BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Alat– Alat
Adapun alat –alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: -
Spektrofotometer FT-IR Agilent Technologies
- Spektrofotometer Serapan Atom
GF Perkin Elmer -
Scanning Electron Microscope JSM-35 C Shumandju
- Labu takar 250 mL
Pyrex -
Labu takar 1000 mL Pyrex
- Gelas Beaker 5 L
Pyrex -
Gelas ukur 100 mL Pyrex
- Indikator pH universal
Sartorius -
Hotplate stirrer Fishons
- Magnetic bar
- Neraca analitis
Metler PM 480 -
Termometer 110
o
C Fisher
- Oven
- Blender
- Pipet tetes
- Cawan penguap
- Cawan porselen
Pyrex -
Gelas Erlenmeyer 250 mL Pyrex
Universitas Sumatera Utara
3.2. Bahan – Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: -
Sabut buah pinang -
Asam suksinat p.a E’Merck
- KBr
p.a E’Merck -
NaNO
2
p.a E’Merck -
HNO
3
p.a E’Merck -
Asam asetat glasial p.a E’Merck
- NaOH pellet
p.a E’Merck -
HCl p.a E’Merck
- NaOCl
p.a E’Merck -
H
2
O
2
p.a E’Merck -
Aquadest -
Kertas saring no. 42 Whatman
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Preparasi Sampel
Sabut buah pinang dikeringkan, digunting kecil-kecil dan diblender sampai menjadi serbuk.
3.3.2. Pembuatan Pereaksi
3.3.2.1. Pembuatan Larutan NaOH 17,5
Ditimbang NaOH pellet sebanyak 175 gram dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 mL.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2.2. Pembuatan Larutan H
2
O
2
10
Sebanyak 333 ml H
2
O
2
30 dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml, ditambahkan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.
3.3.2.3. Pembuatan Larutan NaOCl 1,7
Sebanyak 136 ml NaOCl
p
12 dimasukkan ke dalam labu takar 1000 ml, ditambahkan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.
3.3.2.4. Pembuatan Larutan Buffer Asetat
Sebanyak 27 gram NaOH pellet dilarutkan dengan 500 ml aquadest dalam gelas Beaker, diaduk hingga larut, lalu dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml yang
telah berisi 75 ml asam asetat glasial, ditambahkan dengan aquadest hingga garis tanda, dihomogenkan.
3.3.2.5. Pembuatan NaOH 2
Ditimbang NaOH pellet sebanyak 20 gram dan dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 ml.
3.3.2.6. Pembuatan HNO
3
3,5
Sebanyak 54,6 ml HNO
3
65 diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 ml hingga garis batas, lalu dihomogenkan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.2.7. Larutan Seri Standar Cu
2+
3.3.2.7.1.Larutan Seri Standar Cu
2+
100 mgL
Sebanyak 25 mL CuNO
3 2
dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, ditambahkan aquadest hingga garis batas dan dihomogenkan.
3.3.2.7.2.Larutan Seri Standar Cu
2+
200 mgL
Sebanyak 50 mL CuNO
3 2
dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, ditambahkan aquadest hingga garis batas dan dihomogenkan.
3.3.2.7.3.Larutan Seri Standar Cu
2+
300 mgL
Sebanyak 75 mL CuNO
3 2
dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, ditambahkan aquadest hingga garis batas dan dihomogenkan.
3.3.2.7.4.Larutan Seri Standar Cu
2+
400 mgL
Sebanyak 100 mL CuNO
3 2
dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, ditambahkan aquadest hingga garis batas dan dihomogenkan.
3.3.2.7.5.Larutan Seri Standar Cu
2+
500 mgL
Sebanyak 125 mL CuNO
3 2
dimasukkan ke dalam labu takar 250 mL, ditambahkan aquadest hingga garis batas dan dihomogenkan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.3. Isolasi Alfa Selulosa dari Sabut Buah Pinang
Isolasi alfa selulosa dari sabut buah pinang Areca catechu L. dengan metode kimia. Serbuk dimasukkan ke dalam gelas Beaker, ditambahkan 1 Liter HNO
3
3,5 dan 10 mg NaNO
2
serta dipanaskan di atas hot plate pada suhu 90
o
C selama 2 jam sambil diaduk, disaring residu dan dicuci hingga filtrat netral. Residu yang sudah netral
dilarutkan dalam 1 Liter NaOH 2 dan dipanaskan di atas hot plate pada suhu 80
o
C selama 4 jam sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer, disaring residu dan
dicuci hingga filtrat netral. Residu yang sudah netral diputihkan menggunakan 1 Liter campuran larutan buffer asetat dan NaOCl 1,7 dengan perbandingan 1:1 dan
dipanaskan di atas hot plate pada suhu 80
o
C selama 6 jam sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer.
