23 1. Auditing
Jasa auditing mencakup perolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi
yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Dalam menghasilkan jasa auditing ini. Auditor memberikan keyakinan positif positive
assurance atas asersi yang dibuat oleh manajemen dalam laporan keuangan historis.
2. Pemeriksaan Examination Istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan
oleh akuntan publik yang berupa pernyataan pendapat tentang kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang
telah ditetapkan. Pemeriksaan terhadap informasi keuangan prospektif dan pemeriksaan untuk menentukan kesesuaian pengendalian intern
suatu entitas dengan kriteria yang ditetapkan oleh instansi pemerintah atau badan pengatur.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh profesi akuntan publik terhadap laporan keuangan historis disebut dengan istilah auditing dan
akuntan publik yang menghasilkan jasa auditing disebut dengan istilah auditor. Pemeriksaan oleh profesi akuntan publik selain terhadap
laporan keuangan historis, seperti misalnya terhadap informasi keuangan prospektif, disebut dengan istilah pemeriksaan, dan akuntan
24 publik yang menghasilkan jasa pemeriksaan semacam ini disebut
dengan praktisi.
3. Review
Jasa review terutama berupa permintaan keterangan dan prosedur analitis terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan
tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut. Dalam menghasilkan
jasa auditing dan pemeriksaan, akuntan publik melaksanakan berbagai prosedur berikut ini : inspeksi, observasi, konfirmasi, permintaan
keterangan, pengusutan tracing, pemeriksaan bukti pendukung vouching, pelaksanaan ulang reperforming dan analisis.
4. Prosedur yang Disepakati Jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksnakan oleh
akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien- klien dengan akuntan publik. Sebagai contoh, klien dan akuntan publik
dapat bersepakat bahwa prosedur tertentu akan diterapkan semua unsur laporan keuangan. Untuk tipe jasa ini, akuntan publik dapat
menerbitkan suatu ringkasan temuan atau suatu keyakinan negatif seperti yang dihasilkan dalam jasa review.
25
C. Pengalaman Auditor
Pengalaman adalah keseluruhan pelajaran yang dipetik oleh seseorang dari peristiwa yang dialami dalam perjalanan hidupnya Anoraga, 1995:47 yang
dikutip dari Justiana, 2010. Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktutahun. Sehingga
auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor berpengalaman. Semakin lama bekerja menjadi auditor, maka akan memperluas
pengetahuan auditor dibidang akuntansi dan auditing. Libby 1995 dalam Aini 2009 menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah
pekerjaan yang melibatkan keahlian expert. Semakin berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik
dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern.
Asih 2006:12 memberikan kesimpulan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
sebagai berikut: a Mendeteksi kesalahan, b Memahami kesalahan dan, c Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi
pengembangan keahlian. Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasa
auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan supervise berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin
26 terjadinya keseimbangan antara kebutuhan, keahlian, pengembangan dan
pemanfataan personel dalam pelaksanaan perikatan IAPI, 2004. Salah satu ciri dari keahlian expertise auditor sudah diteliti dalam riset
keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif auditor attendance to negative and position information yang telah ditunjukkan
oleh Anderson dan Maletta 1994 dalam Aini 2009. Hasil studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang menunjukkan
pengalaman memainkan peranan penting dalam sejauh mana perilaku konservatif berorientasi negatif diperhatikan. Anderson dan Maletta mendapatkan mahasiswa
dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih memperhatikan informasi negatif dibandingkan auditor senior.
Choo dan Trootman 1991 dalam Justiana 2010 memberikan bukti empiris bahwa auditor berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak
umum atypical dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman, tetapi antara auditor yang berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman tidak berbeda
dalam menemukan item-item umum typical. Penelitian serupa dilakukan oleh Tubbs 1992 menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai pengalaman audit
lebih banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak dan item-item kesalahannya lebih besar dibandingkan auditor yang pengalamannya lebih sedikit.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan
27 seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan
penunjang keterampilan lainnya. Auditor yang kurang berpengalaman terlalu fokus pada infomasi negatif sehingga semakin negatif pula mereka dalam
membuat pertimbangan audit.
D. Independensi
1. Pengertian Independensi
Profesi auditor merupakan profesi yang unik dan berbeda dari profesi lainnya. Auditor disewa untuk memeriksa laporan keuangan oleh klien akan
tetapi auditor tidak bertanggung jawab langsung terhadap klien, melainkan kepada pihak ketiga seperti investor atau kreditor. Sehingga auditor tidak
boleh hanya mementingkan kepentingan kliennya. Auditor harus bersikap independen agar hasil pengujian laporan keuangan yang dilakukannya dapat
dipercaya dan bermanfaat bagi semua pihak. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling kritis, bahkan nilai auditing sangat
bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor Arens et al, 2008:111. Jika seorang auditor adalah penasihat bisnis untuk kliennya atau
mempunyai hubungan khusus, maka auditor tersebut tidak bisa dianggap independen. Independensi dianggap sebagai karakteristik auditor yang paling
kritis.
28 Definisi lain mengenai independensi adalah independensi merupakan
sikap dan pikiran seseorang yang dicirikan oleh pendekatan integritas dan obyektivitas tugas profesionalnya. Dalam Kode Etik Akuntan tahun 1994
Mayangsari, 2003:6, disebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektifitas. Seorang akuntan juga harus menghindari situasi
yang bias menimbulkan kesan dari pihak ketiga bahwa ada pertentangan kepentingan sehingga integritas dan obyektifitas tidak dapat dipertahankan.
Integritas dan obyektivitas merupakan suatu hal yang abstrak sehingga tidak dapat diukur secara pasti, tetapi keduanya merupakan hal yang mendasar bagi
profesi akuntan publik. Integritas berarti jujur dan dapat dipercaya, sedangkan obyektivitas berhubungan dengan kemampuan akuntan publik untuk
mempunyai sikap adil dan tidak memihak dalam segala hal yang bekaitan dengan tugas profesionalannya.
Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa independensi merupakan suatu sikap seseorang untuk bertindak secara
obyektif dengan integritas yang tinggi. Integritas berubungan dengan kejujuran intelektiual seorang akuntan, sedangkan obyektivitas secara
konsisten berhbungan dengan sikap netral dalam melaksanakan tugas pemeriksaan dan menyiapkan laporan auditan Mayangsari, 2003. Oleh