Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

Liza Fauzia : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Pada PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 2. secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan: a. bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai konsumen listrik dan b. sebagai bahan rujukan bagi PT. PLN Persero sebagai perusahaan yang menyediakan listrik untuk memperhatikan pelayanannya kepada konsumen.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul ”Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Pada PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan”. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan- bahan yang berkaitan dengan perlindungan konsumen serta undang-undang yang mengatur tentang perlindungan konsumen, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun elektronik dan di samping itu dilakukan juga penelitian. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini, penulis melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat diminta pertanggungjawaban dikemudian hari.

E. Tinjauan Kepustakaan

Perlindungan konsumen menyangkut banyak aspek dan salah satunya adalah aspek hukum. Dalam berbagai kajianpenelitian hukum tentang Liza Fauzia : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Pada PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 perlindungan konsumen terdapat seolah-olah sangat mengambang, bahkan kebijakan ekonomi yang ditempuh Orde Baru begitu mengabaikan kepentingan- kepentingan konsumen. Isu perlindungan konsumen hanya terdengar sepintas lalu, hilang oleh hiruk-pikuk pembangunan ekonomi lainnya yang sangat timpang. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berlaku efektif pada 20 April 2000 hingga dikeluarkannya sejumlah peraturan perundang-undangan pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, belum banyak terdapat perubahan sikap perlakuan pelaku usaha terhadap konsumen. Hal ini jelas terlihat sebagian besar komoditas yang terdapat pelanggaran-pelanggaran hak-hak konsumen. Norma-norma perlindungan konsumen lainnya di luar Undang-Undang Perlindunagn Konsumen UUPK ini, dijadikan acuan dengan menempatkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK sebagai sistem perlindungan hukum terhadap konsumen. Konstruksinya adalah dengan merujuk Pasal 64 Bab XIV Ketentuan Peralihan. Melalui ketentuan tersebut dapat dipahami secara implisit bahwa Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK merupakan ketentuan khusus Lex Specialis terhadap ketentuan peraturan perundang- undangan yang sudah ada sebelum Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK, sesuai asas lex specialis de rogat lex generalis yang artinya, ketentuan- ketentuan di luar Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK. 3 3 Yusuf Sofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen UUPK Teori dan Praktek Penegakan Hukum Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003, h. 10 Melalui ketentuan peralihan ini, Undang-Undang Liza Fauzia : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Pada PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 KonsumenUUK tetap berlaku sepanjang Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak menentukan lain. Menurut Cornelis LAY, 4 1. kerawanan pada tingkat teknis yang terungkap lewat kesadaran atau keringkihan sistem jaringan interkoneksi kelistrikan kita pada kemungkinan sabotase; seorang sosiolog, hampir semua anak negeri disadarkan terhadap sejumlah persoalan pokok di seputar kelistrikan yang sekian lama diterima sebagai persoalan pribadi, kini bertukar raut dalam hitungan detik menjadi persoalan semua orang, akibat padamnya listrik black-out. Pokok persoalan tersebut, antara lain: 2. akibat-akibat sosial di tengah-tengah masyarakat seperti terungkap melalui kesadaran berupa derajat ketergantungan masyarakat yang sudah kronis pada listrik sebagai bagian yang sangat penting dalam siklus hidup, terutama masyarakat perkotaan di Indonesia. Tidak kunjung diselesaikannya persoalan itu, ditanggapi masyarakat yang sering mengalami gangguan listrik dengan memplesetkan PLN sebagai Perusahaan Lilin Negara karena sedemikian seringnya lilin menggantikan fungsi listrik yang sering padam tanpa pemberitahuan. Merujuk prinsip-prinsip yang dianut Undang-Undang Ketenegalistrikan Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan PLN wajib menyediakan tenaga listrik secara berkesinambungan dengan mutu dan keandalan yang baik Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang No. 15 Tahun 1985 jo. Pasal 25 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 yang sesuai dengan standar listrik Indonesia yang ditetapkan 4 Anyer, “Ketika Listrik Pun Padam,” Kompas 28 april 1997, h. 8 Liza Fauzia : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Pada PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 Menteri Pertambangan dan Energi berdasarkan persetujuan Dewan Standarisasi Nasional Pasal 15 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 jo. Pasal 2 ayat 4 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02P451M.PE1991. Pelanggaran terhadap prinsip ini tentu ada konsekuensi hukumnya kecuali terbukti dengan adanya keadaan mendesak di luar kemampuan manusia force majure, seperti gempa bumi dan bencana alam. Dalam Pasal 25 ayat 3 PP No. 101989 disebutkan bahwa sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan, PLN wajib: 1. memberikan pelayanan terbaik, 2. menyediakan tenaga listrik secara terus menerus dengan keandalan yang baik, 3. memberikan perbaikan, apabila ada gangguan tenaga listrik, dan 4. bertanggungjawab atas segala kerugian atau bahaya terhadap nyawa, kesehatan dan barang yang timbul karena kelalainnya. Di samping ke-4 kewajiban tersebut, menurut Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 02P451M.PE1991, Pasal 3 ayat 1 huruf e, PLN wajib: memberikan kompensasi berupa reduksi apabila terjadi penghentian sementara penyaluran tenaga listrik, yang berlangsung secara terus menerus melebihi jangka waktu 3 x 24 jam tiga kali dua puluh empat jam dengan ketentuan bahwa peraturan pelaksanaannya diatur Pengusaha dan disahkan oleh Direktur Jendral. Masalah yang diatur dalam peraturan tersebut di atas, sebenarnya sudah memberi dasar yang kuat tentang arti penting adanya standar mutu pelayanan PLN. Ada dua langkah yang dapat dilakukan sebagai penjabaran ketentuan di atas Liza Fauzia : Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Pada PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara Cabang Medan, 2008. USU Repository © 2009 yaitu perlunya aturan pelaksanaan yang mengatur detail ketentuan di atas dan mensosialisasikan peraturan tersebut kepada masyarakat luas. 5 1. Jenis Penelitian

F. Metode Penelitian