Dilakukan penghilangan beta dan gamma selulosa dengan melarutkan residu yang sudah netral ke dalam 500 mL larutan NaOH 17,5 dan dipanaskan di
atas hot plate pada suhu 80
o
C selama 30 menit sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer, disaring residu dan dicuci hingga filtrat netral. Residu yang udah
netral diputihkan menggunakan 500 mL H
2
O
2
10 dan dipanaskan pada suhu 60
o
C selama 15 menit sambil diaduk menggunakan magnetic stirrer, disaring residu dan
dicuci hingga filtrat netral. Diperoleh alfa selulosa basah dan dikeringkan di dalam oven pada suhu 60
o
C selama 4 jam. Dihasilkan alfa selulosa kering dan disimpan dalam desikator yang kemudian dianalisis menggunakan FT-IR, dan diuji morfologi
permukaannya menggunakan SEM.
3.3.4. Pembuatan Selulosa Suksinat
Pembuatan selulosa suksinat berdasarkan metode yang telah dimodifikasi dari Marshall Marshall et al., 1999. Sebanyak 0,5 gram selulosa kering dicampurkan
dengan larutan asam suksinat 1,5 gram dalam 8 mL aquadest. Setelah itu diaduk selama 30 menit. Bubur selulosa asam dituangkan kedalam cawan porselen dan
dikeringkan di dalam oven pada 50
o
C selama 12 jam untuk menghomogenkan
Universitas Sumatera Utara
campuran. Kemudian suhu dinaikkan menjadi 120
o
C selama 12 jam agar reaksi terjadi secara sempurna. Diangkat dari oven dan dibiarkan hingga dingin. Kemudian
dicuci dengan 200 mL aquadest hangat untuk selanjutnya dikeringkan kembali di dalam oven pada suhu 50
o
C selama 4 jam dan disimpan di dalam desikator. Kemudian dianalisis dengan menggunakan spektroskopi FT-IR, dihitung derajat
substitusinya dan dianalisa menggunakan SEM.
3.3.5. Karakterisasi Hasil Reaksi
3.3.5.1. Analisis Gugus Fungsi dengan FT-IR
Untuk masing-masing cuplikan selulosa dan selulosa suksinat berwujud padat digerus dengan KBr anhidrat hingga homogen dan menjadi serbuk halus dan dicetak hingga
bentuk pellet serta diukur spektrumnya dengan alat Spektrofotometer FT-IR model Agilent Technologies.
3.3.5.2. Analisis Morfologi dengan SEM
Analisis dilakukan untuk memperlajari morfologi dari selulosa dan selulosa suksinat. Hasil analisis SEM akan memunculkan rongga hasil pencampuran sehingga
memberikan gambaran seberapa baik hasil yang diperoleh.
3.3.5.3. Penentuan Derajat Substitusi
Derajat subtitusi dari selulosa suksinat dapat dievaluasi dengan metode FT-IR dari perbandingan absorbansi pada 1720 cm
-1
dianggap berasal dari pita karbonil dan absorbansi pada 3348 cm
-1
berasal dari pita hidoksil, dihitung menggunakan persamaan :
Universitas Sumatera Utara
DS = ��
�
1720
�
3348
� − 0,10� x 100
Dimana DS adalah derajat subtitusi dan nilai 0,10 mewakili gugus hidroksil yang spesifik dalam selulosa asli.
3.3.5.4. Analisis Serapan Ion Logam Cu
2+
dengan SSA
Pada penelitian ini, sebelum dilakukan analisis sampel dilakukan pemeriksaan terhadap alat spektrofotometer serapan atom SSA dengan kondisi operasi peralatan
Tabel 3.1..
Tabel 3.1 Cek Alat SSA Element
Tembaga Cu Lampu Current
Hallow cathode lamp 12 mA Panjang gelombang
Cu = 324,8 nm Slit
0,7 nm low Atomisation site
Pyro platform Tipe pengukuran
Area grafik Tipe signal
Atomic absorption – Background absorption Waktu integrasi
4 menit Waktu koreksi grafik
2 menit Temperatur inject
20
o
C Tekanan gas Asetilena
3,6 bar atau 52 psig atau 360 kPa Kecepatan alir gas Asetilena
300 mLmin AAS-Grafite Furnace Perkin Elmer
Untuk cuplikan selulosa dan selulosa suksinat diuji kemampuan serapannya terhadap ion logam Cu
2+
menggunakan spektrofotometer serapan atom SSA dengan variasi konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm. Kemudian
dibandingkan hasil keduanya.
