Maryam Lk, 53 tahun HL Pr, 21 tahun

58 anaknya terpengaruh dengan lingkungan. Mereka membuat anaknya sibuk dengan sekolah dan les agar anak tidak terlalu banyak bermain.

4.3.1.5 Maryam Lk, 53 tahun

Maryam merupakan seorang perempuan yang berusia 53 tahun. Maryam ini lahir di Medan pada tanggal 19 september 1960. Beliau menganut agama Islam dan beretnis Jawa. Maryam tinggal di kecamatan Medan Baru bersama suami dan 3 orang anaknya. Maryam mempunyai dua anak perempuan dan satu anak laki-laki. Maryam adalah seorang ibu rumah tangga sedangkan suaminya seorang pensiunan yang dulunya bekerja di Bank BNI. 4.3 Temuan Data Penelitian Terhadap Pelaku Seks Bebas 4.3.1 Pandangan Informan Pelaku Tentang Seks Bebas Sodik Mudjahid 2001, mengatakan bahwa perilaku seks bebas sudah tak aneh lagi bagi sebagian generasi muda yang menganut seks bebas. Beliau menambahkan dari perspektif perkembangan jiwa keagamaan, tampaknya usia mahasiswa tidak bisa bebas dari rasa ingin tahu dan ingin mencoba hal-hal yang disaksikannya. Apalagi yang berhubungan dengan seksual, seringkali mahasiswa goyah dan lalai sehingga banyak terjadi kasus hamil sebelum menikah. Awalnya bisa sekedar ingin tahu dan ingin mencoba bagaimana rasanya atau nikmatnya bersentuhan, berpegangan-tangan, berciuman, dan akhirnya sama-sama ingin merasakan hubungan seks. Menurut Wahyudi 2000 perilaku seks merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk Universitas Sumatera Utara 59 tingkah laku ini bisa bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai berkencan, bercumbu dan bersenggama. Obyek seksualnya dapat orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri. Perilaku seksual secara rinci dapat berupa: 1. Berfantasi : merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. 2. Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain. 3. Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir. 4. Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir 5. Meraba : Merupakan kegiatan merangsang bagian-bagian sensitif, seperti leher, paha, alat kelamin dan lain-lain. 6. Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual terutama bila mengenai daerah sensitif 7. Masturbasi wanita atau Onani laki-laki : perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual. 8. Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis. 9. Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse hingga menempelkan alat kelamin. 10. Intercourse senggama : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita. Universitas Sumatera Utara 60 Disamping itu setiap bentuk-bentuk perilaku seksual tersebut dapat berdampak cukup serius yaitu : 1. Perilaku berpegangan tangan memang tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktifitas seksual lainnya hingga kepuasan seksual dapat tercapai . 2. Perilaku berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat dan menimbulkan rangsangan seksual. 3. Perilaku mencium pipi dan kening bisa mengakibatkan imajinasi dan fantasi seksual jadi berkembang, selain itu juga dapat menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati. 4. Sedangkan perilaku mencium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat yang membangkitkan dorongan seksual yang hingga tak terkendali. Selain itu juga dapat memudahkan penularan berbagai penyakit seperti TBC, hepatitis B, dan lainnya. 5. Perilaku meraba bagian tubuh yang sensitif akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat, akibatnya bisa menimbulkan aktifitas seksual selanjutnya cumbuan berat dan intercourse. 6. Perilaku petting dapat menimbulkan ketagihan dan lebih jauhya adalah kehamilan karena cairan pertama yang keluar saat terangsang pada laki-laki sudah mengandung sperma meski dalam kadar terbatas. Sehingga resiko terkenanya PMSHIV cukup tinggi apalagi kalau berlanjut ke intercourse. Secara psikologis menimbulkan perasaan cemas dan perasaan bersalah dengan adanya sanksi moralagama. Universitas Sumatera Utara 61 7. Perilaku oral seks tidak menyebabkan kehamilan, namun dapat menyebabkan resiko penularan PMS yang tinggi. 