Pelanggaran-Pelanggaran Wilayah Udara Tinjauan Yuridis Hukum Udara Internasional Dalam Kasus Jatuhnya Pesawat Tempur Rusia Akibat Penembakan Turki

78 BAB IV TINJAUAN YURIDIS HUKUM UDARA INTERNASIONAL DALAM KASUS JATUHNYA PESAWAT TEMPUR RUSIA AKIBAT PENEMBAKAN TURKI

A. Pelanggaran-Pelanggaran Wilayah Udara

Dalam dunia internasional, sering terjadi pelanggaran terhadap kedaulatan di wilayah udara yang terjadi karena berbagai alasan. Kasus pelanggaran udara internasional yang pernah terjadi, misalnya yang pernah dialami oleh pesawat udara EL AL Constellation pada tahun 1955, DC-7 Red Cross pada tahun 1969, DC-8 Alitalia pada tahun 1970, Boeing 727 Libya pada tahun 1973 dan kasus- kasus lain yang terjadi di Congo, Kuba, Angola, Vietnam, Kamboja, Mozambik dan Chad, Boeing 707 Korean Airlines pada tahun 1983 serta Air France pada tahun 1952. Dalam Hukum Udara Internasional, ketentuan yang menyangkut pelanggaran wilayah terdapat di dalam Konvensi Chicago 1944. Menurut Pasal 1 dan Pasal 6 Konvensi Chicago 1944, setiap negara mempunyai kedaulatan penuh atas dan eksklusif atas atas wilayah udara di atasnya. Tidak ada penerbangan berjadwal maupun penerbangan lainnya dapat dilakukan tanpa mendapat izin terlebih dahulu. Pasal lainnya yang berkenaan dengan dengan pelanggaran wilayah udara terdapat dalam Pasal 3 dan 9 Konvensi Chicago 1944. 24 Pelanggaran wilayah udara dilakukan oleh berbagai jenis pesawat udara, baik oleh pesawat udara sipil maupun oleh pesawat udara militer. Dalam kasus terjadinya pelanggaran wilayah udara yang dilakukan pesawat sipil pernah 24 Prof. Dr. H. K. Martono, S.H., LLM., Dr. Amad Sudiro S.H. M.H., M.M., Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012. Hal. 71 Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh Korean Airlines. Pada 1 September 1983, pesawat Korean Airlines, dengan nomor penerbangan KL007 ditembak jatuh oleh pesawat udara penyergap Uni Soviet yang menelan korban 269 orang termasuk awak pesawat udaranya meninggal dunia. Kasus penembakan tersebut menimbulkan gelombang kemarahan masyarakat internasional baik dari sisi hukum, ekonomi, maupun kemanusiaan dikemukakan sebagai argumentasi. ICAO juga segera melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya penembakan tersebut dan merekomendasikan negara anggota ICAO untuk menahan diri dari pengunaan senjata terhadap pesawat udara sipil. Penyergapan pesawat udara sipil tetap harus memperhatikan keselamatan penumpang, awak pesawat udara, barang- barang yang diangkut, dan pesawat udaranya. Sebagai negara berdaulat yang wilayah udaranya dilanggar oleh pesawat udara tanpa izin atau persetujuan terlebih dahulu, negara tersebut wajib memberi peringatan adanya pelanggaran pesawat udara tersebut, memerintahkan agar pesawat udara kembali atau meninggalkan wilayah udara tersebut atau memerintahkan untuk mendarat. Bilamana terjadi pelanggaran wilayah, negara tersebut dapat melakukan proses melalui saluran resmi, supaya negara pendaftar pesawat udara menyampaikan permintaan maaf dan bilamana menimbulkan kerugian dapat menuntut kompensasi atas kerugian yang diderita oleh warga negaranya, tetapi bilamana negara tersebut menggunakan senjata untuk memaksa pesawat udara yang melakukan pelanggaran wilayah, tanpa memberi kesempatan kepada pesawat udara yang melakukan pelanggaran wilayah, tanpa memberi kesempatan kepada pesawat udara kembali ke jalur seharusnya atau untuk mendarat, jelas tindakan negara tersebut melanggar hukum internasional. Universitas Sumatera Utara Menurut ajaran atau doktrin hukum tentang bela diri, pengunaan senjata untuk memaksa pesawat udara yang melakukan pelanggaran di wilayah adalah berlebihan dan tidak seimbang dengan ancaman yang dihadapi. Lebih lanjut, tindakan negara tersebut dapat dikatakan menyalahgunakan kekuasaan atau merupakan abuse of power sehingga negara tersebut dapat dituntut oleh negara pendaftar pesawat udara, untuk mengganti kerugian yang diderita oleh penumpang, untuk dan atas nama korban. Dalam kasus demikian, tindakan negara yang menembak pesawat udara sipil, juga bertentangan dengan hukum internasional, khususnya hak-hak asasi