Universitas Sumatera Utara
3.3.6. Perlakuan dan Analisis Penyerapan Ion Cu
2+
3.3.6.1. Penentuan Waktu Kontak Optimum
Sebanyak 50 mL larutan standar Cu
2+
400 ppm dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer kemudian ditambahkan selulosa suksinat sebanyak 0,1 g. Diaduk dengan
pengaduk magnet selama 30 menit lalu campuran disaring menggunakan kertas saring Whatmann no. 42. Diatur pH filtrat hingga pH= 3 dengan menggunakan
HNO
3p
. Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada
� spesifik 324,8 nm. Dilakukan perlakuan yang sama dengan variasi waktu kontak 60 menit, 90 menit, 120 menit, dan 150 menit.
3.3.6.2. Selulosa dalam Larutan Standar
Sebanyak 50 mL larutan standar Cu
2+
100 ppm dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan selulosa sebanyak 0,1 g. Diaduk dengan
pengaduk magnet selama waktu kontak optimum lalu campuran disaring menggunakan kertas saring Whatmann no. 42. Diatur pH filtrat hingga pH=3 dengan
menggunakan HNO
3p
. Diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada
� spesifik 324,8 nm. Dilakukan perlakuan yang sama dengan variasi larutan standar Cu
2+
200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm.
3.3.6.2. Selulosa Suksinat dalam Larutan Standar
Sebanyak 50 mL larutan standar Cu
2+
100 ppm dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer, kemudian ditambahkan selulosa suksinat sebanyak 0,1 g. Diaduk dengan
pengaduk magnet selama waktu kontak optimum lalu campuran disaring menggunakan kertas saring Whatmann no. 42. Diatur pH filtrat hingga pH = 3
dengan menggunakan HNO
3p
. Diukur absorbansinya dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
spektrofotometer serapan atom pada � spesifik 324,8nm. Dilakukan perlakuan yang
sama dengan variasi larutan standar Cu
2+
200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm
Universitas Sumatera Utara
3.4. Bagan Penelitian
3.4.1. Preparasi Sampel
Sabut buah pinang
Serbuk sabut buah pinang digunting kecil-kecil
dikeringkan diblender sampai menjadi serbuk
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Isolasi Alfa Selulosa dari Sabut Buah Pinang
75 gram serbuk sabut buah pinang
Residu Filtrat
Residu Filtrat
Residu Filtrat
Residu Filtrat
ditambahkan dengan 500 mL larutan H
2
O
2
10 dipanaskan pada suhu 60
o
C selama 15 menit sambil diaduk di atas hot plate disaring dan dicuci endapan hingga filtrat netral
Alfa selulosa basah Filtrat
dikeringkan pada suhu 60
o
C di dalam oven selama 4 jam disimpan dalam desikator
Alfa selulosa kering
dikarakterisasi menggunakan FT-IR Hasil
dimasukkan kedalam gelas Beaker 5 liter ditambahkan 1 l campuran HNO
3
3,5 dan 10 milligram NaNO
2
dipanaskan diatas hotplate sambil diaduk pada suhu 90
o
C selama 2 jam disaring dan dicuci residu hingga filtrat netral
ditambahkan 1 liter larutan NaOH 2 dipanaskan pada suhu 80
o
C selama 4 jam sambil diaduk diatas hotplate disaring dan dicuci residu hingga filtrat netral
diputihkan dengan 1 liter larutan yang terbuat dari larutan buffer asetat dan NaOCl 1,7 dengan perbandingan 1 : 1
dipanaskan pada suhu 80
o
C selama 6 jam sambil diaduk di atas hotplate disaring dan dicuci residu hingga filtrat netral
ditambahkan 500 ml larutan NaOH 17,5 dipanaskan pada suhu 80
o
C selama 30 menit sambil diaduk diatas hotplate disaring dan dicuci residu hingga filtrat netral
Universitas Sumatera Utara
3.4.3. Pembuatan Selulosa Suksinat
0,5 gram selulosa dicampurkan dengan larutan asam suksinat sebanyak 1,5 gram dalam 8 mL aquadest
diaduk selama 30 menit menggunakan stirrer dituang ke dalam cawan porselen
dikeringkan di dalam oven pada suhu 50
o
C selama 12 jam lalu suhu dinaikkan menjadi 120
o
C selama 12 jam
didinginkan dicuci dengan aquadest hangat
dikeringkan di dalam oven pada suhu 50
o
C disimpan di dalam desikator
Selulosa Suksinat
analisis FT-IR analisis SEM
penentuan DS
Universitas Sumatera Utara
3.4.4. Perlakuan dan Analisis Penyerapan Logam Cu
2+
dengan Zat Hasil Sintesis
3.4.4.1. Penentuan Waktu Kontak Optimum
50 mL Larutan Standar Cu
2+
400 ppm
Filtrat
diatur pH hingga 3 dengan menambahkan HNO
3 p
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada spesifik 324,8 nm.
Residu
dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer ditambahkan 0,1 gram selulosa suksinat
diaduk dengan pengaduk magnet selama 30 menit disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 42
λ
Hasil
Catatan : Dilakukan perlakuan yang sama pada variasi waktu 60 menit, 90 menit,
120 menit, dan 150 menit.
Universitas Sumatera Utara
3.4.4.2. Penyerapan Logam Cu
2+
dengan Selulosa Suksinat dalam Larutan Standar
50 mL Larutan Standar Cu
2+
100 ppm
Filtrat
diatur pH hingga 3 dengan menambahkan HNO
3 p
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada spesifik 324,8 nm.
Residu
dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer ditambahkan 0,1 gram selulosa suksinat
diaduk dengan pengaduk magnet selama 60 menit disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 42
Hasil
λ
Catatan : Dilakukan perlakuan yang sama pada larutan standar 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm
Universitas Sumatera Utara
3.4.4.3. Penyerapan Logam Cu
2+
dengan Selulosa dalam Larutan Standar
50 mL Larutan Standar Cu
2+
100 ppm
Filtrat
diatur pH hingga 3 dengan menambahkan HNO
3 p
diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada spesifik 324,8 nm.
Residu
dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer ditambahkan 0,1 gram selulosa
diaduk dengan pengaduk magnet selama 60 menit disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman no. 42
Hasil
λ
Catatan : Dilakukan perlakuan yang sama pada larutan standar 200 ppm, 300 ppm,
400 ppm dan 500 ppm.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil Analisis Gugus Fungsi Menggunakan Spektrofotometer
FT-IR 4.1.1.1. Hasil Analisis Spektrofotometer FT-IR Selulosa
Selulosa yang digunakan dalam penelitian ini adalah α-selulosa 22 hasil isolasi dari
75 gram sabut buah pinang. Dari data spektroskopi FT-IR selulosa memberikan spektrum dengan puncak-puncak vibrasi pada daerah bilangan gelombang 3448 cm
-1
, 2900 cm
-1
, 2152 cm
-1
, 1373 cm
-1
, 1064 cm
-1
, 894 cm
-1
, 671 cm
-1
Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Spektrum FT-IR Selulos
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2. Hasil Analisis Spektrofotometer FT-IR Selulosa Suksinat
Selulosa suksinat sebanyak 0,4986 gram diperoleh dari reaksi esterifikasi 0,5 gram selulosa dengan 1,5 gram asam suksinat. Hasil yang diperoleh berupa selulosa
suksinat berupa serat halus berwarna putih yang selanjutnya dianalisis menggunakan spektroskopi FT-IR, di mana memberikan spektrum puncak-puncak serapan pada
bilangan gelombang 3348 cm
-1
, 2900, cm
-1
, 2137 cm
-1
, 1720 cm
-1
, 1635 cm
-1
, 1427 cm
-1
, 1319 cm
-1
, 1056 cm
-1
, 902 cm
-1
, 617 cm
-1
Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Spektrum FT-IR Selulosa Suksinat
Universitas Sumatera Utara
4.1.2. Hasil Analisis Morfologi Menggunakan SEM ScanningElectron
Microscopic
4.1.2.1. Hasil Analisis Morfologi SEM dari Selulosa
Adapun hasil SEM dari selulosa dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut.
a b
c
Gambar 4.3. SEM dari selulosa : a perbesaran 100x, b perbesaran 250x, dan c perbesaran 500x
Universitas Sumatera Utara
4.1.2.2. Hasil Analisis Morfologi SEM dari Selulosa Suksinat
Adapun hasil SEM dari selulosa suksinat dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut.
