xiv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan
Halaman 1
Kerangka pemikiran 44
2 Hasil uji heteroskedastisitas
69 3
Hasil uji normalitas data 79
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Maraknya kejahatan akuntansi korporat yang terjadi akhir-akhir ini membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan
keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun. Akibat kejahatan tersebut, para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai
mempertanyakan kembali eksistensi akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan. Beberapa kasus
manipulasi yang merugikan pemakai laporan keuangan melibatkan akuntan publik yang seharusnya menjadi pihak independen. Auditor sebagai pihak
yang berkewajiban mendeteksi adanya kekeliruan atau kecurangan yang menyebabkan terjadinya salah saji material demi terwujudnya keandalan
laporan keuangan sebagaimana tuntutan dari para pelaku ekonomi, harus meningkatkan performance kinerja dalam membuat judgment dengan
meningkatkan pengalaman, pengetahuan serta sikap independensi sehingga keputusan yang diambil berdasarkan informasi-informasi yang ada
Hartiningsih, 2008. Seorang auditor dalam proses audit memberikan sebuah opini, dimana
dalam memberikan opini dibutuhkan judgment yang berdasarkan peristiwa- peristiwa masa lalu, sekarang dan yang akan datang. Standar Profesional
Akuntansi Publik SPAP menyebutkan bahwa audit judgment atas
2 kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
harus berdasarkan pada ada tidaknya kesangsian dalam diri audior itu sendiri terhadap kemampuan suatu kesatuan usaha dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam periode satu tahun sejak tanggal laporan keuangan auditan.
Pandangan auditor dalam menanggapi informasi berhubungan dengan tanggung jawab dan risiko audit yang akan dihadapi, sehubungan dengan
judgment yang dibuat. Dalam membuat judgment dipengaruhi oleh banyak faktor, baik bersifat teknis maupun non teknis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi antara lain meliputi faktor individual ini berubah-ubah sesuai
dengan Pengalaman Audit, sikap independensi auditor, dan kompleksitas tugas yang mengatur dan membatasi auditor.
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya Anoraga, 1995:47 yang
dikutip dari Justiana, 2010. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan
waktutahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor,
maka akan memperluas pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing. Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasan
auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervise berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin
3 terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan
pemanfataan personel dalam pelaksanaan perikatan IAPI, 2004. Libby 1995 dalam Aini 2009 menyatakan bahwa pekerjaan auditor
adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian expert. Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang
lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur
pengendalian intern. Asih 2006:12 memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki
keunggulan dalam beberapa hal sebagai berikut: a Mendeteksi kesalahan, b Memahami kesalahan dan, c Mencari penyebab munculnya kesalahan.
Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian. Menurut Boner dan Walker 1994 dalam Herliansyah 2006 menyatakan
peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman
kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu
persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik SK Menkeu No. 43KMK.0171997. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan, seperti
seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Melalui program pelatihan para auditor juga mengalami
proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui Putri dan Bandi, 2002 dalam Herliansyah, 2006.
4 Auditor disewa untuk memeriksa laporan keuangan oleh klien akan tetapi
auditor tidak bertanggung jawab langsung terhadap klien, melainkan kepada pihak ketiga seperti investor atau kreditor. Sehingga auditor tidak boleh hanya
mementingkan kepentingan kliennya. Auditor harus bersikap independen agar hasil pengujian laporan keuangan yang dilakukannya dapat dipercaya dan
bermanfaat bagi semua pihak. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat bergantung pada
persepsi publik atas independensi auditor Arens et al, 2008:111. Definisi lain mengenai independensi adalah independensi merupakan sikap dan pikiran
seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994 Mayangsari, 2003:6,
disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektifitas.
Pengujian pengaruh sejumlah faktor terhadap kompleksitas tugas juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa tugas melakukan audit adalah
tugas yang banyak menghadapi persoalan kompleks. Zulaikha 2006 dalam Novarina 2010 mengemukakan ada tiga alasan yang cukup mendasar
mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga berpengaruh
signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembutan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan