikan agama islam
bagi perguruan tinggi. Secara garis besar akhlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu
sebagai berikut:
a. Akhlak yang terpuji, al-Akhlak al-Karimahal-Mahmudah, yaitu akhlak yang senantiasa dalam control ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai
positif dan kondusif bagi kemaslahatan ummat, seperti sikap sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadlu rendah hati, husnudzon berprasangka baik,
suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain. b. Akhlak yang tercela al-Akhlak al-Madzmumah, akhlak yang tidak
dalam kontrol Ilahiyah atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitoniyah dan dapat membawa suasana negative serta
destruktif bagi kepentingan ummat manusia, seperti: takabbur sombong, su’udzon berprasangka buruk, tamak atau rakus, pesimis,
dusta, kufur, berkhianat, malas dan lain-lain.
29
Dalam buku Pendidikan Agma Islam pembagian macam-macam akhlak berdasarkan sasarannya dapat diklasifikasikan dalam dua macam yaitu akhlak
28
Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999, h.. 200
29
Aminuddin, Pendidikan, h.. 153
kepada Al-Khalik Allah dan akhlak kepada Makhluk meliputi:akhlak kepada manusia dan akhlak kepada alam semesta, dan penjelasannya secara lebih rinci
dibawah ini: 1. Akhlak kepada Al-Khaliq ALLAH SWT
Allah telah mengatur hidup manusia dengan berbagai aturan berupa perintah dan larangan, berikut ini beberapa contoh akhlak terhadap Allah
SWT: a. Senantiasa taat beribadah kepada Allah karena kita diciptakan
semata-mata untuk beribadah, sebagaimana yang termaktub dalam QS Az-Zariat ayat 56.
tΒuρ àMøn=yz
£⎯Ågø: }§ΡM}uρ
ωÎ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9
∩∈∉∪
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
30
b. Ikhlas, yaitu melaksanakan hukum Allah semata-mata hanya mengharap ridho-Nya.
c. Khusyu’ yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan yang sedang dikerjakannya.
d. Husnudzon kepada Allah dan tawakkal menerima segala ketentuan yang Allah berikan
e. Senantiasa berdzikir atau mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi baik dengan ucapan maupun dengan hati.
2. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua, yaitu: a. Akhlak kepada manusia, yang dapat dirinci sebagai berikut:
1 Akhlak kepada Rosulullah yaitu mencintai Rosulullah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya.
30
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h.. 523
2 Akhlak kepada kedua orang tua, yaitu berbuat baik kepada keduanya Birrul walidain dengan ucapan dan perbuatan. Hal
tersebut dapat dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain: menyayangi dan mencintai mereka sebagai bentuk terima
kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintahnya, meringankan beban, serta menyantuni
mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha. Perintah berbuat baik kepada orang tua terdapat dalam Al-quran Surat al-
Ahqaf ayat 15
uΖøŠ¢¹uρuρ z⎯≈|¡ΣM}
Ïμ÷ƒy‰Ï9≡uθÎ ·Ζ≈|¡ômÎ
çμ÷Fn=uΗxq …çμ•Βé
\δöä. çμ÷Gyè|Êuρuρ
\δöä. …çμè=÷Ηxquρ
…çμè=≈|ÁÏùuρ tβθèW≈n=rO
·öκy− 4
©¨Lym sŒÎ
xn=t …çν£‰ä©r
xn=tuρ z⎯ŠÏètö‘r
ZπuΖy™ tΑs
Ébu‘ û©Í_ôãΗ÷ρr
÷βr tä3ô©r
y7tFyϑ÷èÏΡ û©ÉL©9
|Môϑyè÷Ρr ¥’n?tã
4’n?tãuρ £“tÎ≡uρ
÷βruρ Ÿ≅uΗùår
[sÎ=≈|¹ çμ9|Êös?
ôxÎ=ô¹ruρ ’Í
’Îû û©ÉL−ƒÍh‘èŒ
’ÎoΤÎ àMö6è?
y7ø‹s9Î ’ÎoΤÎuρ
z⎯ÏΒ t⎦⎫ÏΗÍó¡ßϑø9
∩⊇∈∪
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya Aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku
bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang- orang yang berserah diri.