a b
c
Gambar 4.4. SEM dari selulosa suksinat: a perbesaran 100x, b perbesaran 250x, dan c perbesaran 500x.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3. Hasil Analisis Adsorpsi Ion Logam Cu
2+
Menggunakan SSA Spektrofotometer Serapan Atom
Dari hasil analisis menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom diperoleh nilai adsorbansi seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Adsorbansi Larutan Seri Standar Ion Tembaga Cu
2+
Konsentrasi mgL Absorbansi Rata-Rata A
0,2000 0,0369
0,4000 0,0729
0,6000 0,1078
0,8000 0,1441
1,0000 0,1774
Gambar 4.5. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Cu
2+ y = 0,177x + 0,001
R² = 0,999
0,0000 0,0200
0,0400 0,0600
0,0800 0,1000
0,1200 0,1400
0,1600 0,1800
0,2000
0,0 0,2
0,4 0,6
0,8 1,0
1,2
A b
sor b
an si
R at
a- R
at a
Konsentrasi Larutan Seri Standar Cu mgL
Universitas Sumatera Utara
Dari kurva yang dihasilkan pada Gambar 4.5, diperoleh harga koefisien korelasi R
2
kurva kalibrasi di atas yakni sebesar 0,999 yang menunjukkan bahwa alat yang digunakan mempunyai respon yang sangat baik. Setelah didapat kurva
kalibrasi, selanjutnya dilakukan analisis terhadap sampel 0,1 gram hasil analisis adsorpsi dengan SSA.
4.1.3.1. Hasil Penentuan Waktu Kontak Optimum Adsorpsi Ion Logam Tembaga Cu
2+
Dari hasil analisis menggunakan alat SSA diperoleh waktu kontak adsorpsi selulosa suksinat terhadap logam tembaga Cu
2+
seperti Tabel 4.2. Tabel 4.2. Waktu Kontak Adsorpsi Ion Tembaga Cu
2+
Waktu Kontak menit Konsentrasi Awal ppm Konsentrasi Akhir ppm
30 400
382,7541 60
400 350,1203
90 400
389,5026 120
400 363,8671
150 400
391,0790 Berdasarkan data pada tabel 4.2 diperoleh waktu kontak optimum adalah 60
menit dengan konsentrasi akhir yang paling sedikit yaitu 350,1203 ppm dan waktu kontak minimum adalah 150 menit dengan konsentrasi akhir yang paling banyak
yaitu 391,0790 ppm.Dari hasil ini kemudian dilakukan analisis adsorpsi dengan variasi konsentrasi ion logam tembaga.
Universitas Sumatera Utara
4.1.3.2. Hasil Analisis Adsorpsi Selulosa Terhadap Ion Logam Tembaga Cu
2+
Dari data SSA yang diperoleh hasil analisis selulosa terhadap ion tembaga Cu
2+
diuraikan pada Tabel 4.3berikut. Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Adsorpsi Selulosa dengan SSA
No. Konsentrasi Awal ppm
Absorbansi A Konsentrasi
Akhir ppm Terserap
1 100
0,1093 81,1011
± 18,8989 2
200 0,1325
178,0126 ± 10,9937
3 300
0,1866 261,8399
±12,7200 4
400 0,2678
368,0740 ± 7,9815
5 500
0,1589 471,3945
± 5,7211
Berdasarkan data Tabel 4.3 menunjukkan bahwa penurunan kadar ion logam tembaga Cu
2+
optimum adalah 18,8989 , sedangkan penurunan kadar ion logam tembaga Cu
2+
minimum adalah 5,7211 .
4.1.3.3. Hasil Analisis Adsorpsi Selulosa Suksinat Terhadap Ion Cu
2+
Dari data SSA yang diperoleh hasil analisis selulosa suksinat terhadap ion tembaga Cu
2+
diuraikan pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Adsorpsi Selulosa Suksinat dengan SSA
No. Konsentrasi Awal ppm
Absorbansi A
Konsentrasi Akhir ppm
Terserap
1 100
0,0512 69,1936
± 30,3805 2
200 0,1297
181,0619 ± 9,1905
3 300
0,1841 258,2907
± 13,9031 4
400 0,2563
360,7893 ± 9,8026
5 500
0,1641 459,7956
± 8,0408
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data Tabel 4.4 menunjukkan bahwa penurunan kadar ion logam tembaga Cu
2+
optimum adalah 30,3805 , sedangkan penurunan kadar ion logam tembaga Cu
2+
minimum adalah 8,0408 .
