Masa Pemisahan GBI dari GPdI

30

2.1.2. Masa Pemisahan GBI dari GPdI

Kondisi rohani Gereja Pentakosta yang tidak kondusif di saat itu menyebabkan ketidakpuasan disebagian kalangan pendeta-pendeta GPdI. Ketidakpuasan ini juga ditambah lagi dengan kekuasaan otoriter dari Pengurus Pusat Gereja. Akibatnya, sekelompok pendeta yang terdiri dari 22 orang memisahkan diri dari Organisasi Gereja Pentakosta tersebut, di antaranya adalah Pdt. H. L. Senduk. Pada tanggal 21 Januari 1952, di kota Surabaya, mereka kemudian membentuk suatu organisasi gereja baru yang bernama Gereja Bethel Injil Sepenuh GBIS. Van Gessel dipilih menjadi “Pemimpin rohani” dan H. L. Senduk ditunjuk sebag ai “Pemimpin Organisasi” Ketua Badan Penghubung. H. L. Senduk berperan sebagai Pendeta bagi jemaat yang ada di Jakarta, sedangkan Van Gessel pimpinan seluruh jemaat yang ada di Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1954, Van Gessel meninggalkan Indonesia dan pindah ke Irian Jaya waktu itu dibawah Pemerintahan Belanda. Jemaat di Surabaya diserahkannya kepada menantunya, Pdt. C. Totays. Di Hollandia sekarang Jayapura, Van Gessel membentuk suatu organisasi baru yang bernama Bethel Pinkesterkerk sekarang Gereja Bethel Pentakosta. Roda sejarah pun terus berputar, dapat terlihat GBIS di bawah kepemimpinan H. L. Senduk telah berkembang dengan sangat pesat. Berbagai macam kesulitan yang ada serta banyaknya tantangan yang harus dihadapi terlihat dari semakin besarnya organisasi tersebut begitu banyak pula kepentingan yang harus diakomodasi. Tahun 1968-1969, kepemimpinan Senduk di GBIS, diambil alih oleh pihak-pihak lain yang disokong oleh suatu keputusan Menteri Agama. Pada akhirnya H. L. Universitas Sumatera Utara 31 Senduk dan para pendukungnya memisahkan diri dari organisasi GBIS. Pada tanggal 6 Oktober 1970, H. L. Senduk dan rekan-rekannya membentuk sebuah organisasi gereja baru bernama Gereja Bethel Indonesia GBI yang diakui sebagai suatu organisasi keagamaan yang berhak hidup dan berkembang di bumi Indonesia. Gereja ini diakui oleh Pemerintah secara resmi melalui Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 41 tanggal 9 Desember 1972. Pada tahun 1972, Pdt. H. L. Senduk kemudian memanggil anak rohaninya yaitu, Pdt. S. J. Mesach dan Pdt. Olly Mesach untuk membantu pelayanannya di GBI Jemaat Pertamburan, dimana pada saat itu, Pdt. S. J. Mesach telah menjadi Gembala Sidang GBI Jemaat Sukabumi, yang telah dilayaninya sejak tahun 1963. Pada awal GBI didirikan jumlah jemaat mula-mula yang beribadah tidak kurang dari 20 orang, namun sejalannya dengan waktu bisa dilihat hingga saat ini perkembangan jumlah jemaat GBI yang tumbuh semakin lama semakin banyak hingga mencapai ratusan ribu jemaat yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air dan Luar Negeri. 2.1.3. Sejarah Gereja Bethel Indonesia Rayon IV Sumatera Resort Pada bulan Februari tahun 1993 Pdt. R. Bambang Jonan selaku Gembala sidang GBI Rayon IV yang terpanggil beserta istri menjejakkan kakinya di kota Medan 15 . Beliau diutus oleh pembina rohaniGembala Sidang GBI pusat Pdt. Dr. Ir. Niko Ntjotorahardjo dalam mengawali visi dan misi semula untuk merintis dan 15 GBI ranting bagian barat terdiri dari 6 rayon, pusat rayon I-II berada di kota Jakarta. Pusat rayon III berada di wilayah kota Pekanbaru. Pusat rayon IV berada di wilayah kota Medan GBI Sumatera Resort merupakan pusat rayon IV. Serta pusat rayon V-VI berada diluar Indonesia. Universitas Sumatera Utara 32 membangun sebuah gereja cabang GBI di kota Medan. Berawal dari kediaman keluarga Ir. Paulus Rianta yang bersedia memberikan tumpangan rumahnya sebagai tempat penginapan sementara bagi kedua utusan tersebut sebagai batu loncatan guna pencapaian dari visi dan misi itu sendiri. Selama proses tukar-pikir yang panjang, akhirnya atas segala pertimbangan yang ada Pdt. R. Bambang Jonan bersedia untuk memutuskan dan mencari sebuah kontrakan yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat ibadah. Dalam hal ini ditetapkan sebuah kontrakan yang berada di Jl. Zaenal Arifin, Medan. Dua buah ruko yang berderet dengan tiga lantai, adapun guna dan fungsi bangunan secara spesifikasi yakni lantai pertama dari ruko tersebut dipergunakan