II.3. Keinginan Iran dengan Program Nuklirnya
Sejauh ini, belum ada sumber resmi dari pemerintah Iran yang mengakui bahwa Iran sedang membangun senjata nuklir. Sebaliknya, selama ini pemerintah
Iran dengan resmi selalu menyatakan bahwa program nuklir Iran adalah untuk tujuan sipil. Namun, menarik untuk menganalisa kasus nuklir Iran melalui
kerangka teori yang ditulis oleh Scot Sagan dalam Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb
.
97
Ada tiga model untuk menganalisa motif negara-negara ingin membangun senjata nuklir, yaitu Security Model, Domestic Politics Model dan Norms Model.
Model pertama adalah Security Model, menurut model ini negara membangun senjata nuklir untuk meningkatkan keamanan nasional dari ancaman luar,
terutama ancaman nuklir.
98
Model ini berkaitan dengan konsep-konsep dasar teori neo-realis. Menurut neo-realis, sistem internasional adalah anarki, yang berarti tidak institusi
internasional yang dapat memberikan sanksi terhadap perilaku negara.
99
Dalam kondisi yang anarki, sifat alamiah negara adalah berperang, seperti yang
diungkapkan Thomas Hobbes.
100
Oleh karena itu negara harus bergantung pada diri sendiri self-help untuk melindungi kedaulatan dan keamanan nasionalnya
survival. Maka negara harus memaksimalkan keamanan security.
101
97
Scott D. Sagan, Why do States Build Nuclear Weapons?: Three Models in Search of a Bomb,
International Security, Vol. 21, No. 3, Winter, 1996-1997, 55.
98
Sagan, Why do States Build Nuclear Weapons, 55.
99
John J. Mearsheimer, The Tragedy of Great Power Politics, W.W. Norton Company, New York, 2001, 30.
100
Kenneth Waltz, Theory of International Politics, McGraw-Hill Higher Education, Mass, 1979, 102.
101
Why do States Build Nuclear Weapons, 58.
Kemudian, kepemilikan senjata nuklir juga berkaitan dengan konsep deterent Concept of Deterrence. Deterent dapat diartikan sebagai cara untuk
mempengaruhi aksi pihak lain untuk menahan pihak tersebut melakukan sesuatu yang merugikan dengan memberikan kemungkinan bahwa pihak lainnya akan
merespon dengan sesuatu yang sama-sama merugikan. Singkatnya, menggunakan ancaman dan hukuman jika diperlukan untuk mengubah perilaku negara lain.
102
Domestic Politics Model , dimana senjata nuklir digunakan sebagai alat
politik dan pertarungan kepentingan di dalam birokrasi. Menurut Scot Sagan, ada tiga aktor domestik utama yang berkaitan dengan keputusan negara untuk
mengembangkan nuklir: pertama, pembangunan energi nuklir suatu negara, termasuk lembaga-lembaga ilmiah dan perusahaan; kedua, militer sebagai aktor
birokrasi dalam negeri; dan ketiga adalah politisi yang ingin menggunakan isu senjata nuklir untuk partai politik atau kedudukan pribadinya mengenai opini
publik dan dukungan publik.
103
Norms Model , dimana keputusan membangun senjata nuklir dibuat karena
dapat memberikan simbol normatif yang penting, seperti kemodernan dan identitas negara. Kepemilikan senjata nuklir dapat membentuk dan merefleksikan
identitas negara. Menurut model ini, perilaku negara tidak ditentukan oleh kalkulasi pemimpin negara tentang kepentingan keamanan nasional atau
102
Klaus-Dieter Schwarz, The Future of Deterrence, German Institute for International and Security Affairs, Stiftung Wissenschaft und Politik SWP, SWP Research Paper, Juni 2005,
5.
103
Sagan. Why do States Build Nuclear Weapons, 63.
kepentingan birokrasi, melainkan ditentukan oleh norma dan keyakinan bersama tentang perilaku apa yang sah dan sesuai dalam hubungan internasional.
104
Berdasarkan ketiga model tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada kemungkinan Iran berniat untuk membangun senjata nuklir. Pertama, selaras
dengan security model, Iran sedang menghadapi ancaman keamanan sehingga Iran mungkin bermaksud untuk mengembangkan senjata nuklir sebagai alat deterent
karena ketakutannya atas invasi atau serangan udara Amerika Serikat atau Israel. Apalagi pasca revolusi Iran, hubungan Iran-Amerika Serikat didominasi dengan
sentimen negatif, gesekan, provokasi dan beberapa konflik militer.
105
Puncaknya, mulai pada tahun 2001 Iran melihat Amerika Serikat sebagai ancaman utama.
106
Iran menyadari bahwa intervensi Amerika Serikat tidak dapat dihalangi dengan cara konvensional. Selain itu, Amerika Serikat mampu
menggulingkan rezim Saddam Hussein hanya dalam dua puluh satu hari. Oleh karena itu, Iran berkalkulasi bahwa deterent nuklir adalah satu-satunya cara yang
dapat menjamin kedaulatan dan keamanannya.
