57 Makanan pertama pada umumnya berupa bubur tepung beras yang
diperkaya zat besi. Berikan hanya 1 jenis bukan kombinasi, bergizi, tekstur halus dan konsistensi agak encer. Diberikan setelah minum ASI atau formula, kecuali
bila bayi menolak berulang atau tampak tidak berminat bisa diberikan sebelum minum ASI atau susu formula.
Ada beberapa panduan dasar dalam pemberian makanan baru walupun tidak ada urutan khusus alangkah baiknya diperhatikan untuk tekstur halus dan
konsistensi encer pada awal pemberian yang ditingkatkan bertahap, mulailah dengan jumlah sedikit 1-2 sendok teh, bertahap di tambah 1 sendok makan atau
lebih sampai jumlah yang sesuai. Berilah jarak waktu antara pemberian makan baru, makanan baru berjarak 4 - 7 hari riwayat alergi +, perhatikan adanya reaksi
simpang, dicoba satu persatu jenis makanan, di coba pada pagi hari oleh ibu. Tidak hanya itu, perhatikan factor keamanannya seperti cuci tangan dan semua
peralatan, tidak menggunakan peralatan bersama-sama atau mengunyah terlebih dulu.
3.4.1 Pengetahuan Ibu Yuni
Ibu Yuni 26 tahun merupakan ibu muda yang menjadi informan penelitian ini, ketika penelitian ini dilakukan ibu Yuni memiliki seorang anak
lelaki yang berumur 1 tahun 3 bulan. Ibu Yuni 26 tahun dalam prakteknya memberikan ASI Eksklusif kepada
anaknya tersebut sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan yang terdapat di Desa Lalang, namun selain ASI Eksklusif ibu Yuni 26 tahun juga turut memberikan
air putih sebagai konsumsi anaknya ketika dalam rentang usia semenjak
Universitas Sumatera Utara
58 dilahirkan hingga pada usia enam bulan.
Praktek ini dalam dunia kesehatan dan pemberian ASI dianggap sudah tidak menjadi bagian dari pemberian ASI Eksklusif tanpa asupan lainnya, namun
ibu Yuni 26 tahun menceritakan : ―waktu awal-awal dikasi ASI tapi sudah beberapa bulan kakak kasi
air putih, kan kasihan sudah dikasi ASI masih tetap haus anaknya ya kakak kasi air putih lagian mamak kakak pun bilang kek gitu
juga.‖
Pernyataan informan ini memberikan gambaran bahwa pengetahuan mengenai pemberian ASI Eksklusif juga turut dipengaruhi oleh lingkup keluarga
terdekat yaitu orangtua, pengaruh keluarga pada kasus informan ini menggambarkan bahwa konstruksi ASI Eksklusif yang dilakukan oleh informan
ibu Yuni 26 tahun tidak berjalan dengan efektif dikarenakan ketidaktahuan informan mengenai tidak adanya asupan selain air susu untuk tetap berada dalam
program pemberian ASI Eksklusif. Secara kesehatan, pemberian air putih akan mengurangi asupan gizi yang
diberikan, dalam hal ini air susu ibu dan juga pada rentang usia hingga enam bulan air putih dapat mengganggu metabolisme lambung anak yang dianggap
belum mampu menampung air dalam jumlah tertentu dan tidak melatih fisik anak secara natural.
Ketika ditanyakan lebih lanjut kepada ibu Yuni 26 tahun mengenai ASI Eksklusif, informan mengatakan :
―untung adek kasi tau, kalau enggak kakak enggak tau juga kalau air putih pun gak boleh dikasi sampai usia enam bulan ... dari
rumah sakit pun gak waktu itu dikasi tau ASI Eksklusif, cuman
dibilang ASI aja lagian kan cuman air putih bukan air yang lain.‖
Universitas Sumatera Utara
59 Keterangan informan ini menggambarkan kondisi penyuluhan kesehatan,
terutama pada aspek pemberian ASI Eksklusif pada ibu menyusui tidak berjalan dengan baik dimana seharusnya pihak institusi kesehatan adalah pihak yang
pertama menginformasikan mengenai tata cara pemberian ASI Eksklusif bagi ibu menyusui.