8. Perilaku sexual intercourse atau hubungan seksual dapat menimbulkan perasaan bersalah dan berdosa terutama pada saat pertama kali, ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah atau aborsi, kematian, dan kemandulan akibat aborsi, terkena PMSHIV, sanksi sosial dan agama serta moral, keperawanan dan keperjakaan hilang merusak masa depan terpaksa drop out sekolah, merusak nama baik pribadi dan keluarga, mengalami konflik menjelang pernikahan. Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap mahasiswa kost di kecamatan Medan Baru dan kecamatan Medan Selayang terdapat mahasiswa yang sudah melakukan perilaku seks mulai berfantasi, berpegangan tangan hingga hubungan seks atau sexual intercourse. Beragam pandangan yang di dapat tentang seks bebas menurut mahasiswa yang melakukan perilaku seks bebas seperti penuturan para informan berikut ini: “ kalo berhubungan intim sama pacar itu sudah biasa dilakukan mahasiswa di medan ini, anak SMA aja udah melakukan yang kayak gitu bahkan anak SMP, lagipula kalo sama-sama cinta gak apa-apa la nikmati aja mudah-mudahan saya hamil biar saya bisa nikah sama dia, karna kalo gak hamil duluan mungkin kami gak nikah-nikah soalnya kami kan satu marga, kadang-kadang ada juga merasa berdosa tapi mau gimana lagi udah terlanjur. Kalo saya sholat saya sering minta ampun sama Allah meminta supaya dosa-dosa saya diampuni, tapi gitu la lebih banyak lupa sama Allah” Wawancara dengan informan LW, 2011. “ salah sih salah cuma gimana lagi…Susah dipercaya kalo mahasiswa yang punya pacar di Medan ini gak pernah berhubungan intim, udah biasa kalo berhubungan intim sama pacar yang penting sama-sama suka” Wawancara dengan informan BR, 2011. Universitas Sumatera Utara 62 Hal yang sama juga dikatakan oleh informan ST yang mempunyai pendapat atau pandangan yang sama seperti yang di ungkapkan oleh LW dan BR. Berikut ini penuturannya: “ seks bebas memang salah tapi kalo udah cinta mau gimana lagi, kalo saya yang penting dilakukan sama pacar yang kita cintai aja la, udah terlanjur mau gimana lagi”Wawancara dengan informan ST, 2011. “ kalo suka sama suka, gak ada paksaan ya gak apa-apa. Itu kan tanda cinta. Saya melakukannya karena saya sayang sama dia, saya tahu kalo pacar saya juga gak keberatan saya ajak berhubungan intim, yang penting kami bisa menjaga agar pacar saya gak hamil. Waktu saya melakukan hubungan intim sama pacar, ada rasa cinta tapi lebih banyak nafsu” Wawancara dengan informan AL, 2011. “ jaman sekarang kalo pacaran kayaknya gak mungkin gak melakukan hubungan intim apalagi mahasiswa di Medan ini, mudah-mudahan saya gak salah ngasi keperawanan aja, saya berharap kami bisa nikah nanti kalo kami udah tamat kuliah” Lagi pula kalo saya melakukannya sama pacar aja jadi gak apa-apa, asal jangan sama om-om aja. ”Wawancara dengan informan HL, 2011. Hal yang sama juga dikatakan informan lainnya seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini : “ Namanya juga udah cinta, mau gimana lagi. Lagian kalo udah pernah ngerasain gituan pasti nagih untuk lagi dan lagi. Trus kayaknya susah dipercaya jaman sekarang ini mahasiswa yang pacaran di Medan ini gak berhubungan seks, kalo ada orang yang bilang gak pernah berhubungan seks itu munafik aja,tapi yang pacarnya di Medan ini juga ya.. ya kalo pun ada mungkin akhwat la, itu pun belum tentu kalo sekarang gak jaman lagi penampilan mencerminkan kepribadian, sekarang banyak orang yang berjilbab tapi melakukan itu juga, lagi pula kalo saya gak bisa menolak kalo dia ngajak kayak gitu karena dia omset buat saya. Kalo gak ada dia gimana saya bisa kuliah, kalo mengharap dari orang tua saya bisa mati kelaparan. Orang tua saya aja mengharap dari pacarku untuk memenuhi kebutuhan saya. Saya tahu kalo perbuatan saya sangat salah tapi mau gimana lagi dosa urusan belakang la, dunia dulu baru akhirat jadi urusan dunia dulu yang dipikirkan, saya juga gak mau Universitas Sumatera Utara 63 punya nasib jadi orang susah” Wawancara dengan informan FZ, 2011. Dari hasil wawancara dengan informan diatas, dalam konteks teori “gunung es”, maka sesungguhnya mereka hanyalah segelintir fenomena yang terkuak kepermukaan, namun sangat memungkinkan banyak kasus sama yang tidak sempat teridentifikasi dalam proses pengumpulan data yang telah dilakukan peneliti. Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari mereka beranggapan bahwa seks bebas sudah menjadi hal ‘biasa’ dikalangan mahasiswa baik atas dasar cinta ataupun motif ekonomi. Pelaku seks bebas ini menjadi manusia yang memaklumipermisif terhadap perilaku menyimpang dan menganggap kesalahan sebagai suatu kewajaran. Sehingga ada ungkapan “itu biasa”, “semua orang juga melakukan” terhadap perilaku seks bebas tersebut walaupun pada dasarnya mereka mengetahui jika seks bebas tersebut merupakan perbuatan yang dilarang oleh agama. Beberapa diantara mereka jika dilihat dari penampilan, informan wanita yang lebih mapan cenderung berpenampilan seksi dan modis. Sementara beberapa orang lainnya menggunakan jilbab dan mengaku menjalankan sholat bagi mereka yang muslim. Sementara bagi mereka yang nasrani mengaku tetap pergi beribadah ke Gereja. Disamping itu berdasarkan wawancara tersebut peneliti menginterpretasikan bahwa informan perempuan lebih mempunyai kekhawatiran ditinggalkan pasangannya dibandingkan laki-laki setelah memberikan keperawanan atau keperjakaan. Perilaku seks bebas yang terjadi di lokasi penelitian ini masih tersembunyi. Sebagian masyarakat tidak mengetahui secara pasti apakah mahasiswa yang tinggal di daerah tempat tinggal mereka ada yang melakukan seks bebas, seperti yang dikatakan informan berikut ini: Universitas Sumatera Utara 64 “ saya sudah lama tinggal disini tapi saya tidak tahu ada mahasiswa sini yang melakukan perilaku seks bebas. Di sekeliling tempat tinggal saya banyak kontrakan dan tempat kost tapi belum pernah melihat adanya perilaku seks bebas, paling-paling pacaran di depan-depan rumah saja yang saya tahu” Wawancara dengan informan Kancil, 2011. “ saya kurang tahu ada atau gak mahasiswa yang kost di sekitar sini melakukan seks bebas, karna yang saya liat anak kost di sekitar sini baik-baik aja, kalo malam minggu bertamu biasa aja di teras-teras itu tapi kita kan gak tahu memang karna bisa aja mereka melakukannya gak di sekitar sini” Wawancara dengan informan Maryam, 2011. Sementara sebagian masyarakat lainnya percaya bahwa diantara sekian mahasiswa yang tinggal di lingkungan mereka pasti diantaranya merupakan seorang pelaku seks bebas. Seperti yang di katakan informan di bawah ini: “ saya sering melihat anak-anak kost disini yang pakaiannya seksi-seksi apalagi kalau malam minggu trus banyak kost-kostan disini yang agak aneh, kadang kost-kostan cewek tapi sendal di rumah itu sendal cowok atau sebaliknya kost-kostan cowok tapi banyak sandal cewek, itu saya lihat sampai larut malam dan pagi-pagi sandal itu juga masih ada, tapi saya kurang tahu mereka itu melakukan apa disana tapi saya gak yakin kalau mereka itu gak melakukan apa-apa. Kalau cerita sama tetangga yang lain memang katanya anak kost di daerah ini memang gak beres. Tapi itu urusan orang itu la, kalo disini memang kost-kostan kacau ada yang kost-an pelacur, ada yang lesbian, kumpul kebo, macem-macem la”Wawancara dengan informan Ros Marpaung, 2011. “ ya saya tahu, karena di daerah ini kost-kostan sangat bebas, laki-laki bebas aja masuk ke kost cewek bahkan menginap, kadang-kadang kita malu melihat mahasiswa ini, kita merasa gak dihargai karena di depan kita pun mereka berani mesra-mesraan, banyak kost-kostan disini yang gak beres” Wawancara dengan informan Siti Munthe, 2011. Universitas Sumatera Utara 65

4.3.2 Awal Mahasiswa Melakukan Seks Bebas