Indikator Kemiskinan Pengukuran kelaparan

13 ukuran tersebut, akan dikatakan kelaparan apabila tingkat kecukupan energinya kurang dari 70 dan disertai dengan penurunan berat badan, dikatakan rawan pangan tingkat berat apabila tingkat kecukupan energinya kurang dari 70 dan tidak disertai penurunan berat badan, bila tingkat kecukupan energinya 70-80 maka dikatakan rawan pangan sedang, bila tingkat kecukupan energi 81 – 90 maka dikatakan rawan pangan ringan, dan bila tingkat kecukupan energi lebih dari 90 maka dikatakan tahan pangan.

2.2 Indikator Kemiskinan

Terdapat beberapa indikator kemiskinan yang biasa digunakan, yaitu indikator: a. Kemiskinan relatif seseorang dikatakan berada dalam kelompok kemiskinan relatif, pertama jika pendapatannya berada di bawah pendapatan di sekitarnya, atau dalam kelompok masyarakat tersebut, ia berada di lapisan paling bawah. Kedua, Bisa jadi meskipun pendapatannya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun karena dibanding masyarakat di sekitarnya, pendapatannya dinilai rendah, ia termasuk miskin. b. Kemiskinan absolut. Kemiskinan jenis ini dicirikan sebagai berikut: Pertama, dilihat dari kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok sandang, pangan, pemukiman, pendidikan dan kesehatan. Kedua, Jika pendapatan seseorang di bawah pendapatan minimal untuk memenuhi kebutuhan pokok, maka ia disebut miskin. Indonesia menggunakan indikator kemiskinan jenis ini. Universitas Sumatera Utara 14 c. Kemiskinan kultural dikaitkan dengan budaya masyarakat yang “menerima” kemiskinan yang terjadi pada dirinya, bahkan tidak merespons usaha-usaha pihak lain yang membantunya keluar dari kemiskinan tersebut. d. Kemiskinan struktural dimana kemiskinan yang disebabkan struktur dan sistem ekonomi yang timpang dan tidak berpihak pada si miskin, sehingga memunculkan masalah-masalah struktural ekonomi yang makin meminggirkan peranan orang miskin.

2.3 Pengukuran kelaparan

Kelaparan dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Smith 2003 mengemukakan metode dan ukuran untuk menilai kekurangan pangan pada tingkat rumahtangga maupun individu, melalui 4 jenis keadaan, yang dapat diukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Keadaan tersebut adalah: 1 ketidakcukupan energi rumahtangga, 2 tingkat ketidakcukupan energi, 3 keanekaragaman makanan dietary diversity, dan 4 persen pengeluaran untuk makanan food expenditure. FAO 2002 memakai 4 jenis kondisi yang hampir sama untuk menilai kelaparan baik pada tingkat rumahtangga maupun individu yaitu; 1 Ketersediaan pangan Dietary Energy Supply, 2 Konsumsi Energi, 3 Status Gizi Secara anthropometri dan 4 Persen pengeluaran untuk makanan Food Expenditure. 2.4 Variabel-Variabel Ketahanan Pangan 2.4.1 Pekerjaan