Selain itu, pandangan umum masyarakat mengenai keberadaan air putih yang turut diberikan selain ASI dianggap sebagai bagian dari kehidupan dan tidak
memiliki aspek negatif bagi perkembangan bayi nantinya walaupun secara kesehatan pemberian air putih tidak dibenarkan selama menjalani masa ASI
Eksklusif. Dalam tata cara kesehatan, pemberian air putih kepada bayi dianggap
dapat melonggarkan pengamatan ibu kepada anak dan juga kehadiran ASI dianggap sudah mewakili asupan cairan air kepada bayi.
Pemahaman ibu Yuni 26 tahun terhadap pemberian ASI Eksklusif juga tidak terlepas dari segi usia muda dan tingkat pendidikan yang dimilikinya,
sehingga terjadi ketergantungan terhadap orangtua dan pendapat orangtua atas tindakan dibenarkan secara sosial, ibu Yuni 26 tahun mengatakan :
―ya kakak kalo kenapa-napa nanya sama mamak kakak, kan mamak kakak juga pernah melahirkan juga yang pastilah kurang
lebih sama ... jadi misalnya kemarin waktu anak kakak nangis- nangis udah kakak diamkan gak mau juga, mamak kakak bilang itu
lagi haus kasi minum ya kakak kasi air putih.‖
Universitas Sumatera Utara
60 Informan juga menambahkan bahwa :
―kalau kakak sering cerita-cerita sama mamak kakak, misalnya kasi ini, kasi itu biar kek gini kek gitu tapi dibilang mamak kakak
juga supaya gak usah kasi air tajin kan beda beras jaman
sekarang.‖ Pembentukan pemahaman mengenai ibu menyusui yang dialami oleh
informan ibu Yuni, 26 tahun merupakan warisan pengetahuan yang didapatkan melalui orangtua yang disertai pengetahuan yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat, sejalan dengan pendapat Winkelman 2009:136 yang mengatakan : ―
A family‘s genetic contribution to health is mediated through socialization and environ- mental influences ... Family is the
context in which the sick role is learned and primary care is given. It is also the context for decision making about health care. Family
values and norms influence basic health care behavior, including which resources to access and when or whether to seek biomedical
services.
‖ Walaupun pada beberapa bagian terdapat pengetahuan mengenai ibu
menyusui yang sejalan dengan konsepsi kesehatan mengenai ibu menyusui, misalnya untuk tetap memberikan air susu ibu kepada anak dan tetap berada
dirumah dalam kurun waktu tertentu serta memberikan ibu gizi yang seimbang misalnya mengkonsumsi daun katuk-katuk yang dipercaya dapat melancarkan air
susu. Pengetahuan mengenai ibu menyusui yang dialami oleh informan ibu Yuni
26 tahun terbatas pada pengetahuan kesehatan secara umum dan pemahaman yang terbatas pada lingkup keluarga, perlu untuk mendapatkan pengetahuan
lanjutan mengenai kesehatan dan pemberian ASI Eksklusif melalui sarana penyuluhan kesehatan yang diadakan pada tingkat desa puskesmas, pustu dan
lainnya, sebagaimana diungkapkan oleh informan :
Universitas Sumatera Utara
61 ―waktu itu dek memang terbatas kali, disana rumah sakit pun gak
ada yang kasi tau kakak, lain kali kalau kek gitu kakak tanya sama orang itu cemana-cemananya sama kakak usahakan juga hadir di
puskesmas waktu imunisasi atau apalah biar dapat keterangan tentang cemana menyusui yang benar dan makanan yang kekmana
aja yang boleh dikasi.‖ Secara umum pendapat informan ini menggambarkan suatu keterbukaan
akan pengetahuan yang selama ini tidak diketahui untuk mencari jalan agar dapat mengetahui mengenai tata cara pemberian air susu dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan usaha kesehatan ketika ibu menyusui. Menurut kesimpulan peneliti, orang tua adalah orang yang dianggap
berpengalaman dalam memberikan nasehat, termasuk nasehat memberikan makanan tambahan pada bayi karena bayi yang diberi makanan tambahan akan
terlihat lebih gemuk karena merasa kenyang dan apabila terjadi suatu penyakit pada cucunya, mereka memberikan sesuatu ramuan yang sudah mereka percaya
untuk mengatasi penyakit – penyakit yang muncul.
Hal tersebut diatas adalah salah satu pemahaman kebudayaan yang seharusnya tidak benar namun dibenarkan karena yang memberikan nasehat
dianggap sudah sepenuhnya benar atas tindakannya tersebut.
3.4.2 Pengetahuan Ibu Siti