31
Berbakti kepada orang tua sama pentingnya dengan berbakti kepada guru baik guru disekolah, guru mengaji. Kita sebagai murid
harus bisa menghormatinya dan taat akan aturan guru selama tidak melenceng dari aturan, penghormatan kepada guru dapat diwujudkan
dengan mematuhi peraturan dengan disiplin, dan bersikap sopan serta bertutur kata yang baik. Hal ini sebagimana akhlak para sahabat
terhadap Rosulullah saw sebagai seorang murobbi, pemimpin atau guru, dalam Qs An-nur ayat 62.
yϑ¯ΡÎ šχθãΖÏΒ÷σßϑø9
t⎦⎪Ï© θãΖtΒu™
«Î ⎯ÏÎθß™u‘uρ
sŒÎuρ θçΡŸ2
…çμyètΒ ’n?tã
9öΔr 8ìÏΒy`
óΟ©9 θç7yδõ‹tƒ
4©®Lym çνθçΡÉ‹ø↔tGó¡o„
4 ¨βÎ
t⎦⎪Ï© y7tΡθçΡÉ‹ø↔tFó¡o„
šÍׯ≈s9ρé t⎦⎪Ï©
šχθãΖÏΒ÷σム«Î
⎯ÏÎθß™u‘uρ 4
sŒÎsù x8θçΡx‹ø↔tGó™
ÇÙ÷èt7Ï9 öΝÎγÏΡùx©
βsŒùsù ⎯yϑÏj9
|Mø⁄Ï© öΝßγ÷ΨÏΒ
öÏøótGó™uρ ãΝçλm;
© 4
χÎ ©
Ö‘θàxî ÒΟ‹Ïm§‘
∩∉⊄∪
“Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang- orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila
mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan
Rasulullah sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang- orang yang meminta izin kepadamu Muhammad mereka Itulah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Maka apabila mereka meminta izin kepadamu Karena sesuatu keperluan,
31
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h.. 504
berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
32
b. Akhlak kepada diri sendiri Yang harus diperhatikan dalam akhlak terhadap diri sendiri yaitu
menjaga kehormatan dirinya baik laki-laki atau perempuan, sebagaimana yang termaktub dalam QS An-Nur ayat 30-31
≅è š⎥⎫ÏΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9
θ‘Òäótƒ ô⎯ÏΒ
ôΜÏδÌ≈|Áör θÝàxøts†uρ
óΟßγy_ρãèù 4
y7Ï9≡sŒ 4’s1ø—r
öΝçλm; 3
¨βÎ ©
7Î7yz yϑÎ
tβθãèoΨóÁtƒ ∩⊂⊃∪
≅èuρ ÏM≈uΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9
z⎯ôÒàÒøótƒ ô⎯ÏΒ
£⎯ÏδÌ≈|Áör z⎯ôàxøts†uρ
£⎯ßγy_ρãèù Ÿωuρ
š⎥⎪ωö7ム£⎯ßγtFt⊥ƒÎ—
ωÎ tΒ
tyγsß yγ÷ΨÏΒ
t⎦ø⌠ÎôØu‹ø9uρ £⎯ÏδÌßϑ胿2
4’n?tã £⎯ÍκÍ5θãŠã_
Ÿωuρ š⎥⎪ωö7ãƒ
£⎯ßγtFt⊥ƒÎ— ωÎ
∅ÎγÏFs9θãèç7Ï9 ÷ρr
∅ÎγÍ←tu™ ÷ρr
Ï™tu™ ∅ÎγÏGs9θãèç
÷ρr ∅ÎγÍ←oΨör
÷ρr Ï™oΨör
∅ÎγÏGs9θãèç ÷ρr
£⎯ÎγÏΡ≡uθ÷zÎ ÷ρr
û©Í_t ∅ÎγÏΡ≡uθ÷zÎ
÷ρr û©Í_t
£⎯ÎγÏ?≡uθyzr ÷ρr
£⎯ÎγÍ←|¡ÎΣ ÷ρr
tΒ ôMs3n=tΒ
£⎯ßγãΖ≈yϑ÷ƒr Íρr
š⎥⎫ÏèÎ7≈−F9 Îöxî
’Íρé Ïπtö‘M}
z⎯ÏΒ ÉΑy`Ìh9
Íρr È≅øÏeÜ9
š⎥⎪Ï© óΟs9
ρãyγôàtƒ 4’n?tã
ÏN≡u‘öθtã Ï™|¡ÏiΨ9
Ÿωuρ t⎦ø⌠ÎôØo„
£⎯ÎγÎ=ã_ö‘rÎ zΝn=÷èã‹Ï9
tΒ t⎦⎫Ïøƒä†
⎯ÏΒ £⎯ÎγÏFt⊥ƒÎ—
4 þθçθè?uρ
’nÎ «
·èŠÏΗsd t앃r
šχθãΖÏΒ÷σßϑø9 ÷ä3ª=yès9
šχθßsÎ=øè? ∩⊂⊇∪
30.”Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
32
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h.. 359
demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat.
