79
BAB IV KEBIJAKAN UNI EROPA DALAM MENGHENTIKAN
PROLIFERASI NUKLIR IRAN TAHUN 2009-2013
Proliferasi nuklir Iran telah membawa Uni Eropa untuk mengintervensi menggunakan cara-cara damai. Bab ini akan menjelaskan kebijakan Uni Eropa
dalam menghentikan proliferasi nuklir Iran selama tahun 2009-2013. Bab ini akan menganalisa hubungan variabel X dan variabel Y untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Bab ini akan dimulai dengan keterlibatan Uni Eropa dalam masalah proliferasi nuklir Iran dan kepentingan Uni Eropa. Bab ini juga menjelaskan
upaya diplomasi Uni Eropa terhadap Iran melalui negosiasi. dialog politik, hingga penggunaan diplomasi koersif. Kemudian, penerapan sanksi Uni Eropa ke Iran
yang berupa embargo dan sanksi finansial.
IV.1. Keterlibatan Uni Eropa dalam Proliferasi Nuklir Iran
Program nuklir Iran merupakan salah satu isu yang bertahan di panggung berita utama dunia setidaknya selama satu dekade. Masalah ini telah disekuritisasi
oleh banyak aktor, seperti Israel dan Amerika Serikat. Ketika sebuah masalah disekuritisasi oleh negara adidaya global, tentu masalah tersebut akan menarik
perhatian banyak kekuatan besar lainnya, seperti Uni Eropa. Negara-negara Eropa perlu bekerja sama melalui sebuah institusi, yaitu
Uni Eropa, untuk mencapai tujuan mereka terhadap Iran. Dapat dikatakan bahwa Uni Eropa telah menciptakan seperangkat aturan yang memungkinkan negara-
negara secara kolektif dapat mencapai kepentingan yang tidak dapat dicapai dengan bertindak sendiri. Liberal institusionalis menekankan pada peran
organisasi internasional dan masyarakat internasional dalam hubungan internasional.
Dalam merespon kekhawatiran internasional terhadap nuklir Iran, Uni Eropa mengambil langkah untuk turut terlibat aktif dalam upaya menghentikan
proliferasi nuklir Iran. Sesuai dengan asumsi liberalis institusionalis, bahwa kekuatan militer adalah instumen kebijakan yang tidak efektif.
234
Sebaliknya, liberalis institusionalis menekankan pada soft power. Uni Eropa dinilai cukup
mampu untuk mengatasi masalah proliferasi nuklir melalui instumen soft power. Upaya menemukan solusi diplomatik dalam krisis nuklir Iran adalah tindakan Uni
Eropa yang paling high-profile dalam bidang nonproliferasi hingga saat ini. Uni Eropa telah mempelopori upaya untuk mendapatkan solusi dari kebuntuan yang
dihadapi masyarakat internasional dengan Iran dalam program nuklirnya. Dalam krisis nuklir Iran, taruhannya sangat tinggi. Iran dengan senjata
nuklir akan memiliki implikasi serius bagi keamanan regional dan keamanan global, serta mengganggu upaya global untuk mencegah penyebaran lebih lanjut
dari senjata nuklir. Kasus nuklir Iran dapat menjadi sarana bagi Uni Eropa untuk mendemonstrasikan perannya sebagai aktor kebijakan luar negeri penting yang
mampu memimpin dalam menyelesaikan krisis global dengan cara-cara damai. Pembicaraan nuklir dengan Iran adalah salah satu masalah keamanan
internasional di luar kawasan Eropa, dimana Uni Eropa telah memainkan peran
234
Baylis, J dan Smith, S ed., The Globalization of World Politics: An introduction to International Relations
, Oxford: Oxford University Press, 2005, 97.
penting. Program nuklir Iran menjadi sengketa pertama sejak akhir Perang Dingin, dimana negara-negara Eropa secara bersama-sama memainkan peran
kepemimpinan politik dan diplomatik dalam isu keamanan yang mempunyai implikasi potensial ke seluruh dunia.
235
Eropa adalah pihak yang pertama kali terlibat dengan Iran melalui E+3 Inggris, Perancis, Jerman, yang kemudian merancang pendekatan dual-track
dengan menggabungkan tawaran pemberian insentif yang disertai dengan ancaman sanksi. Uni Eropa juga memfasilitasi pembentukan P5+1 untuk
menyelesaikan sengketa nuklir Iran, yang terdiri dari Tiongkok, Perancis, Rusia, Amerika Serikat, Inggris, dan ditambah Jerman.
236
Keterlibatan Uni Eropa dalam menyelesaikan masalah proliferasi nuklir Iran dimulai sejak tahun 2003. Jika reaksi Uni Eropa di masa lampau dalam kasus
seperti ini biasanya hanya dengan mengeluarkan dokumen deklaratif atau dengan tidak bersuara karena adanya perpecahan internal dalam tubuh Uni Eropa, kali ini
negara-negara Uni Eropa bersedia untuk segera bertindak dalam kesatuan. Ada beberapa skenario kebijakan yang mungkin dapat diambil oleh Uni
Eropa. Di bawah CFSP, Uni Eropa mempunyai beberapa pilihan kebijakan dan instrumen yang tersedia dalam upaya memenuhi tujuan strategis terhadap Iran.
Pertama , negara-negara anggota Uni Eropa dapat menggunakan kekuatan militer,
atau memulai intervensi militer melalui kebijakan pertahanan dan keamanan
235
Marco Overhaus, European Diplomacy and the Conflict over Irans Nuclear Program, 2007, 1.
236
Oliver Meier, “European Efforts to Solve The Conflict Over Iran’s Nuclear Programme: How H
as The European Union Performed?”, Non-Proliferation Papers, No. 27, February 2013, 1.
Eropa European Security and Defence Policy atau mendukung penggunaan kekuatan militer oleh pihak ketiga.
Kedua , Uni Eropa dapat mengadopsi kebijakan pembendungan
containment dan pencegahan deterrence menggunakan instrumen politik dan ekonomi, seperti penggunaan sanksi dan pengerahan strategis aset militer di
wilayah tersebut. Ketiga, Uni Eropa dapat menerapkan keterlibatan diplomatik melalui negosiasi yang memanfaatkan soft power Uni Eropa pada bidang
perdagangan, bantuan, energi, imigrasi, dan kerjasama budaya serta pendidikan. Atau, terakhir, Uni Eropa bisa menarik diri dari keterlibatannya sebagai
aktor kebijakan luar negeri utama pada masalah nuklir Iran dan memfokuskan diri pada isu-isu internal. Namun, Uni Eropa kelihatannya cenderung lebih menyukai
opsi kedua dan ketiga, yaitu penggunaan sanksi, diplomasi, atau penggunaan soft power
.
IV.2. Kepentingan Uni Eropa