ALUR PENELITIAN Metode Pengolahan Data

4..2. Hubungan antara Jenis Kelamin Responden dengan Insomnia Distribusi responden menurut jenis kelamin dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hubungan antara jenis kelamin dengan insomnia Jenis Kelamin Insomia Tidak Insomnia N Insomnia N p Odd Ratio Laki-laki 8 8,3 17 17,7 0,036 0,365 0,139-0,955 Perempuan 40 41,7 31 32,3 Ket: Analisis Chi Square Jenis kelamin diduga dapat mempengaruhi kejadian insomnia.Hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi responden yang mengalami insomnia pada laki-laki sebanyak 17 orang 17,7. Sedangkan pada perempuan diketahui terdapat 31 orang 32,3 yang mengalami insomnia.dengan nilai p = 0,036 maka terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan insomnia. Pada penelitian didapatkan bahwa jenis kelamin memiliki risiko 0,365 kali lipat mengalami insomnia OR = 0,365 CI =0,139-.0,955 Penelitian mengenai perbedaan gender untuk kejadian insomnia pada sebuah studi yang di lakukan di Hongkong dimana wanita mempunyai faktor risiko 1.6 kali terjadinya insomnia dibanding pria.Kadar serotonin pada wanita lebih rendah dari pada pria dimana pada wanita kecepatan biosintesis serotonin rendah dibanding pria sehingga biasanya wanita lebih mudah mengalami depresi dibanding pria Keshavan et al, 2008. Penelitian kualitas tidur subyektif pada pasien depresi dimana mayoritas pasien depresi mengeluh adanya insomnia Nofzinger, 1999. Berdasarkan penelitian sebelumnya keadaan insomnia pada wanita dipengaruhi oleh rendahnya kadar serotonin yang meningkatkan risiko untuk terjadinya depresi serta meningkatkan risiko kejadian insomnia. 4..3. Hubungan antara Merokok dengan Insomnia Distribusi responden menurut riwayat merokok dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hubungan antara riwayat merokok dengan insomnia Merokok Insomia Tidak Insomnia N Insomnia N P Ya 2 2,1 4 4,2 0,339 Tidak 46 47,9 44 45,8 Ket: Analisis Fisher Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat 2 orang merokok 2,1 yang tidak mengalami insomnia, dan 4 orang merokok 4,2 yang mengalami insomnia. Sedangkan diketahui 46 orang tidak merokok 47,9 yang tidak mengalami insomnia,dan 44 orang tidak merokok 45,8 yang mengalami insomnia. Pada penelitian kali ini p0,05 sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara merokok dengan insomnia.berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh punjabi dan kawan-kawan di tahun 2006 dalam Sanchi, 2009 yang meneliti efek nikotin pada pola tidur seseorang. Perokok ternyata membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur dibanding orang yang tidak merokok. Secara teoritis, nikotin akan hilang dari otak dalam waktu 30 menit. Tetapi reseptor di otak seorang pecandu seolah menagih nikotin lagi, sehingga mengganggu proses tidur. Pada pecandu akut yang baru mulai kecanduan rokok, selain lebih sulit tidur, mereka juga dapat terbangun oleh keinginan kuat untuk merokok setelah tidur kira-kira 2 jam. 12

4.4 Hubungan antara konsumsi alkohol dengan Insomnia

Distribusi responden menurut riwayat konsumsi alcohol dengan insomnia dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Hubungan antara konsumsi alcohol dengan insomnia Konsumsi alcohol Insomia Tidak Insomnia N Insomnia N P Ya 0 0,00 3 3,1 0,121 Tidak 48 50 45 46,9 Ket: Analisis Fisher Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa terdapat 3 responden yang mengkonsumsi alkohol 3,1 mengalami insomnia, dan 0 orang mengkonsumsi alkohol 0 yang tidak mengalami