Alat ukur personality trait

22 b Stress reaction Perbedaan individu yang sistematis dalam frekuensi dan intensitas respon terhadap isyarat yang bersifat situasional bersamaan dengan kondisi emosi negative. Reaksi stress dikarakteristikan dengan mudah marah, perubahan emosi yang tidak diprediksi, gugup, tegang, merasa bersalah, merasa cemas. c Absorption Kecenderungan untuk memendam keterlibatan diri yang dipicu oleh gabungan dari stimulus external dan stimulus imaginal. Seseorang yang memiliki tingkat absorption yang tinggi cenderung berfikir menggunakan imajinasi, dapat melepaskan masa lalu, menikmati pikiran sendiri, memiliki penglaman yang bersifat “cross-modal”. Peneliti menggunakan dimensi dari Tellegen, 1982 karena dimensi tersebut merupakan dimensi yang berhubungan langsung dengan impulsive buying.

2.2.3 Alat ukur personality trait

Big five faktor merupakan salah satu alat ukur untuk personality trait. Alat ukur ini mengukur lima dimensi yaitu, opennese, conscientiousness, extraversion, agreeableess, neuroticism.. Dalam penelitian ini tidak menggunakan big five dikarenakan perbedaan dimensi yang digunakan oleh peneliti. Berdasarkan penelitian terdahulu peneliti memodifikasi alat ukur MPQ dari Tellegen,1982. Peneliti membuat item-item yang disesuaikan dan mengacu 23 pada dimensi-dimensi yang ada di alat ukur MPQ tersebut, dikarenakan alat ukur MPQ tidak mempublikasikan item-item nya, MPQ hanya mencantumkan dimensi nya saja. Alasan lain peneliti memodifikasi MPQ dikarenakan dimensi yang ada pada MPQ sesuai dengan dimensi yang akan peneliti ukur.

2.3 Konformitas

2.3.1 Definisi konformitas

Konformitas adalah tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan Wade Tavris, 2007. Sedangkan konformitas menurut Baron Byrne 2003 diartikan sebagai suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka sesuai dengan norma sosial yang ada. Pendapat lain dikemukakan oleh Wiggins 1994 menjelaskan konformitas sebagai perilaku yang muncul akibat norma dari orang lain. Pendapat berbeda diungkapkan oleh Myers 2005, menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku atau kepercayaan sebagai hasil nyata akibat dari tekanan kelompok. Ditambahkan oleh Wills dalam Sarwono, 2006 dengan pendapatnya bahwa konformitas itu adalah usaha terus menerus dari individu untuk selalu selaras dengan norma-norma yang diharapkan oleh kelompok. Jika persepsi individu tentang norma kelompok standard sosial berubah, maka ia akan mengubah pola tingkah lakunya. Santrock 2003, menambahkan bahwa konformitas adalah individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang