65 angkatan berikutnya. Dari penuturan Johannes Parhusip hal ini sering terjadi di
Departemen Musik. Dalam setiap audisi dan penerimaan pelayan tidak dipatokkan ataupun dibatasi
secara kuantitas jumlah pelayan berdasarkan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Namun, siapa saja yang mendaftarkan diri untuk melayani akan
diperhitungkan. Sementara itu, beberapa pelayanan lain tidak melakukan audisi untuk menerima pelayan-pelayan baru melainkan hanya melalui proses registrasi
saja.
3.4. Laki-laki adalah Imam
Di GBI memiliki nilai-nilai yang dibentuk atas paradigma, dimana pria adalah imam gereja maupun imam keluarga yang bertugas memimpin. Namun, tidak
dilarang perempuan untuk boleh berada di depan memimpin khotbah atau memimpin pujian. Hal ini dibuktikan dengan banyakanya WL, Singer, Pemusik,
bahkan Pendeta berasal dari kaum perempuan. Dengan kata lain harus tetap taat kepada imam.
Dari hasil wawancara dengan Pdm. Darsono Ambarita, S.Th dijelaskan Imam merupakan suatu jabatan dalam umat Israel yang penting peranannya. Seperti
yang tertulis di Alkitab, pada masa itu dijelaskan bahwa bangsa Israel merupakan bangsa pilihan Tuhan dan mayoritas masyarakatnya pada kala itu mengikut Tuhan
Yesus. Imam dalam ibadah memiliki tugas mempersembahkan korban, mengadakan doa syafaat dan memberi berkat. Dalam keluarga juga memiliki
imam, sama halnya seperti dalam sebuah gereja, karena keluarga diartikan sebagai sebuah gereja kecil milik Tuhan. Dalam pandangan Kristen di Alkitab
Universitas Sumatera Utara
66 menyatakan dengan tegas laki-laki adalah imam. Hal ini bermula di Perjanjian
Lama yang mana imam dikhususkan pada tradisi Suku Lewi, namun seiring perkembangan zaman keimaman ini juga berlaku pada suami-suami. Dalam nats
Alkitab yang tertulis di Efesus 5:23 yang berbunyi “Karena suami adalah kepala
isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.” Membenarkan posisi laki-laki adalah imam dalam sebuah keluarga.
Kenyataan ini merupakan suatu hierarki yang memang sudah demikian adanya sejak masa alkitabiah. Budaya paternalistik yang mendukung eksistensi laki-laki
sebagai imam, seperti halnya yang telah tertulis di dalam Alkitab. “Tetapi Aku
mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki adalah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah
Allah” 1 Korintus 11:3. Ini menggambarkan para pengikut Yesus sebagai “tubuh Kristus” dimana perempuan dan laki-laki adalah pengikut Kristus. Dengan
demikian, sekalipun perempuan memiliki kebebasan melayani bernubuat, bahkan mengajar, perempuan harus tetap tunduk dann taat kepada suami atau laki-laki
yang merupakan imam baginya di gereja maupun di keluarga. Itulah sebabnya dalam ibadah raya umumnya doa pembuka, doa syafaat dan doa penutup
dibawakan oleh laki-laki.
3.5. Pelayanan Perempuan dalam Perspektif Alkitab