31. “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
33
c. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat Dibuktikan dengan saling membina rasa cinta dan kasih saying
dalam kehidupan keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak, berbakti kepada ibu bapak, mendidik anak dengan
kasih saying, dan memelihara hubungan shilaturrahmi.
d. Akhlak kepada tetangga, seperti saling mengunjungi, saling membantu diwaktu senggang, lebih-lebih diwaktu susah, saling
memberi, saling menghormati dan saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
33
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h.. 353
e. Akhlak kepada masyarakat Yang diwujudkan dengan sikap memuliakan tamu, menghormati
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan takwa, menganjurkan anggota
masyarakat termasuk diri kita untuk berbuat baik dan mencegah diri dari melakukan perbuatan dosa.
b Akhlak kepada bukan manusia lingkungan hidup Akhlak terhadap lingkungan ini yaitu lingkungan alam dan lingkungan
makhluk hidup lainnya termasuk udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Kita harus sadar dan memelihara kelestarian lingkungan
hidup, menjaga dan memanfaatkan alam, terutama hewani dan nabati untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya, sayang kepada sesama
makhluk dan menggali potensi alam seoptimal mungkin demi kemaslahatan manusia dan alam sekitarnya. Hal ini sebagaimana dalam
QS Al-Baqarah ayat 11-12.
sŒÎuρ Ÿ≅ŠÏ
öΝßγs9 Ÿω
ρ߉šøè? ’Îû
ÇÚö‘F{ þθä9s
yϑ¯ΡÎ ß⎯øtwΥ
šχθßsÎ=óÁãΒ ∩⊇⊇∪
Iωr öΝßγ¯ΡÎ
ãΝèδ tβρ߉šøßϑø9
⎯Å3≈s9uρ ω
tβρáãèô±o„ ∩⊇⊄∪
“Dan bila dikatakan kepada mereka:Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. mereka menjawab: Sesungguhnya kami
orang-orang yang mengadakan perbaikan. Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar”.
34
34
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h.. 3
4. Faktor yang Mempengaruhi Akhlak
Setiap tindakan dan perbuatan manusia mempunyai banyak macam karakter yang berbeda satu sama lainnya, Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak manusia yakni faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu pengaruh dari dalam diri manuisa itu sendiri atau yang dikenal
dengan istilah insting, sedangkan faktor eksternal adalah yaitu motivasi yang disuplai dari luar dirinya seperti lingkungan atau milieu, pendidikan dan warotsah.
Untuk itu berikut ini akan dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak dalam buku Pengantar Studi Akhlak.
a. Faktor Internal
1 Insting Naluri Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan perbuatan manusia dimotivasi oleh
kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang dalam bahasa Arab gharizah
. Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak
yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah: a Naluri Makan nutrive instinct. Manusia lahir telah membawa suatu
hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain. b Naluri Berjodoh seksual instinct. Dalam alquran diterangkan
z⎯Îiƒã— Ĩ¨Ζ=Ï9
=ãm ÏN≡uθy㤱9
š∅ÏΒ Ï™|¡ÏiΨ9
t⎦⎫ÏΖt6ø9uρ ÎÏÜ≈oΨsø9uρ
ÍοtsÜΖsßϑø9 š∅ÏΒ
É=yδ© ÏπÒÏø9uρ
È≅ø‹y‚ø9uρ ÏπtΒ§θ|¡ßϑø9
ÉΟ≈yè÷ΡF{uρ Ïöysø9uρ
3 šÏ9≡sŒ
ßì≈tFtΒ Íο4θu‹ysø9
u‹÷Ρ‘‰9 ªuρ
…çνy‰ΨÏã Ú∅ó¡ãm
Ét↔yϑø9 ∩⊇⊆∪
“Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik surga.
QS Ali Imran:14 a Naluri Keibuan peternal instinct tabiat kecintaan orang tua kepada
anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. b Naluri Berjuang combative instinct. Tabiat manusia untuk
mempertahnkan diri dari gangguan dan tantangan. c Naluri Bertuhan. Tabiat manusia mencari dan merindukan
penciptanya. Selain beberapa macam insting diatas sebenarnya masih banyak lagi macam
insting yang sering dibahas oleh para ahli psikologi, seperti insting takut, mempertahankan diri dan lain-lain.
b. Faktor Eksternal
1 AdatKebiasaan AdatKebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang
dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia, apabila
dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan.
