1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum internasional adalah hukum atau peraturan yang berlaku diluar dari wilayah suatu negara. Secara umum, hukum internasional diartikan sebagai
himpunan dari peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara negara-negara dan subjek-subjek hukum lainnya dalam
kehidupan masyarakat internasional. Definisi dari hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu terbatas pada negara
sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek hukum internasional lainnya.
Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada paruh ke-2 abad XX, meningkatnya hubungan kerja sama dan
ketergantungan satu sama lain negara-negara, menhjamurnya negara-negara baru dalam jumlah nyang banyak sebagai akibat dekolonisasi, munculnya organisasi
– organisasi internasional dalam jumlah yang banyak dan mencakup berbagai
bidang, menyebabkan ruang lingkup hukum internasional menjadi lebih luas. Meskipun bermunculan berbagai subjek hukum internasional, negara masih tetap
memainkan peranan utama mengingat dampak kedaulatan yang dimilikinya terhadap keseluruhan sistem hukum internasional. Negara bukan saja merupakan
subjek utama, tetapi juga merupakan pemeran hukum internasional yang paling penting dalam menciptakan hukum internasional sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Negara-negara sebagai subjek hukum internasional memiliki kedudukan yang setara baik yang satu dengan yang lain di mata hukum internasional dan
tiap-tiap negara mempunyai hak untuk menegakkan yurisdiksi atau hukum nasionalnya atas dan hanya di dalam wilayahnya sendiri. Yurisdiksi dari suatu
negara dimulai dan berakhir berdasarkan wilayahnya sendiri. Dikarenakan hal tersebut, wilayah dari suatu negara sangat penting bagi negara tersebut. Wilayah
negara merupakan salah satu unsur penting berdirinya suatu negara sesuai dengan yang tertulis di dalam Konvensi Montevideo 1933. Di dalam hukum internasional,
dikenal ada 3 ruang atau wilayah dari suatu negara, yakni wilayah darat, perairan dan udara.
Wilayah udara suatu negara merupakan ruang udara diatas wilayah daratan dan, bila negara tersebut juga memilik wilayah laut, maka wilayah udara tersebut
juga merupakan ruang udara yang ada diatas laut teritorial negara tersebut. Perbatasan ruang udara antara satu negara dengan negara yang lain merupakan
garis lurus atau vertikal yang ditarik ke atas dari perbatasan wilayah darat dan laut teritorial antara masing-masing negara tersebut. Namun, hingga sekarang belum
ada ketentuan yuridis yang mengatur tentang seberapa jauh ukurannya garis tersebut dapat ditarik. Tidak ada satu pun perjanjian internasional yang
menegaskan perbatasan berapa jauh tinggi ruang udara suatu negara itu secara pasti untuk dapat memisahkan ruang udara suatu negara dengan ruang angkasa,
dimana berbeda dengan ruang udara, ruang angkasa tidak dapat dimiliki oleh negara manapun.
Berdasarkan prinsip atau asas teritorial yang dikenal di dalam hukum internasional, suatu negara berhak untuk mengatur bangsa dan benda-benda yang
Universitas Sumatera Utara
berada di dalam wilayahnya. Dalam hal ini, tidak hanya di dalam wilayah darat maupun perairan saja, tetapi termasuk juga di wilayah udara dari suatu negara,
dimana apabila ada suatu pesawat udara yang terbang melintasi wilayah udara suatu negara, maka pesawat udara tersebut harus terlebih dahulu mendapatkan izin
dari negara yang wilayah udaranya dilintasi tersebut. Dalam penerbangannya, pesawat udara tersebut juga harus mematuhi hukum yang berlaku serta mengikuti
jalur penerbangan yang ditentukan oleh negara yang wilayah udaranya dilintasi oleh pesawat udara tersebut.
Di dalam hukum internasional, dijumpai pengaturan-pengaturan mengenai wilayah udara beserta benda-benda udara yang kemudian dikenal sebagai hukum
udara internasional. Belum ada kesepakatan yang baku secara internasional mengenai pengertian hukum udara atau air law. Istilah-istilah yang digunakan
dalam hukum internasional berbeda-beda, terkadang digunakan istilah hukum udara atau air law, hukum penerbangan atau aviation law, hukum navigasi udara
atau air navigation law, hukum transportasi udara atau air trasnportation law, hukum penerbangan atau aerial law, serta hukum aeronautika penerbangan atau
aeronautical law. Istilah-istilah tersebut digunakan saling bergantian tanpa membedakan satu dengan yang lain.
Hukum udara internasional yang mengatur mengenai ruang udara beserta benda-benda udara mengakui juga akan kedaulatan suatu negara akan ruang
udaranya. Hal ini dijumpai di dalam pengaturan Pasal 1 Konvensi Chicago 1944, dimana dikatakan bahwa setiap negara mempunyai kedaulatan penuh dan
eskslusif atas wilayah udaranya.
Universitas Sumatera Utara
Arti dari kedaulatan yang penuh menegaskan pengertian bahwa suatu negara yang memiliki semua hak atas ruang udaranya, sedangkan kedaulatan
bersifat “exclusive” memberikan pengertian bahwa suatu negara adalah
merupakan satu-satunya penguasa dari wilayah udara diatas wilayah negaranya dan bukan negara lain. Perwujudan dari prinsip bahwa suatu negara memiliki
kedaulatan yang penuh dan eklusif atas ruang udara di atasnya adalah dimana negara tersebut memiliki hak-hak untuk melakukan hal-hal yang dianggap perlu
untuk dilakukan demi kepentingan negara yang bersangkutan dan juga melindungi wilayah udaranya tersebut.
Di dalam dunia internasional sering terjadi pelanggaran-pelanggaran terhadap batas teritorial suatu negara, baik itu wilayah darat, perairan maupun
udara. Dalam hal ini penulis berfokus pada pelanggaran-pelanggaran yang terjadi terhadap wilayah udara suatu negara. Pelanggaran-pelanggaran tersebut dilakukan
oleh benda-benda udara, baik oleh helikopter maupun oleh pesawat udara. Pelanggaran terhadap batas teritorial sangat rawan terjadi. Akhir-akhir ini
misalnya, Rusia yang ikut serta dalam konflik yang tengah terjadi di Suriah, negara tetangga dari Turki, sering melanggar wilayah atau ruang udara dari Turki.
Dalam pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Rusia tersebut, jelas terjadinya pelanggaran terhadap batas wilayah udara Turki yang menyebabkan gangguan
terhadap kedaulatan Turki atas wilayah udaranya, sehingga pada akhirnya terjadi penembakan terhadap pesawat tempur Rusia yang dilakukan oleh pesawat Turki
sebagai akibat pelanggaran yang dilakukan oleh pesawat tempur Rusia tersebut terhadap wilayah udara Turki. Maka dengan berdasarkan pada pembahasan
diatas, maka penulis ingin lebih mengetahui mengenai pengaturan atau tinjauan
Universitas Sumatera Utara
secara yuridis dari hukum udara internasional terhadap penembakan yang dilakukan oleh Turki terhadap pesawat tempur Rusia yang melakukan
pelanggaran terhadap wilayah udaranya dan selanjutnya memilih judul skripsi:
“TINJAUAN YURIDIS HUKUM UDARA INTERNASIONAL DALAM KASUS
JATUHNYA PESAWAT
TEMPUR RUSIA
AKIBAT PENEMBAKAN TURKI.
”
B. Rumusan Masalah