107
Dalam tingkat regional, penting untuk melihat kondisi geopolitik Iran bahwa Iran dikelilingi oleh negara-negara pemilik senjata nuklir, termasuk Rusia,
Pakistan, India, Israel dan pasukan Amerika Serikat di wilayah tersebut.
108
Menyeimbangkan balancing kemampuan nuklir tersebut dapat menjadi salah
104
Sagan, Why do States Build Nuclear Weapons, 73.
105 106
Ali M. Ansari, Confronting Iran – The Failure of American Foreign Policy and the
next Great Crisis in the Middle East , Basic Books, New York, 2006, 186.
107
James A. Russel, Proliferation of Weapons of Mass Destruction in the Middle East: Directions and Policy Options in the New Century
, New York: Palgrave, 2006, 55.
108
Cirincione, Joseph, Jon B. Wolfsthal dan Miriam Rajkumar, Deadly Arsenals –
Tracking Weapons of Mass Destruction , Washington D.C, 2002, 256.
satu dorongan bagi Iran untuk mengembangkan senjata nuklir. Persepsi ancaman regional Iran dimulai ketika perang Iran-Irak tahun 1980-1988. Iran juga
menggunakan nuklir guna memenuhi ambisinya untuk mendominasi wilayah regionalnya.
109
Kedua , sesuai dengan domestic politics model, dukungan publik rakyat
Iran terhadap pemerintahnya untuk program pengembangan nuklir Iran sangat tinggi, sehingga hal ini merupakan sebuah pemicu dan dorongan untuk tetap
melanjutkan upaya pengembangan senjata nuklir.
Gambar 2.3 Poling Opini Publik Iran
110
Berdasarkan grafik poling oponi publik di atas, survey yang dilakukan oleh ISPA pada bulan Februari 2006, WPO dan TFT pada bulan Agustus 2008,
Rand pada bulan Desember 2009, Gallup pada bulan Januari 2012, Marylan pada
109
Rajkumar, Deadly Arsenals, 300.
110
Nuclear Energy, Iranian public attitudes towards their country’s nuclear energy
program , http:nuclearenergy.irpublic-opinion diakses pada 5 Maret 2015.
bulan Oktober 2012, Gallup pada Januari 2013 dan kemudian bulan Mei 2013, secara konsisten menunjukkan bahwa dukungan publik Iran terhadap program
nuklir Iran berada diatas angka 50. Maka dapat disimpulkan bahwa di tengah sanksi yang dijatuhkan kepada Iran, dukungan rakyat Iran terhadap program
nuklirnya tetap besar. Sagan berargumen bahwa, aktor yang pro dengan senjata nuklir akan
memperoleh keuntungan jika senjata nuklir merupakan simbol positif dalam perdebatan domestik.
111
Selama ini kelompok konservatif yang mendukung program nuklir selalu berada di posisi-posisi penting dalam pemerintahan
sehingga mereka memiliki pengaruh kuat dalam proses pembuatan kebijakan. Dengan adanya respon positif dari publik Iran, kelompok konservatif semakin
menguatkan posisinya di dalam pemerintahan Iran.
112
Ketiga , sesuai dengan norms model, karena persepsi senjata nuklir sebagai
simbol kedaualtan dan kemodernan, Iran mengembangkan senjata nuklir untuk mendapatkan prestise internasional. Bagi Iran, progres dalam program nuklirnya
merupakan satu kebanggaan nasional yang utama, bersamaan dengan kemajuan teknologi Iran lainnya seperti peluncuran satelit ke luar angkasa pada tahun 2009
lalu dan pengembangan rudal yang mampu menyerang Israel.
113
Ahmadinejad dan
111
Sagan. Why do States Build Nuclear Weapons, 60.
112
Noi, Irans Nuclear Programme, 78.
113
Brian Murphy, Iran Nuclear Program: Ahmadinejad Promises Country Will Not Retreat
, Huffington Post 9 November 2011. http:www.huffingtonpost.com20111109iran- nuclear-program-ahmadinejad_n_1083398.html diakses pada 28 Februari 2015.
fraksi garis keras menyoroti pentingnya program nuklir untuk memperkuat status regional dan internasional Iran.
114
Sesuai dengan Konstitusi Republik Islam Iran tahun 1979, dimana salah satu aspek utama dari kebijakan luar negerinya adalah penolakan dari setiap
hegemoni atau dominasi asing. Oleh karena itu, kepemilikan senjata nuklir bisa menjadi simbol bagi kemandirian Iran dan penolakan intervensi asing dalam
urusan domestik dan regional Iran.
115
Dengan ketiga alasan tersebut, logis bagi Iran untuk membangun senjata nuklir. Rekam jejak Iran dalam program nuklirnya, seperti adanya fasilitas
pengayaan rahasia, keengganan untuk mematuhi IAEA Safeguards Agreement, keraguan Iran untuk dilakukan inspeksi terhadap kegiatan pengembangan
nuklirnya, perselisihan antara Iran dengan PBB dan IAEA, semakin memberikan petunjuk tambahan bahwa Iran memang berniat untuk membangun senjata nuklir.
II.4. Politik Domestik Iran dalam Program Nuklir