2 Wirotsah keturunan Maksudnya adalah Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok orang tua
kepada cabang anak keturunan. Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian
besar dari salah satu sifat orang tuanya. Sifat-sifat yang biasa diturunkan itu pada garis besarnya ada dua macam, pertama sifat-sifat jasmaniah, yakni sifat
kekuatan dan kelemahan otot dan urat syaraf orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua yang kekar ototnya kemungkinan
mewariskan kekekaran itu kepada anak cucunya, misalnya pada orang Negro yang kuat fisiknya. Kedua, sifat-sifat rohaniah, yakni lemah atau kuatnya
naluri atau insting dapat diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.
3 Milieu Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya
corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor milieu lingkungan dimana sesorang berada.
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti
negeri, lautan, udara, dan masyarakat. milieu ada 2 macam: a Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan
alam mematahkan atau mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang
badui yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas dapat menjadi contoh bahwa
badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku. Orang-orang yang menempati
daerah poertanian yang subur terbentuk pula kelakuannya oleh suasana pertanian. Daerah kutub yang dingin membuat orang-orang berpakaian
dan tata cara kehidupan yang khas, selalu memakai baju tebal dan memakan binatang-binatang yang tersedia di kutub.
b Lingkungan Pergaulan Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah
sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya
Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut
pendidikan yang diberikan oleh guru-guru disekolah. Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul
dari kejiwaan. Walaupun pancaindra kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap
kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
35
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada umumnya ada tiga teori dibawah ini:
1 Teori Nativisme Teori ini menyatakan bahwa “perkembangan manusia atau individu itu akan
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir natus artinya lahir”,
36
Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang
tersebut menjadi lebih baik. Aliran ini begitu yakin terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan pendidikan.
2 Teori Empirisme Teori ini menyatakan bahwa “perkembangan seseorang akan ditentukan oleh
empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu”.
37
Faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial; termasuk pembinaan dan
pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan pembinaan yang diberikan
35
Zahruddin dan Sinaga Hasanuddin, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 93-99.
36
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, h. 177.
37
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, h. 196.
kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika sebaliknya. Teori ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan
pengajaran. Teori ini lebih dikenal dengan teori Tabularasa artinya tiap individu yang dilahirkan adalah seperti kertas putih bersih yang belum ada tulisan-
tulisannya. Akan menjadi apakah individu itu kemudian tergantung kepada apa yang akan dituliskan diatasnya.
3 Teori Konvergensi Teori ini merupakan “teori gabungan konvergen dari kedua teori diatas,
yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh William Stern bahwa baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam
perkembangan indivudu”.
38
Dapat disimpulkan bahwa Faktor yang paling mempengaruhi pembentukan akhlak yakni faktor internal pembawaan dan faktor dari luar lingkungan sosial.
Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara intensif. Teori ini sesuai dengan ajaran Islam, hal ini dapat dipahami dari al-Quran
Surat An-Nahl ayat 78.
ªuρ Νä3y_t÷zr
.⎯ÏiΒ ÈβθäÜç
öΝä3ÏF≈yγ¨Βé Ÿω
šχθßϑn=÷ès? \↔ø‹x©
Ÿ≅yèy_uρ ãΝä3s9
yìôϑ¡¡9 t≈|ÁöF{uρ
nοy‰Ï↔øùF{uρ öΝä3ª=yès9
šχρãä3ô±s? ∩∠∇∪
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur.”
39
38
Ahmadi, Psikologi, h.. 197
39
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h.. 275
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka dan menemukan beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang
penulis teliti, yaitu:
1. “Mentoring Agama Islam pada Lembaga Dakwah Kampus LDK Fikri dalam pembinaan Akhlakul Karimah Mahasiswa di Politeknik
Negeri Jakarta” yang ditulis oleh Muhammad Iqbal jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam tahum 2007. Dalam skripsi ini mengupas tentang pembinaan akhlakul karimah mahasiswa politeknik Negeri
Jakarta melalui program mentoring Agama Islam yang ada di lembaga dakwah kampus LDK fikri.
2. “Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA Ilmu Nafi’an Youth Cetre Bogor.”
Yang ditulis oleh Eko Endah Sulistiyowati Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta 2009.
Dalam penelitian ini meneliti tentang pelaksanaan mentoring dalam bentuk konsep diri pelajar SMA.
D. Kerangka Berpikir