merupakan bagian dari angkasa, karena itu harus diatur secara khusus yang memberi kesempatan yang adil dan berimbang antara negara-negara maju dengan
negara-negara berkembang, terutama sekali bagi negara-negara katulistiwa. Penentuan batas udara dengan angkasa diusulkan berbagai negara dengan
kriteria yang berbeda-beda antara lain atas dasar adanya atmosfer, pembagian berdasarkan lapisan-lapisan atmosfer, garis von Karman, orbit satelit terendah,
efektivitas pengawasan, pembagian zona angkasa dan udara, teori fungsional, teori gravitasi bumi, ketinggian kemampuan pesawat udara sipil yang dapat
melakukan penerbangan. Uni Soviet mengusulkan pada ketinggian 100 km diatas permukaan bumi, Perancis mengusulkan antara 50 mil sampai 80 mil, sedangkan
Kanada mengusulkan berdasarkan formula matematika antara 64 hingga 100 km. Menurut teori gravitasi, wilayah kedaulatan udara suatu negara sampai ketinggian
tertentu dimana sudah tidak ada daya tarik bumi, sedangkan menurut garis von Karman menyatakan bahwa batas kedaulatan udara suatu negara sampai suatu
titik dimana peralatan penerbangan sudah tidak mendapatkan daya aerodinamika. Semua usul tersebut sampai saat ini belum ada kata sepakat secara internasional.
Mengingat semua usul tidak dapat diterima secara internasional, maka saat ini berlaku hukum kebiasaan internasional sesuai dengan kemampuan negara tersebut
mempertahankan kedaulatannya.
22
C. Kedudukan Wilayah Negara Berdasarkan Hukum Internasional
Sesuai dengan Konvensi Montevideo 1933, wilayah negara merupakan salah satu unsur penting dari suatu negara, oleh karena itu tanpa adanya wilayah,
22
Ibid, hal. 66
Universitas Sumatera Utara
maka tidak akan berdiri suatu negara. Tanpa adanya wilayah, maka tidak akan ada tempat bagi masyarakat suatu negara untuk tinggal. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya wilayah negara sangatlah penting dan hukum internasional menyadari hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dari berbagai konvensi internasional yang di
dalamnya terdapat pengaturan-pengaturan mengenai wilayah negara dan juga kedaulatan negara atas wilayahnya sendiri. Dari konvensi-konvensi tersebut, dapat
dimengerti bahwa hukum internasional mengakui akan adanya kedaulatan teritorial, dimana suatu negara memiliki kedaulatan penuh atas wilayahnya sendiri
beserta hak eksklusif bagi suatu negara untuk menjalankan yurisdiksinya di dalam wilayahnya sendiri. Bahkan telah dibahas sebelumnya, melalui kedaulatan, suatu
negara dapat mendapatkan dan atau memperluas wilayahnya. Menurut D.P O’Connell, kedaulatan dan wilayah berkaitan erat karena pelaksanaan kedaulatan
didasarkan pada wilayah, sementara S.T. Bernardez, berpendapat bahwa wilayah adalah prasyarat fisik untuk adanya kedaulatan territorial. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya wilayah, maka tidak akan ada kedaulatan teritorial yang merupakan salah satu hak negara, sesuai dengan yang tercantum di
dalam Konvensi Montevideo 1933. Untuk melihat bagaimana hukum internasional mengakui dan melindungi
kedaulatan teritorial atau kedaulatan suatu negara atas wilayah-wilayahnya, dapat dilihat dari bagaimana kedaulatan suatu negara dalam wilayah udaranya diakui
oleh Pasal 1 Konvensi Chicago 1944 yang menyatakan, “The Contracitng States
recognize that every state has complete and exclusive sovereignty over the airspace above its territory,” kemudian bagaimana negara pantai maupun negara
yang menyatakan dirinya adalah negara kepulauan dapat melaksanakan
Universitas Sumatera Utara
yurisdiksinya sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur di dalam UNCLOS 1982, dimana disebutkan juga land-locked states, yaitu negara-negara tanpa
wilayah perairan atau laut. Hukum internasional melarang suatu negara untuk ikut campur terhadap permasalahan yang terjadi dalam suatu wilayah negara lain,
dikarenakan kedaulatan eksklusif negara tersebut di dalam wilayahnya sendiri. Oleh karena pengakuan hukum internasional terhadap kedaulatan teritoral, hukum
internasional juga cenderung mengatur dan melindungi wilayah negara dikarenakan di dalam wilayah suatu negara terdapat kedaulatan teritorial tersebut
yang dimiliki suatu negara. Wilayah negara adalah merupakan batasan dari berlakunya hukum nasional dan internasional. Hukum atau yurisdiksi daripada
suatu negara akan dimulai dan harus berakhir di wilayahnya sendiri, kecuali ada kesepakatan-kesepakatan tertentu dengan negara lain. Di luar wilayah suatu
negara, akan berlaku hukum nasional daripada negara lain dan hukum internasional. Kejelasan wilayah suatu negara sangatlah penting juga untuk
menghindari terjadinya sengketa-sengketa antarnegara yang saling berdekatan atau berbatasan. Hukum internasional tidak menentukan syarat seberapa harus
luasnya wilayah suatu negara untuk dapat dianggap sebagai unsur konstitutif suatu negara.
23
23
Prof. Dr. Boer Mauna, Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: P.T. Alumni. 2011. Hal. 20
Universitas Sumatera Utara
78
BAB IV TINJAUAN YURIDIS HUKUM UDARA INTERNASIONAL DALAM
KASUS JATUHNYA PESAWAT TEMPUR RUSIA AKIBAT PENEMBAKAN TURKI
A. Pelanggaran-Pelanggaran Wilayah Udara