membangun kepercayaan masyarakat internasional untuk mengatasi kekhawatiran atas program nuklir Iran.
257
Untuk merespon surat Catherine Asthon, pada bulan Februari 2012, Saeed Jalili menawarkan “inisiatif baru” untuk menghidupkan kembali pembicataan
nuklir yang sempat terhenti.
258
Kemudian, pada bulan April 2012, kembali diadakan diplomasi di Istanbul, Turki, dan disepakatinya framework negosiasi
dengan tindakan timbal balik dan proses step-by-step.
IV.3.2. Diplomasi Koersif
Selain melalui upaya dialog internasional dan pencapaian perjanjian, Uni Eropa menggunakan strategi diplomatik yang disebut diplomasi koersif, yang
mempunyai tiga elemen, yaitu permintaan, ancaman dan tekanan waktu.
259
Permintaan yang spesifik harus dirumuskan langsung dengan negara target, kemudian didukung oleh pemberian ancaman hukuman dan tenggat waktu untuk
memenuhi permintaan tersebut. Diplomasi koersif dapat dilihat sebagai strategi diplomatik yang melibatkan beberapa jenis paksaan yang berusaha untuk
menghasilkan perubahan perilaku target.
260
Ini adalah sebuah bentuk crisis bargaining
.
261
257
Foreign Policy Initiative, Timeline on Diplomacy and Pressure on Irans Nuclear Program
, http:www.foreignpolicyi.orgcontenttimeline-diplomacy-and-pressure-irans-nuclear-
program diakses pada 1 Mei 2015.
258
Foreign Policy Initiative, Timeline on Diplomacy and Pressure.
259
George, Forceful Persuasion, 7.
260
P. Bratton, “When Is Coercion Successful ?”, Naval War College Review, Vol. 58, No. 3, 2005, 101.
261
George, Forceful Persuasion, 68.
Penggunaan ancaman berfungsi untuk meyakinkan target bahwa kerugian yang didapatkan jika tidak mematuhi permintaan akan lebih tinggi daripada
manfaat yang didapatkan jika tetap melanjutkan tindakannya.
262
Dengan demikian, diplomasi koersif bertujuan mempengaruhi perhitungan untung rugi
aktor rasional, mencoba membujuknya untuk menghentikan tindakan target daripada harus menjatuhi hukuman untuk menghentikan tindakannya.
263
Secara umum, ada tiga jenis ancaman yang dapat dibedakan. Pertama, ancaman politik dan atau ancaman diplomatik, yang merupakan bentuk ancaman
paling ringan. Kedua, ancaman ekonomi, yang dianggap sebagai bentuk ancaman yang kuat. Ketiga, ancaman kekuatan militer yang merupakan ancaman paling
kuat dan paling ekstrim.
264
Melalui E+3, Uni Eropa secara spesifik menuntut Iran untuk menangguhkan semua kegiatan daur ulang bahan bakar nuklir yang dapat
memungkinkan Iran untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk membangun senjata nuklir, termasuk pengayaan uranium,
konversi dan pemisahan plutonium.
265
Namun, ketika tampak jelas bahwa Iran telah melanjutkan aktivitas nuklirnya dan mampu mengatasi kesulitan teknologi
tertentu, fokus permintaan Uni Eropa bergeser. Uni Eropa meminta Iran untuk menangguhkan aktivitas pengayaan uranium.
266
Karena kapabilitas nuklir Iran
262
George, Forceful Persuasion, 11.
263
George, Forceful Persuasion, 5.
264
George, Forceful Persuasion, 27.
265
International Crisis Group ICG, “Iran: Is There a Way out of the Nuclear Impasse?”, Middle East Report
, No. 51, 2006, 11.
266
Tom Sauer, Coercive Diplomacy Revisited: The Iranian Nuclear Weapons Crisis, Chicago, 48th Annual Convention of the International Studies Association ISA, Chicago, 28
Februari-4 Maret 2007, 16.
yang bersifat dual-use, maka permintaan Uni Eropa dapat dinilai sudah cukup komprehensif.
Dibandingkan dengan permintaan Uni Eropa, ancaman yang digunakan relatif kecil. Uni Eropa mengancam untuk mendukung resolusi IAEA yang akan
segera merujuk kasus Iran ke Dewan Keamanan PBB.
267
Walaupun secara khusus Presiden Perancis Sarkozy dan Menteri Luar Negeri Perancis pernah
mengindikasikan untuk mempertimbangkan kemungkinan serangan militer ke Iran, Uni Eropa selalu menggarisbawahi bahwa fokus mereka adalah melalui
solusi diplomatik.
Uni Eropa kemudian meningkatkan tekanan ancamannya dengan mengeluarkan ancaman selanjutnya, yaitu menjatuhkan sanksi ekonomi dalam
kerangka resolusi Dewan Keamanan PBB berdasarkan Pasal 41 dari Bab VII Piagam PBB.
268
Sektor ekonomi yang akan dikenakan sanksi terutama adalah industri minyak dan gas Iran. Uni Eropa melalui format P5+1 telah memberikan
Iran banyak batas waktu bagi Iran untuk memenuhi permintaan tersebut. Ketika tenggat waktu tersebut menghadapi kebuntuan, Uni Eropa memperpanjang batas
waktu yang diberikan. Diplomasi koersif bertujuan mempengaruhi perhitungan untung rugi aktor
rasional, maka, konsep carrot and stick juga dapat diterapkan dalam diplomasi koersif. Carrot berlaku sebagai imbalan reward dan stick sebagai hukuman
punishment. Selain ancaman pemberian hukuman, Uni Eropa perlu
267
Monica Tocha, The EU and Iran’s Nuclear Programme: Testing the Limits of
Coercive Diplomacy , EU Diplomacy Papers No. 1, Department of EU International Relations and
Diplomacy Studies, 2009, 20.
268
Aldo Zammit Borda, Iran and the EU3 Negotiations, UACES European Studies On- Line Essays, 2005, 14.
mengkombinasikannya dengan keuntungan positif jika Iran mematuhi permintaan. Uni Eropa sendiri telah menawarkan berbagai macam insentif atau imbalan jika
Iran bersedia menangguhkan pengayaan uraniumnya. Dalam kerja sama ekonomi, Uni Eropa menawarkan untuk member
dukungan aktif bagi Iran untuk menjadi anggota World Trade Organization dengan cara mendorong negosiasi aksesi Iran dan memulai kembali negosiasi
Trade and Cooperation Agreement .
269
Dalam bidang politik dan keamanan, Uni Eropa menawarkan Iran untuk bekerja sama dalam memberantas terorisme dan
perdagangan narkoba, menciptakan kawasan bebas senjata pemusnah masal di Timur Tengah dan berkomitmen pada Iran tentang masalah keamanan.
270
IV.4. Penerapan Sanksi Uni Eropa ke Iran