Analisis Data Etik Penelitian

4..3. Hubungan antara Merokok dengan Insomnia Distribusi responden menurut riwayat merokok dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hubungan antara riwayat merokok dengan insomnia Merokok Insomia Tidak Insomnia N Insomnia N P Ya 2 2,1 4 4,2 0,339 Tidak 46 47,9 44 45,8 Ket: Analisis Fisher Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat 2 orang merokok 2,1 yang tidak mengalami insomnia, dan 4 orang merokok 4,2 yang mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 46 orang tidak merokok 47,9 yang tidak mengalami insomnia,dan 44 orang tidak merokok 45,8 yang mengalami insomnia. Pada penelitian kali ini p0,05 sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara merokok dengan insomnia.berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh punjabi dan kawan-kawan di tahun 2006 dalam Sanchi, 2009 yang meneliti efek nikotin pada pola tidur seseorang. Perokok ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur dibanding orang yang tidak merokok. Secara teoritis, nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seolah menagih nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur. Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, mereka juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira 2 jam. 12

4.4 Hubungan antara konsumsi alkohol dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat konsumsi alcohol dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Hubungan antara konsumsi alcohol dengan insomnia Konsumsi alcohol Insomia Tidak Insomnia N Insomnia N P Ya 0 0,00 3 3,1 0,121 Tidak 48 50 45 46,9 Ket: Analisis Fisher Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat 3 responden yang mengkonsumsi alkohol 3,1 mengalami insomnia, dan 0 orang mengkonsumsi alkohol 0 yang tidak mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 48 orang tidak mengkonsumsi alkohol 50 yang tidak mengalami insomnia, dan 45 orang tidak mengkonsumsi alkohol 46,9 yang mengalami insomnia. Karena nilai p0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara minum alkohol dengan kejadian insomnia. Alkohol dapat meningkatkan depresi terhadap sistem saraf pusat. Alkohol diserap oleh tubuh melalui berbagai cara, termasuk juga melalui pernapasan. Penyerapan terjadi setelah alkohol masuk ke dalam usus halus.Alkohol didistribusikan ke jaringan tubuh dan dimetabolisasi menjadi asetaldehida, asam asetat, dan akhirnya karbon dioksida. Metabolisme tersebut terjadi di hati, ginjal, paru-paru dan otot. Metabolisme tersebut kira-kira 8 gram tiap jam. Alkohol yangtidak dimetabolisasi diekskresi melalui urin dan paru-paru. Dengan efek depresi terhadap system saraf pusat juga mempengaruhi kerja neurotransmitter-neurotransmiter yang bekerja di otak sehingga menyebabkan keadaan insomnia 13

4.5 Hubungan antara Konsumsi Kopi dengan Insomnia

Distribusi responden menurutriwayat konsumsi kopi dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Hubungan antara konsumsi kopi dengan insomnia Konsumsi kopi Insomia Tidak Insomnia N Insomnia N p Ya 37 38,5 29 30,2 0,078 Tidak 11 11,5 19 19,8 Ket: Analisis Chi Square Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa 37 orang mengkonsumsi kopi 38,5 yang tidak mengalami insomnia, dan 29 orang mengkonsumsi kopi 30,2 yang mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 11 orang tidak mengkonsumsi kopi 11,5 yang tidak mengalami insomnia, dan 19 orang tidak mengkonsumsi kopi 19,8 yang mengalami insomnia. karena nilai p 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi kopi dengan insomnia. Pada literatur disebutkan bahwa efek overdosis dari kafein mulai terjadi jika dikonsumsi lebih dari 300 mg yang salah satu efeknya adalah insomnia 5. .Pada penelitian kali ini peneliti