Dimensi-dimensi impulsive buying Impulsive Buying

14 setelah melakukan pembelian tersebut. Konsumen hanya ingin merasa puas dengan membeli barang yang konsumen inginkan. Perilaku impulsive buying dari Verplanken Herabadi 2001 ini melibatkan dua system inti yaitu affective emosi dan cognitive. Affective dan cognitive dapat melakukan prosesnya sendiri-sendiri dan ada kalanya mereka bekerja secara bersama. Namun, dalam beberapa hal sisi emosi sering menjadi hal utama bahkan mendahulu dan mampu mempengaruhi cognitive. Emosi bisa terjadi secara otomatis tanpa peran active dari cognitive, yaitu kesadaran. Engel Blackwell 1995, menambahkan impulsive buying atau unplanned purchase merupakan suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan terlebih dahulu dan keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko. Dari berbagai teori diatas peneliti menggunakan teori Verplanken Herabadi 2001, yaitu impulsive buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Teori ini dipilih karena memiliki definisi yang paling sesuai untuk menjabarkan pengertian impulsive buying.

2.1.2 Dimensi-dimensi impulsive buying

Verplanken Herabadi 2001 membagi impulsive buying menjadi dua dimensi, yaitu : 15 a. Cognitive : proses psikologis seseorang yang merujuk kepada struktur dan proses mental yang meliputi pemikiran, pemahaman dan penginterpretasian. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu : 1. Cognitive deliberation, suatu keadaan dimana calon konsumen merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya pertimbangan mendalam atau memikirkan konsekuensinya. 2. Unplanned buying, suatu keadaan dimana calon konsumen tidak memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja. 3. Disregard for the future, suatu keadaan dimana calon konsumen melakukan impulsive buying tidak menghiraukan masa depan. b. Affective : proses psikologis dalam diri seseorang yang merujuk kepada emosi, perasaan maupun suasana hati mood. Proses ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: 1. Irresistible urge to buy, suatu keadaan dimana calon konsumen memiliki keinginan yang instan, terus menerus dan begitu memaksa, sehingga calon konsumen tidak dapat menahan dirinya. 2. Positive buying emotion, suatu keadaan dimana calon konsumen memiliki suasana hati positif yang berasal dari motivasinya untuk memuaskan diri melalui impulsive buying. 3. Mood management, suatu keadaan dimana muncul keinginan calon konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya melalaui impulsive buying. 16 Rook 1987 membagi impulsive buying menjadi beberapa dimensi, yaitu : a. Spontanitas : Belanja ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang. Sering sebagai respon terhadap stimulus visual yang langsung ditempat penjualan. b. Kekuatan, Kompulsi, dan intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika. c. Kegairahan dan stimulasi: Desakan mendadak untuk membeli sering disertai dengan emosi yang diberikan sebagai “menggairahkan” , “menggetarkan”, atau “liar”. d. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit untuk ditolak sehingga akibat yang mungkin negative diabaikan. Peneliti menggunakan dimensi dari Verplanken Herabadi 2001 karena dimensi ini merupakan dimensi yang paling baru dan diadaptasi dari Rook 1987 Loudon Bitta 1993 membagi impulsive buying kedalam empat tipe, yaitu: 1. Pure Impulsive yaitu dorongan untuk membeli produk baru, mencari variasai baru, atau pembelian terhadap produk diluar kebiasaan pembeliannya. 2. Suggestion impulse yaitu dorongan yang didasarkan stimulus pada toko dan ditunjang dengan pemberian saran, baik dari sales promotion, pramuniaga maupun teman. 17 3. Reminder impuls yaitu dorongan yang muncul saat melihat barang pada rak toko, display atau teringat iklan dan informasi lainnya tentang suatu produk. 4. Planned impulse yaitu pembelian yang terjadi apabila kondisi penjualan tertentu diberikan. Dorongan berupa intensi membeli berdasarkan harga khusus, kupon, diskon dan lain sebagainya tanpa merencanakan produk yang akan dibelinya.

2.1.3 Alat ukur impulsive buying