sebagai kantor kesekretariatan gereja, sedang di lantai dua pada dinding yang memisahkan antara kedua ruko yang letaknya bersebelahan tersebut dibongkar agar dijadikan satu ruangan penuh yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya ibadah. Serta pada lantai tiga, ruko tersebut digunakan sebagai tempat ruangan pribadi gereja. Di GBI pelayan disebut juga sebagai „pengerja‟, yakni pelayan-pelayan yang bekerja untuk gereja milik Tuhan yang merupakan istilah yang diambil dari Alkitab. Ibadah Minggu pertama Gereja Bethel Indonesia Rayon IV diadakan di gedung Uniland pada bulan februari 1993, ibadah tersebut sekaligus merupakan hari perayaan pembukaan cabang gereja baru GBI di kota Medan. Gembala Sidang R. B. Jonan selaku pimpinan mendeklarasikan nama dari gereja tersebut dengan sebutan “Gereja Bethel Indonesia Kemah Daud” yang saat ini telah berubah nama menjadi Gereja Bethel Indonesia GBI. GBI Kemah Daud memulai aktifitas ibadah dimulai dengan „modal ketaatan‟ ditambah dengan 3 Universitas Sumatera Utara 33 pasang diaken 16 yang terdiri dari beberapa pengerja yaitu, sepasang suami dan istri yang bernama Bapak dan Ibu H.M. Manik, Bapak dan Ibu G, Sihombing, Bapak alm Muller Parhusip dan Ibu, Bapak alm Max Lodewyk, dan tiga orang pengerja yang berfungsi sebagai guru sekolah minggu yaitu, Sdri. Sintaria Purba, Gloriati Pinem dan Herni Purba, dan beberapa pengerja imam-imam musik yaitu, Sdr. Stephen kini sebagai koordinator dept. musik, Sdr. Budiman Salim kini sebagai koordinator pelayanan sosial, Sdr. Obed Sembiring kini sebagai koordinator dept. musik, serta beberapa muda-mudi yang turut mengambil bagian didalam pelayanan sebagai partisipan guna mengisi tugas-tugas gereja yang ada yaitu, Sdr. Basingan Sebayang, Jackson Wong, Lisma Bakkara, Sabarati. Kemudian Sdri. Rebecca dan Sdri. Petra. Adapun data dari jumlah jemaat GBI Kemah Daud mula-mula terhitung pada saat ibadah perdana tesebut ditambah dengan jumlah pengerja gereja yang ada ialah berjumlah 119 orang. Berdirinya GBI di kota Medan tidak terlepas dari peranan seorang ibu yang bernama Marini Ishak, dimana beliau merupakan salah satu dari pengerja GBI pusat yang berada di Jakarta. Berawal dari sebuah ide pemikiran, Ibu Marini ingin mengungkapkan kerinduan hatinya dengan menghadap kepada pembina Gembala Sidang GBI pusat yakni Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo, dalam menyampaikan sebuah saran upaya membangun membuka cabang gereja GBI untuk wilayah kota Medan. Berdasarkan hal tersebut, dengan segala pertimbangan yang ada akhirnya Pembina GBI Pusat bersedia untuk memenuhi permohonan dari Ibu Marini Ishak tersebut ditandai dengan pengutusan Pdt. R. Bambang Jonan beserta istri ke Medan. 16 Diaken merupakan sebutan pasangan suami istri yang sama-sama melayani sebagai pelayan di GBI. Universitas Sumatera Utara 34 Di dalam perkembangannya kemudian, diperlukan tempat ibadah yang lebih memadai dan dapat disewa secara permanen. Untuk itu maka mulai dicarilah tempat idaman tersebut dengan membentuk 2 tim kecil yang bertugas mencari tempat ibadah, dimana tim pertama terdiri dari Pendeta R. Bambang Yonan, Pdt. Petrus Honggo, sdr. Stephen, dan tim kedua terdiri dari para ibu yaitu Ibu Marini Ishak, Ibu Ana Soejono alm, dan Ibu Shanty. Pada waktu itu gereja belum memiliki kendaraan, sehingga kedua tim kecil ini menggunakan sarana transportasi apa saja untuk pergi dari suatu tempat ke tempat lain. Bila sedang beruntung ada saja yang mengantar dengan menggunakan kendaraan. Namun bila semua sedang sibuk, maka becak dayung, taksi bahkan jalan kaki juga digunakan untuk berburu tempat ibadah. Semua gedung yang ada tempat kosongnya digunakan untuk menjajagi kemungkinan tempat ibadah yang ada disana. Mulai dari ball room hotel yang ada di pusat Kota Medan, gedung perkantoran, bahkan gedung pertemuan seperti Wisma Benteng dan gedung-gedung lain, semua telah dikunjungi. Namun ternyata tidak mudah mencari tempat ibadah yang tetap. Keadaan tersebut menyebabkan hampir setiap minggu harus beribadah di tempat yang berbeda. Bila hari minggu ini diadakan di Hotel Danau Toba Internasional, minggu depan bisa dilakukan di Wisma Kartini, atau di Uniland, bahkan di tempat-tempat