manusia, karena penumpang yang tidak bersalah menjadi korban. Di samping itu, penggunaan senjata untuk memaksa pesawat udara sipil tersebut tidak sesuai dengan prinsip “safety first” dari hukum udara internasional yang tersirat maupun tersurat di dalam Pasal 44 huruf a Konvensi Chicago 1944. Negara pendaftar pesawat udara dapat menuntut kerugian yang diderita oleh korban kepada negara yang menyergap dan menembak pesawat udara. Sebenarnya tata cara penyergapan pesawat sipil telah diatur dalam Annex 2 Konvensi Chicago 1944 tanpa menggunakan senjata, tetapi dalam pelaksanaannya sering ditembak oleh pesawat udara militer di udara maupun penembakan dari darat. Korea saat itu tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Uni Soviet, karena itu Korea menuntut melalui Dewan Keamanan PBB agar Uni Soviet mengadakan investigasi penembakan pesawat udara Boeing 747 dengan nomor penerbangan KL007, Uni Soviet menyampaikan pernyataan maaf kepada Korea, Uni Soviet wajib memberi ganti kerugian, pelaku penembakan harus dipidana dan harus dicegah agar jangan sampai terulang kembali. Jepang juga menuntut Uni Universitas Sumatera Utara Soviet untuk dan atas nama 25 warga negara Jepang yang menjadi korban, mengirim surat kepada Uni Soviet yang isinya mengatakan bahwa tindakan penembakan pesawat udara KL007 merupakan tindakan agresi bersenjata tanpa perikemanusiaan, karena itu Uni Soviet harus bertanggung jawab, pemerintah Uni Soviet harus meminta maaf kepada Jepang dan melarang warga negara Jepang terbang ke Uni Soviet. Gelombang protes juga datang dari negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Anggota North Atlantic Treaty Organization atau NATO, seperti Jerman, Italia, Belgia, Luxemburgo, Spanyol, serta Denmark yang membatalkan hubungan udara dengan Uni Soviet dan melarang pesawat Aeroflot terbang melalui wilayah udara mereka. Namun demikian, Uni Soviet tutup telinga, bahkan Uni Soviet mengatakan bahwa tindakannya sesuai dengan ketentuan hukum internasional yang dijamin dalam Konvensi Chicago 1944, karena itu berhak mempertahankan wilayahnya terhadap pelanggaran tanpa izin atau persetujuan lebih dahulu, bilamana menuntut ganti rugi, Rusia menyatakan bahwa penuntut seharusnya meminta kepada Korea dan Amerika Serikat karena kedua negara tersebut sengaja melakukan kegiatan mata- mata di atas wilayah udara Turki. 25 Pada tahun 1952, pesawat udara milik Air France dalam penerbangannya dari Frankfurt ke Berlin, Jerman dituduh oleh Uni Soviet menyimpang dari rutenya dan melanggar wilayah Jerman timur.dan pada tahun 1955 pesawat udara EL AL Constellation dalam penerbangannya dari London ke Israel melanggar wilayah Bulgaria dan ditembak jatuh oleh pesawat militer MIG-15 Bulgaria. Pada tahun 1962 telah terjadi empat kali penembakan pesawat udara sipil oleh pesawat 25 Ibid, hal. 72 Universitas Sumatera Utara udara Alitalia DC-8 ditembak dengan peluru kendali dekat Damaskus, tetapi pesawat udara dapat mendarat dengan selamat. Pada bulan Februari 1973, pesawat udara Libya Boeing 727 dipaksa mendarat oleh oleh pesawat udara militer Israel karena tidak mematuhi pesawat udara yang menyergap. Pada bulan April 1978, pesawat udara Boeing 707 ditembak oleh Uni Soviet dan terpaksa mendarat di Murmanks dan dua penumpang meninggal dunia. Penembakan pesawat udara sipil yang melanggar wilayah juga dapat dilakukan dari darat seperti terjadi pada 1978-1979 dua pesawat udara jenis Viscount dan HS 748 ditembak oleh gerilya di darat, dan semua penumpangnya meninggal dunia. Selama 21 tahun telah terjadi penembakan pesawat udara dari darat ke udara seperti yang pernah terjadi di Kongo, Kuba, Angola, Vietnam, Kamboja, Mozambik dan Chad. 26 Masih sekitar tahun 1950-an, juga terajdi pelanggaran yang dilakukan oleh pesawat militer yang dianggap sebagai state aircraft yang berhubungan dengan Rusia yang dulu masih bernama Uni Soviet. Kala itu, sebuah pesawat udara mata- mata RB-47 jenis Dakota, DC-3 atau C-46 milik Amerika Serikat yang sedang melakukan penerbangan mata-mata di laut lepas Sachalin, digiring oleh pesawat udara militer milik Uni Soviet. Setelah masuk wilayah Uni