51 kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya, seperti
diare dan radang paru-paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.
3.3.2 Pengetahuan Ibu Yanti
Ibu Yanti 42 tahun yang merupakan salah seorang informan penelitian ini dan juga dari segi usia merupakan ibu menyusui yang dapat dianggap dewasa
dibandingkan dengan ibu-ibu menyusui lainnya yang menjadi informan penelitian ini.
Pemberian ASI Eksklusif yang dilakukan oleh ibu Yanti 42 tahun diberikan kepada anaknya yang kini telah berusia sekitar 3 tahun, pengetahuan
yang dimiliki oleh ibu Yanti 42 tahun tentang pemberian ASI Eksklusif merupakan konstruksi pemahaman yang tidak hanya didapat melalui proses
otodidak melainkan juga melalui sarana informasi kesehatan desa, yaitu puskesmas. Ibu Yanti 42 tahun mengatakan bahwa :
―... ASI yang air susu ibu yang diberikan kepada anak, ASI kan gizi jadi kalau tidak ada ASI gizi anak darimana ?, itulah pentingnya
kita bertanya dengan orang di puskesmas, kan datang ke puskesmas gak cuman berobat, suntik dan pulang, ada juga kita
liat-liat disitu ... kadang dikasi tau juga sama orang puskesmas nanti tanggal segini datang ada sosialisasi ini atau tanggal segini
datang ada imunisasi.‖ Selain hal tersebut, ibu Yanti 42 tahun juga mengungkapkan :
―... namanya anak baru lahir ya perutnya kan kecil gak mungkin aja langsung dikasi nasi kek orang besar, pelan-pelan lah dikasi air
susu nanti kalau sudah agak besar sikit kasi bubur, gitulah terus
sampai nanti bisa ngunyah makanan sendiri.‖ Keterangan ibu Yanti 42 tahun menguatkan akan pentingnya arti asupan
gizi bagi bayi ketika baru lahir, sejalan dengan pemikiran mengenai ASI Eksklusif
Universitas Sumatera Utara
52 yang diberikan dalam kurun waktu enam bulan pertama sehingga diberi label
eksklusif sebagai penanda bahwa asupan gizi awal bayi adalah air susu ibu yang diberikan dalam kurun waktu enam bulan pertama setelah melahirkan.
Keberadaan ASI Eksklusif tidak serta seluruh ibu menyusui memberikan ASI Eksklusif kepada anaknya selama enam bulan semenjak dilahirkan, ada juga
pengetahuan yang berkembang di masyarakat mengenai asupan gizi lain yang dianggap dapat menunjang bahkan menggantikan peran air susu ibu. Ibu Yanti 42
tahun menuturkan : ―... lain dulu lain pula sekarang, kan air susu ibu gratis diberikan
sama anaknya, kalau mau membeli susu belum tentu juga sanggup ... kalau dulu yang dikasi air tajin, bubur atau pisang yang sudah
dikunyah tapi kan gak semua anaknya juga bisa kek gitu, tergantung tiap-
tiap anaknya juga.‖ Pengetahuan mengenai sumber gizi lain atau pengganti ASI yang
dikemukakan oleh ibu Yanti 42 tahun mewakili beberapa pendapat mengenai pentingnya ASI Eksklusif yang berkorelasi terhadap tingkat ekonomi, dimana
pemberian susu kepada anak selain air susu ibu memiliki kaitan terhadap kemampuan daya beli masyarakat terhadap susu tersebut. Selain itu, pemberian
ASI Eksklusif dianggap sebagai suatu cara pemberian asupan gizi kepada anak sebagai suatu sarana membangun kedekatan antara ibu dan anak secara emosional
dan juga dianggap dapat menekan tingkat kebutuhan ekonomi, karena pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui kepada anak merupakan suatu bagian dari
kewajiban ibu serta dianggap tidak mengeluarkan biaya. Konstruksi pemahaman ibu menyusui terhadap ASI Eksklusif juga tidak
lepas dari aspek lainnya yang mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari,
Universitas Sumatera Utara
53 dimana pemberian asupan gizi selain ASI Eksklusif dianggap sebagai suatu
pemenuhan atas kebutuhan diluar kebutuhan yang dianggap primer dalam kehidupan berumah tangga, ibu Yanti 42 tahun secara eksplisit mengutarakan :
―ya itu tadi, kalau dikasi susu kan berarti beli terus duitnya darimana kalau mau beli ? Belum lagi ongkosnya, kalau ASI kan
dari ibu sendiri namanya dikasi Allah ya dinikmati aja, gak keluar
biaya dan juga menjaga ibu agar tetap sehat.‖ Selain hal tersebut, aspek kultural juga menjadi pendukung pemberian ASI
Eksklusif kepada anak. Dimana aspek kultural yang melingkupi ibu Yanti 42 tahun adalah kultur Jawa yang mengharuskan ibu dalam jangka waktu tertentu
setelah melahirkan tidak keluar rumah dan secara terus-menerus memantau perkembangan anak dari waktu ke waktu.
Diungkapkan oleh ibu Yanti 42 tahun bahwa keluarganya yang merupakan etnis Jawa masih tetap menjalankan tradisi leluhur mereka, yaitu
dengan tetap berada didalam rumah dalam jangka waktu tertentu 40 hari setelah melahirkan walaupun tidak terbatas pada jumlah hari akan tetapi tradisi ini
dianggap sebagai momen dalam ibu setelah melahirkan untuk memberikan ASI Eksklusif kepada anak dan juga ibu melahirkan mengonsumsi jamu-jamuan
sebagai bagian dari menguatkan kesehatan ibu, melancarkan air susu dan juga mengembalikan bentuk tubuh.
Pengetahuan kultural dalam hal ini memiliki arti penting sebagai suatu hal yang menjaga ibu untuk tetap berada didekat anaknya sembari tetap memberikan
ASI Eksklusif dan memantau anak, dimana semenjak dilahirkan hingga 40 hari pertama dianggap sebagai waktu yang krusial pada perkembangan anak tersebut.
Secara umum dapat dideskripsikan bahwa selain sarana penyuluhan
Universitas Sumatera Utara
54 kesehatan dan ASI Eksklusif oleh institusi kesehatan, aspek kultural juga memiliki
korelasi terhadap hal tersebut pada tataran kognitif masyarakat, dan juga beberapa pengetahuan kultural dengan basis etnis memiliki tradisi tersendiri dalam lingkup
setelah melahirkan dan menyusui sehingga pemberian ASI Eksklusif dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan.
3.4 Pemberian ASI Eksklusif dan Asupan Lainnya