lainnya. Ada hal unik yang dilakukan setiap pengumuman di akhir ibadah, yaitu mengingatkan semua jemaat agar membaca iklan Koran Analisa setiap hari sabtu yang akan datang, pihak gereja akan memasang iklan pemberitahuan tentang dimana ibadah minggu selanjutnya akan dilakukan. Universitas Sumatera Utara 35 Keadaan ini berlangsung selama berbulan-bulan. Meskipun tempat ibadah berpindah-pindah, namun jemaat pun ikut berpindah-pindah dengan setia. Setelah menjalani ibadah selama beberapa bulan lamanya, akhirnya pada tanggal 25 juli 1993 GBI Kemah Daud menemukan sebuah tempat ibadah yang telah memenuhi standar ruangan dengan kapasitas yang cukup guna menampung jumlah jemaat yang datang beribadah. Pada saat itulah pengukuhan pentakhbisan nama gereja dilakukan dan dilantik langsung oleh BPD 17 pada saat itu dijabat oleh Alm. Pdt. J. Simangunsong yang dinyatakan secara resmi dengan sebutan “Gereja Bethel Indonesia GBI”. Adapun proses perolehan tempat tersebut berawal dari bantuan hamba Tuhan yakni Alm. Bapak Rh. Napitupulu yang saat itu menjabat Direktur PTP. IV yang bersedia datang menemui Ibu Vera Pardede yakni istri dari Bpk. Drs. Rudolf M, Pardede dengan maksud dan tujuan kedatangan beliau antara lain untuk menyampaikan sebuah permohonan dalam hal pemakaian tempat yang dimiliki oleh keluarga Pardede tersebut agar dapat dijadikan sebagai tempat ibadah GBI berlangsung. Sehingga atas persetujuan pengelola Hotel Danau Toba Internasional Medan tepatnya di ball room, sehingga saat ini tempat tersebut dapat dijadikan sebagai tempat ibadah GBI secara permanen. Oleh karena hal tersebut jemaat tidak lagi harus berpindah-pindah, bahkan dari gereja ini lahirlah gereja-gereja cabang GBI yang lain yang semakin lama semakin berkembang sehingga membentuk sebuah rayon baru yang dinamakan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV. Setelah melalui proses perjalanan yang cukup panjang, GBI dalam membuka cabang yang ada di gedung Medan Plaza juga akhirnya dapat ditempuh, bermula dari penglobian 17 Merupakan singkatan dari Badan Pengerja Daerah yaitu sebuah badan yang menaungi seluruh GBI se-Sumatera Utara dan berada dibawah pimpinan Badan Pengerja Pusat di Jakarta. Universitas Sumatera Utara 36 tempat tersebut yang dimana pada awalnya gedung Medan Plaza tepatnya pada lantai enam dan tujuh ialah tempat hiburan malam yakni sebuah tempat yang dijadikan sebagai bisnis pub dan karaoke. Namun setelah mengadakan negoisasi yang cukup panjang dalam upaya menjadikan tempat tersebut sebagai tempat ibadah. Akhirnya pada tahun 1997 gedung Medan Plaza tepatnya pada lantai enam dan lantai tujuh dapat diperoleh izin pemakaian gedung sebagai tempat yang akan digunakan untuk ibadah bagi gereja GBI. Sejak saat itu pembentukan gereja ini dalam perayaan ibadah pembukaanya dikenal dengan sebu tan “Gereja Bethel Indonesia Medan Plaza” GBI Medan Plaza. Dengan diperolehnya gedung Medan Plaza sebagai tempat ibadah maka, tercetus pula sebuah ide pemikiran dari Gembala Pembina Pdt. R. Bambang Jonan untuk menjadikan GBI Medan Plaza sebagai pusat perkantoran kesekretariatan gereja sekaligus dengan berpindahnya pusat perkantoran yang sebelumnya terdapat di Jl. Zaenal Arifin Medan, dengan sendirinya berpindah di Medan Plaza dan dijadikan sebagai pusat GBI Rayon IV itu sendiri. Pada tanggal 22 Agustus 2015 lalu terjadi peristiwa kebakaran Medan Plaza yang turut menghanguskan Gereja Bethel Indonesia Rayon IV yang berada di lantai 6 Medan Plaza. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan perkantoran GBI Rayon IV direlokasikan langsung ke Sumatera Resort. Sumatera Resort yang notabene dahulunya merupakan sebuah ressort yang terletak di Jalan Jamin Ginting KM 11,5 sudah dibeli dan menjadi milik GBI Rayon IV sejak lama dan kini sedang dibangun juga sebuah gedung besar yang bernama Rumah Persembahan House Universitas Sumatera Utara 37 of Sacrifice yang kelak akan dipakai sebagai gedung ibadah dan operasional gereja. Disamping itu bangunan-bangunan yang ada di Sumatera Resort juga dipakai untuk ibadah oleh GBI Simalingkar yang merupakan cabang GBI Rayon IV. Sehingga kini GBI Sumatera Resort menjadi pusat Rayon IV.

2.2. Deskripsi GBI Rayon IV Sumatera Resort