BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak beberapa abad yang lalu masyarakat Indonesia telah mengalami perubahan baik dalam bentuk kebangkitan agama, perubahan ekonomi, maupun
pencerahan. Banyak alasan yang dapat menjelaskan perubahan ini, salah satunya adalah dorongan untuk melawan penjajahan. Masyarakat Indonesia harus dididik
agar supaya tidak selalu tertindas dan tertinggal oleh bangsa lain di dunia, oleh karena itu pendidikan merupakan syarat mutlak yang harus terus dilaksanakan
oleh setiap orang yang meghendaki perubahan generasi yang lebih baik. Merupakan kewajiban kita untuk mengajarkan setiap individu umat Islam,
jika kita menginginkan umat Islam mempunyai kedudukan yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia, sebab ilmu pengetahuan adalah sarana untuk
menjadikan kita lebih maju di segala bidang.
1
Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap manusia, karena tanpa adanya pendidikan sangat mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup berkembang
sejalan dengan cita-citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi cita-cita manusia
semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana pencapaiannya. Hal ini telah termaktub dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11:
Æìsùötƒ …… ª
t⎦⎪Ï© θãΖtΒu™
öΝä3ΖÏΒ t⎦⎪Ï©uρ
θè?ρé zΟù=Ïèø9
;M≈y_u‘yŠ 4
ªuρ yϑÎ
tβθè=yϑ÷ès? ×Î7yz
∩⊇⊇∪
1
Ridjaluddin F.N, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta: Pusat Kajian Islam FAI UHAMKA, 2009, h. 50.
“…… Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
QS. Al-Mujadalah: 11.
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupannya sehingga dengan ilmu yang diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari dapat
meningkatkan kualitas kehidupannya menjadi lebih baik dan menuju kesempurnaan.
Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan. Hal ini menjadi isyarat bagi manusia untuk hidup dalam
keseimbangan pula. Keseimbangan hidup akan dicapai jika manusia hidup sejajar dengan fitrahnya, hal tersebut sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam dan
juga merupakan agama Allah yang sesuai dengan fitroh. Mustahil Allah menciptakan agama untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrahnya.
2
Sebagaimana dalam QS Ar-Rum:30
óΟÏrsù y7yγô_uρ
È⎦⎪ÏeÏ9 Z‹ÏΖym
4 |NtôÜÏù
« ©ÉL©9
tsÜsù }¨¨Ζ9
pκön=tæ 4
Ÿω Ÿ≅ƒÏ‰ö7s?
È,ù=y⇐Ï9 «
4 šÏ9≡sŒ
Ú⎥⎪Ïe ÞΟÍhŠsø9
∅Å3≈s9uρ usYò2r
Ĩ¨Ζ9 Ÿω
tβθßϑn=ôètƒ ∩⊂⊃∪
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
3
2
Novi Hadian, Super Mentoring Senior, Cet-3, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003, h. 10.
3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Maghfiroh Pustaka, 2006, h.. 407
Keseimbangan hidup adalah pola hidup yang dikehendaki oleh Allah, namun dari waktu kewaktu terjadi pergeseran nilai, sehingga ajaran Islam mulai
dikesampingkan dan kemudian semakin samar antara yang hak dan yang batil, Selain itu arus kehidupan jahiliyah terasa mulai mengikis nilai-nilai Islam, gaya
hidup jahiliyah berhasil membuat masyarakat yang berakhlak mulia menjadi sebaliknya yakni berakhlak buruk. Hal ini terjadi diberbagai lapisan masyarakat,
termasuk didalamnya siswai serta para remaja dan pemuda sebagai generasi bangsa.
Berdasarkan penelitian ulama Islam terhadap Al-quran dan Al-hadits menunjukan bahwa hakikat agama Islam adalah akhlak. Pernyataan yang antara
lain diungkapkan oleh Al-Mawardi dalam kitabnya Adab Al-Dunya wa Al-Din ini dibuktikan dengan mengatakan bahwa agama tanpa akhlak tidak akan hidup.
Bahkan akan kering dan layu. Ia juga mengatakan bahwa seluruh ajaran Al-qur’an dan Al-hadits pada ujungnya menghendaki perbaikan akhlak dan mental
spiritual.
4
Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini semakin kuat, yaitu disaat manusia di zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang serius,
yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa yang bersangkutan, seperti pola hidup yang hedonisme kini kian merasuki para remaja,
pergaulan bebas, tawuran antar pelajar dan lain-lain yang dapat merugikan orang lain, dan merugikan dirinya sendiri yang dapat menghancurkan masa depan.
Oleh karena itu perlu adanya tindakan terhadap arus kehidupan jahiliyah tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An-Nahl: 125 dan Ali-Imran:
104 dan
äí÷Š 4’nÎ
È≅‹Î6y™ y7Înu‘
Ïπyϑõ3Ïtø:Î ÏπsàÏãöθyϑø9uρ
ÏπuΖ|¡ptø: Οßγø9ω≈y_uρ
©ÉL©9Î }‘Ïδ
ß⎯|¡ômr 4
¨βÎ y7−u‘
uθèδ ÞΟn=ôãr
⎯yϑÎ ¨≅|Ê
⎯tã ⎯Ï΋Î6y™
uθèδuρ ÞΟn=ôãr
t⎦⎪ωtGôγßϑø9Î ∩⊇⊄∈∪
4
Aminuddin, Pendidikan Agama Islam, Bogor: Ghalia Indonesia, 2002, h. 157.
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”
5
Dalam surat Ali-Imran ayat 104 juga ditegaskan:
⎯ä3tFø9uρ öΝä3ΨÏiΒ
×π¨Βé tβθããô‰tƒ
’nÎ Îösƒø:
tβρããΒùtƒuρ Å∃ρã÷èpRùQÎ
tβöθyγ÷Ζtƒuρ Ç⎯tã
Ìs3Ψßϑø9 4
y7Íׯ≈s9ρéuρ ãΝèδ
šχθßsÎ=øßϑø9 ∩⊇⊃⊆∪
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung.”
6
Dari penjelasan ayat di atas, Allah SWT memberikan petunjuk dan tuntunan untuk mengajak manusia ke jalan Allah dengan bijaksana dan berusaha menyusun
dan mengatur cara-cara menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang baik sehingga seruan Islam dapat disampaikan dan dapat diterima.
Melihat kondisi akhlak remaja khususnya pelajar saat ini sangat memprihatinkan, hal ini dapat terlihat dari maraknya aksi tawuran antar pelajar,
pergaulan bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, pemerkosaan, perampokan dan lain-lain yang dapat merusak moral dan menyuramkan masa depannya,
masalahnya kembali lagi kepada akhlak remaja itu sendiri, remaja yang nakal biasanya remaja yang tidak mengenal akhlak, akan tetapi sebaliknya tidak sedikit
juga remaja yang menyejukan pandangan, mereka begitu taat beribadah dan
5
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h. 281.
6
Departemen Agama RI, Al-quran dan Terjemah, h. 63.
tingkahlakunya baik,
7
maka dibutuhkan sebuah pendidikan Islam bagi ummat Islam itu sendiri. Pendidikan agama juga merupakan salah satu komponen
kurikulum di setiap sekolah, dengan demikian keberadaan pendidikan agama di tengah-tengah masyarakat sekarang ini sangat didambakan, bahkan perlu
dilestarikan baik dalam pendidikan formal, nonformal maupun informal. Keberadaan pendidikan agama tidak akan tumbuh dengan subur dan berkembang
dengan baik serta tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan apabila tidak dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan pengertian
pendidikantarbiyah itu sendiri yakni: Raba-Yarbu = Tumbuh berkembang, Rabiya-Yarba
= Tumbuh secara alami, Rabba-Yarubbu = memperbaiki, meningkatkan.
8
Melihat betapa pentingnya pendidikan Islam yang harus diberikan kepada peserta didik, maka lembaga pendidikan formal harus mampu menyelenggarakan
dan mewadahi pendidikan Islam tersebut guna menciptakan suasana keagamaan dan pembentukan akhlak yang mulia, dan salah satunya yaitu melalui kegiatan
Mentoring untuk menanamkan nilai-nilai Islam yakni bagaimana agar siswa tersebut mempunyai iman dan ketakwaan yang berkualitas sehingga dapat
membentuk akhlak yang mulia. Bahkan Rasulullah SAW sendiripun selaku pembawa agama Islam pernah
mendeklarasikan diri, bahwa beliau diutus untuk menjadi Rosul semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Agama yang dibawa oleh Rasulullah
SAW adalah konsep penyempurnaan akhlak dan tidak diutus untuk memberikan konsep yang lain selain konsep penyempurnaan akhlak semata.
9
Mentoring merupakan salah satu sarana Tarbiyah Islamiyah pembinaanpendidikan Islami yang didalamnya ada proses belajar dalam rangka
pembentukan kepribadian muslim dan penanaman nilai-nilai akhlakul karimah.
7
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, h. 160.
8
Hadian, Super, h. 235.
9
M. Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000, h. 7.
Mentoring secara umum merupakan kegiatan pendidikan dalam perspektif yang luas dengan pendekatan saling menasihati.
10
Idealnya kegiatan mentoring tidak hanya fokus pada bagaimana orang memberi nasehat, tetapi bagaimana orang mau mendengarkan nasehat. Dengan
begitu akan tercipta suasana saling belajar yang menyenangkan sehingga dapat memberikan perubahan kearah yang lebih baik.
Di sisi lain, kegiatan mentoring juga merupakan salah satu kegiatan yang di dalamnya berisi pembinaan mental, dan bagi sekolah dapat dijadikan momentum
untuk mencapai tujuan pendidikan, khususnya untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa bagi siswa yang beragama Islam, serta yang
paling penting yaitu menjadi wadah pembinaan pelajar guna mengatasi krisis akhlak remaja yang semakin hari banyak yang mengadopsi budaya dari barat,
selain itu juga dapat meminimalisir tawuran antar pelajar, meningkatkan akhlak atau sopan santun siswa terhadap guru serta meningkatkan kesadaran akan
kedisiplinan di sekolah. Dari sini dapat terlihat, bahwa kegiatan mentoring merupakan integrasi dari
rangkaian pembinaan keimanan dan ketakwaan dalam upaya pembentukan akhlakul karimah siswa sehingga pendidik dapat memberdayakan potensi generasi
muda yang Islami agar menjadi manusia yang tangguh dan mandiri secara fisik maupun mental serta menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai masa
depan. Dalam hal ini yang menjadi pokok permasalahan adalah apakah kegiatan mentoring tersebut dapat membantu membentuk dan memperbaiki akhlak siswa
dalam hal kedisiplinan dan sikap sopan santun terhadap guru dan terhadap siswai di sekolah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang pentingnya sebuah kegiatan mentoring dalam
upaya memperbaiki akhlak siswa. Kemudian pembahasan tersebut penulis jadikan
sebagai judul skripsi: “Pengaruh Kegiatan Mentoring Terhadap Akhlak Siswa SMA Negeri 1 Parung”.
10
Muhammad Ruswandi, Manajemen Mentoring, Bandung: Syaamil, 2007, h. 1.
B. Identifikasi masalah