Soviet, pesawat udara tersebut ditembak jatuh dan penerbangnya diadili menurut hukum Uni Soviet. Pada saat itu Amerika Serikat protes keras terhadap tindakan Uni Soviet karena pesawat tersebut melakukan penerbangan di atas laut lepas dan digiring masuk wilayah Uni Soviet. Hal ini berbeda dengan kasus U-2 pada tahun 1960-an. Pesawat udara mata-mata jenis U-2 milik Amerika Serikat melakukan penerbangan mata-mata di atas wilayah udara Uni Soviet. Pesawat udara yang 26 Ibid, hal. 74 Universitas Sumatera Utara mampu terbang pada ketinggian 76.000 kaki tersebut dapat ditembak jatuh oleh militer Uni Soviet dan penerbangnya diadili menurut hukum nasional Uni Soviet. Sikap Amerika Serikat terhadap kasus penembakan U-2 dan RB-47 sangat berbeda. Dalam kasus U-2 Amerika Serikat bungkam karena pengakuan mereka akan kemampuan Uni Soviet untuk mempertahankan kedaulatannya. 27 Selanjutnya, juga ada pelanggaran udara yang dilakukan oleh Turki. Tepatnya pada tanggal 8 Oktober 1996, satu unit pesawat tempur F-16 D Block 40 Turki ditembak jatuh oleh rudal R.550 Magic II yang dilepaskan oleh pesawat tempur Mirage 2000 Yunani. Pesawat tempur F-16 Turki yang tertembak jatuh ini adalah bagian dari 4 unit F-4 dan 2 unit F-16 Turki yang sedang sedang berlatih didekat perbatasan dengan wilayah Yunani dan sempat melanggar wilayah udara Yunani. Yunani yang mengirimkan 2 unit pesawat tempur Mirage 2000 untuk mengusir ke-enam unit pesawat tempur Turki ini. Dua unit pesawat tempur F-16 Block 40 Turki ini mengambil sikap melawan terhadap 2 unit pesawat tempur Mirage 2000 Yunani. Dalam pertarungan tersebut, sebuah pesawat tempur Mirage 2000 Yunani yang dipiloti Lt. Grivas menembakkan sebuah rudal Magic IR yang menyebabkan satu dari dua unit F-16 D Block 40 Turki tersebut jatuh. Satu dari dua pilot dalam pesawat tempur ini meninggal dan satu lagi berhasil menyelamatkan diri dengan kursi lontar dan diselamatkan oleh pasukan militer Yunani. Satu unit pesawat tempur F-16 Turki lainnya segera meninggalkan arena pertarungan dan memasuki wilayah udara Internasional. Peristiwa tertembaknya satu unit pesawat tempur F-16 D Block 40 Turki oleh pesawat tempur Mirage 2000 Yunani membuat ketegangan antar kedua 27 Ibid, hal. 70 Universitas Sumatera Utara negara semakin meningkat. Namun kedua negara sepakat untuk merahasiakan kejadian ini dan menyebutkan bahwa penyebab jatuhnya adalah karena masalah Mechanical failure. Tahun 2003, Pemerintah Yunani menyebutkan bahwa pesawat tempur tersebut jatuh sebagai tindakan tegas Yunani atas pelanggaran wilayah udaranya oleh pesawat tempur Turki tersebut. Selanjutnya tahun 2012 yang lalu, pemerintah Turki mengakui bahwa pesawat tempur tersebut jatuh setelah ditembak pesawat tempur Yunani. Selanjutnya pada tanggal 23 Mei 2006, dua unit pesawat tempur F-16 C Block 52 Yunani dikerahkan untuk menghalau satu unit pesawat mata-mata RF-4 dan 2 unit F-16 C Block 52 Turki yang masuk kedalam wilayah FIR Athena, Yunani. Kedua kubu pesawat tempur ini akhirnya saling berhadap-hadapan diatas wilayah Laut Aegean sehingga kedua kubu membuat manuver berbahaya untuk mengusir lawannya. Dalam manuver berbahaya antara kedua kubu ini, terjadi tabrakan maut yang melibatkan 1 unit F- 16 C Block 52 Turki dengan 1 unit F-16 C Block 52 Yunani. Kedua pesawat tempur ini akhirnya jatuh kelaut. Pilot pesawat tempur F-16 Turki, seorang Letnan yang bernama Halil Ibrahim Ozdemir berhasil menyelamatkan diri menggunakan kursi pelontar dan akhirnya diselamatkan oleh pasukan militer Yunani. Sedangkan pilot pesawat tempur F-16 Yunani dikabarkan gugur akibat tabrakan ini. Turki dan Yunani memang adalah dua negara bertetangga yang memiliki konflik perbatasan yang cukup panjang dan menegangkan. Tidak jarang konflik kepentingan dan klaim wilayah menyebabkan militer kedua negara harus berhadapan meski dalam skala yang tidak besar. Cukup sering terjadi pelanggaran wilayah udara Yunani yang dilakukan pesawat tempur Turki dan sebaliknya. 28 28 http:pesawattempur.comread36Pertarungan_Pesawat_Tempur_Turki_Melawan_Yunani\ Universitas Sumatera Utara

B. Kasus Jatuhnya Pesawat Tempur Rusia Akibat Penembakan Turki