20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.1 Mekanisme terjadinya Resistensi Pratiwi,2008
Mekanisme resistensi bakteri dapat dibedakan menjadi resistensi primer dan sekunder.
Resistensi primer bawaan merupakan resistensi yang menjadi sifat alami. Hal ini disebabkan oleh adanya enzim pengurai antibiotik pada mikroorganisme
sehingga secara alami mikroorganisme tersebut dapat menguraikan antibiotik. Resistensi sekunder dapatan diperoleh akibat kontak dengan agen
antibakteri dalam waktu yang cukup lama dengan frekuensi yang tinggi, sehingga memungkinkan terjadinya mutasi pada mikroorganisme, mekanisme ini juga dapat
berlangsung akibat adanya mekanisme adaptasi atau penyesuaian aktivitas metabolisme mikroorganisme untuk melawan efek obat, contohnya dengan
perubahan pola enzim yang dapat menguraikan antibiotik. Resistensi opisomal disebabkan oleh faktor genetik diluar kromosom.
Beberapa bakteri memiliki faktor resisten pada plasmidnya yang dapat menular pada bakteri lain yang memiliki kaitan spesies melalui kontak sel secara konjugasi
maupun transduksi.
2.7 Pengambilan Spesimen Urin
Nasronudin,2007
a. Urin kateter
Biasa dilakukan pada penderita yang sedang dirawat di rumah sakit dan dipasang kateter jangka panjang indwelling catheter. Pengambilan spesimen
menggunakan kateter adalah berisiko memasukkan bakteri. Jangan mengambil spesimen dari kantong kateter urin bed side catheter bag
Pengambilan dilakukan dengan cara mengambil urin dari catheter port setelah dilakukan disinfeksi dengan antiseptik dan alkohol. Jika kateter yang tidak
mempunyai catheter port jepitlah kateter jangan lebih lama dari 30 menit kemudian cari tempat diatasnya, lakukan disinfeksi dengan menggunakan spuit
sekali pakai. Berkenaan dengan cara pembiakan urin yang khusus, jangan lupa member
label yang benar, khususnya waktu pengambilan urin.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Urin porsi tengah clean catch urine
Pengambilan urin dengan cara ini paling banyak diterapkan karena mudah. Namun jika kurang hati-hati, banyak terjadi pencemaran dari flora sekitar
sehingga bisa mengaburkan hasil pemeriksaan mikrobiologis. Pengambilan dan penampungan urin porsi tengah sebaiknya dilakukan
pada pagi hari dengan membuang 13 aliran urin pertama dan terakhir. Bahan yang dibutuhkan yaitu botol steril bertutup, sabun medis, kasa atau kapas steril,
dan akuades atau air. Sebelum dilakukan pengambilan urin sebaiknya pasien diberitahu dahulu,
baik secara lisan maupun tertulis cara pengambilan urin yang benar agar spesimen tidak tercemar. Cara pengambilan urin pada wanita yaitu diawali dengan
mempersiapkan kasa atau kapas steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa atau kapas steril yang telah diberi air sabun, dua
potong kasa steril yang telah dibasahi air dan sepotong lagi dibiarkan kering. Pada saat membersihkan genital sebaiknya jangan menggunakan larutan antiseptik.
Kedua labia dipisahkan dengan dua jari dan daerah vagina dibersihkan dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun
kemudian bilas daerah tersebut dari arah depan kebelakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air. Selama pembilasan, kedua labia tetap dipisahkan
dengan dua jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Pembilasan dapat dilakukan sekali lagi, kemudian daerah tersebut dikeringkan dengan
potongan kasa steril yang kering. Taruh botol didepan genital dan jangan menyentuh tepi botol, pada saat
berkemih buang 13 urin pertama, dan berikutnya ditampung sebelum 13 urin terakhir, botol harus segera ditutup untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Wadah diberi identitas pasien dan urin dikirim segera ke laboratorium. Cara pengambilan urin dan penampungan urin porsi tengah pada pria,
diawali dengan mempersiapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi
dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Pada saat pembersihan daerah penis dan muara
uretra sebaiknya jangan menggunakan antiseptik, tarik prepusium ke belakang
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan satu tangan dan daerah ujung penis dibersihkan dengan kasa yang dibasahi air sabun. Ujung penis dibilas dengan kasa yang dibasahi air. Pembilasan dapat
dilakukan kembali, lalu daerah tersebut dikeringkan dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih, pada saat berkemih buang 13 urin pertama, dan berikutnya ditampung sebelum 13
urin terakhir, tutup segera botol untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Identitas pasien ditulis pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Sampel harus diterima satu jam setelah penampungan dan sampel harus sudah di lakukan pemeriksaan dalam waktu 2 jam. Jika ada penundaan dalam pemeriksaan,
urin harus disimpan dalam lemari es dengan suhu 4
o
C
c. Urin aspirasi suprapubik