30 Arens 2000 dalam Megasari 2008 menyatakan bahwa ada beberapa
masalah independensi yang timbul, yaitu : hubungan dengan klien, masalah kepentingan keuangan yang terkait tuntutan atau perkara hukum antara Kantor
Akuntan Publik, jasa pembukan dan audit untuk klien yang sama serta penugasan dan pembayaran imbalan jasa audit oleh manajemen.
Menurut Mulyadi 2002 independensi dapat dipengaruhi secara obyektif melalui:
1 Hubungan keuangan dengan klien 2 Kedudukan dalam perusahaan
3 Keterlibatan usaha yang tidak sesuai dan tidak konsisten. 4 Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit.
5 Hubungan kekeluargaan dan pribadi. 6 Imbalan atas jasa profesional.
7 Penerimaan barang atau jasa dari klien dan pemberian barang atau jasa kepada klien.
Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas 2007 dalam Aliyah 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi
independensi akuntan publik antara lain : 1 Hubungan keluarga akuntan berupa suamiistri, saudara sedarah semenda
dengan klien. 2 Besar audit fee yang dibayarkan klien tertentu.
31 3 Hubungan usaha dan keuangan klien, keuntungan dan kerugian yang
terkait dengan usaha klien. 4 Pemberian fasilitas dan bingkisan gifts oleh klien.
5 Keterlibatan dalam usaha yang tidak sesuai.
6 Pelaksanaan jasa lain untuk klien audit.
E. Kompleksitas Tugas
Tingkat kesulitan tugas dan struktur tugas merupakan dua aspek penyusun dari kompleksitas tugas. Tingkat sulitnya tugas selalu dikaitkan
dengan banyaknya informasi tentang tugas tersebut, sementara struktur adalah terkait dengan kejelasan informasi information clarity. Menurut Bonner
1994 dalam Jamilah dkk 2007 , proses pengolahan informasi terdiri dari tiga tahapan, yaitu: input, proses, output. Pada tahap input dan proses,
kompleksitas tugas meningkat seiring bertambahnya faktor cues. Terdapat perbedaan antara pengertian banyaknya cues yang diadakan number of cues
available dengan banyaknya cues yang terolah number of cues processed. Banyaknya cues yang ada, seorang decision maker harus berusaha melakukan
pemilahan terhadap cues-cues tersebut meliputi upaya penyeleksian dan pertimbangan-pertimbangan dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam
suatu judgment pendapat. Keputusan bisa diberikan segera bila banyak cues
32 yang diamati tidak meninggalkan batas-batas kemampuan dari seorang
decision maker Chung dan Monroe, 2001 dalam Jamilah dkk, 2007. Hasil penelitian Chung dan Monroe 2001 dalam Jamilah dkk 2007
mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Abdolmohammadi dan Wright 1986
dalam Jamilah dkk 2007 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada kompleksitas tugas tinggi dan kompleksitas tugas
rendah. Stuart 2001 dalam Jamilah dkk 2007 mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh terhadap audit judgment jika perusahaan
audit tidak terstruktur. Cheng, dkk 2003 dalam Jamilah dkk 2007 mengatakan bahwa kompleksitas tugas tidak berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keputusan. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menguji konsistensi tersebut.
Wood 1980 dalam Murdisar dan Nelly 2007 menyebutkan kompleksitas tugas dapat dilihat dalam 2 aspek, yaitu:
a Kompleksitas komponen, yaitu mengacu pada jumlah informasi yang harus diproses dan tahapan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit jika informasi yang harus diproses dan tahap-tahap yang harus dilakukan semakin banyak.
33 b Kompleksitas koordinatif yang mengacu pada jumlah koordinasi
hubungan antara satu bagian dengan bagian lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Suatu pekerjaan dianggap semakin rumit
ketika pekerjaan tersebut memiliki keterkaitan dari pekerjaan yang lainnya atau pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut terkait dengan pekerjaan
yang sebelumnya dan sesudahmya. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Murdisar dan Nelly 2007
menunjukkan ketika kompleksitas tugas rendah, akuntabilitas akan mempengaruhi kualitas kerja auditor. Namun ketika kompleksitas tugas
tinggi, akuntabilitas tidak berpengaruh pada kualitas pekerjaan auditor. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang
untuk mempertanggung jawabkan sesuatu yang telah mereka kerjakan kepada lingkungan atau orang lain.
F. Audit Judgment
Hogarth 1992 dalam Jamilah dkk 2007 mengartikan judgment sebagai proses kognitif yang merupakan perilaku pemilihan keputusan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia kognitif berhubungan dengan kondisi yang berhubungan dengan 1 kegiatan atau proses memperoleh pengtahuan termasuk kesadaran
dan perasaan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri, 2
34 proses, pengenalan, dan penafsiran lingkungan oleh seseorang, 3 hasil
pemerolehan keuntungan. Judgment merupakan suatu proses yang terus menerus dalam perolehan
informasi termasuk umpan balik dari tindakan sebelumnya, pilihan untuk bertindak atau tidak bertindak penerimaan informasi lebih lanjut. Proses judgment
tergantung pada kedatangan informasi sebagai suatu proses unfolds. Kedatangan informasi bukan hanya mempengaruhi pilihan, tetapi juga mempengaruhi cara
pilihan tersebut dibuat. Setiap langkah, di dalam proses incremental judgment jika informasi terus menerus datang, akan muncul pertimbangan baru dan keputusan
atau pilihan baru. Sebagai gambaran, akuntan publik mempunyai tiga sumber informasi yang potensial untuk membuat suatu pilihan : 1 teknik manual, 2
referensi yang lebih detail dan 3 teknik keahlian. Berdasarkan proses informasi dari ketiga sumber tersebut, akuntan mungkin akan melihat sumber yang pertama,
tergantung pada keadaan perlu tidaknya diperluas dengan sumber informasi yang kedua, atau dengan sumber informasi yang ketiga, tetapi jarang memakai
keduanya Gibbin, 1984 dalam Jamilah dkk 2007. Judgment akuntan profesional dapat dirusak oleh konflik kepentingan.
Terdapat dua konflik kepentingan , yaitu real conflict dan latent conflict. Real conflict adalah konflik yang mempunyai pengaruh pada masalah judgment yang
ada, sedangkan latent conflict adalah konflik yang bisa mempengaruhi judgment di masa mendatang.