4.2. Pembahasan
4.2.1. Analisis Menggunakan Spektrofotometer FT-IR
Spektroskopi FT-IR merupakan suatu teknik analisis yang dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi dari suatu molekul dalam suatu sampel.Analisis gugus
fungsi dengan FT-IR telah dilakukan dengan menggunakan alat Agilent Technologies. Sampel yang dianalisis yaitu selulosa hasil isolasi dari sabut buah
pinang, dan selulosa suksinat hasil sintesis.
4.2.1.1. Analisis Selulosa dengan Spektrofotometer FT-IR
Selulosa yang dianalisis diperoleh dari hasil isolasi sabut buah pinang sebanyak 75 gram melalui beberapa tahap sesuai metode penelitian sebelumnya. Tahap pertama
adalah prehidrolisis menggunakan HNO
3
3,5 untuk menghilangkan hemiselulosa dan zat ekstraktif lainnya. Tahap kedua adalah delignifikasi menggunakan NaOH 2
karena dapat merusak struktur lignin dan menyebabkan penggembungan struktur selulosa. Selanjutnya pemutihan menggunakan campuran buffer asetat dan NaOCl
yang akan melarutkan sisa lignin karena terdegradasi menjadi lignin rantai pendek yang mudah larut pada saat dicuci. Kemudian dilakukan penghilangan β-selulosa dan
γ-selulosa dengan melarutkan residu dalam NaOH 17,5 karena hanya α-selulosa yang tidak larut dalam larutan ini. Sehingga diperoleh α-selulosa dilakukan
pemucatan terlebih dahulu menggunakan H
2
O
2
10.Pemucatan ini dilakukan karena α-selulosa yang diperoleh berwarna putih kekuningan.Sehingga adanya
H
2
O
2
akan menghilangkan pigmen yang melekat pada selulosa. Spektrum yang ditunjukkan dari data FT-IR memberi dukungan bahwa
selulosa yang digunakan memiliki gugus O-H dengan munculnya puncak vibrasi pada
Universitas Sumatera Utara
bilangan gelombang 3348 cm
-1
serta didukung oleh puncak serapan pada bilangan gelombang 1064 cm
-1
yang menunjukkan vibrasi dari gugus C-O simetris dan puncak serapan pada bilangan gelombang 1373 cm
-1
menunjukkan vibrasi C-O anti-simetris. Puncak vibrasi pada bilangan gelombang 2900 cm
-1
merupakan vibrasi stretching C- H yang didukung oleh vibrasi C-H bending pada bilangan gelombang 671 cm
-1
. Munculnya puncak vibrasi pada bilangan gelombang 2152 cm
-1
menunjukkan vibrasi C-C stretching dan didukung dengan bilangan gelombang 894 cm
-1
yang merupakan C-C bending.
4.2.1.2. Analisis Selulosa Suksinatdengan Spektrofotometer FT-IR
Pembuatan selulosa suksinat berdasarkan metode yang telah dimodifikasi dari Marshall Marshallet al.,1999.Selulosa suksinat merupakan hasil reaksi antara
selulosa dengan asam suksinat yang dicampurkan dalam aquadest.Kemudian diaduk dan dituangkan kedalam cawan porselen untuk dikeringkan di dalam oven selama
50
o
C selama 12 jam untuk menghomogenkan campuran,lalu suhu dinaikkan menjadi 120
o
C selama 12 jam agar terjadi reaksi termokimia. Kemudian diangkat dari oven dan dibiarkan hingga dingin serta dicuci dengan 200 mL aquadest hangat.Terakhir,
dikeringkan di dalam oven pada suhu 50
o
C dan disimpan di dalam desikator. Spektrum yang ditunjukkan dari data FT-IR memberi dukungan bahwa
selulosa suksinat yang terbentuk memiliki gugus karbonil C=O yang berasal dari estersuksinat dengan munculnya puncak vibrasi pada bilangan gelombang 1720 cm
-1
serta didukung oleh puncak serapan pada bilangan gelombang 1056 cm
-1
menunjukkan vibrasi dari gugus C-O simetris dan puncak serapan pada bilangan gelombang 1319 cm
-1
yang menunjukkan vibrasi dari gugus C-O anti-simetris. Puncak vibrasi C=O ini lebih tinggi dari puncak vibrasi eter dikarenakan gugus
karbonil yang terbentuk melekat melalui rantai ester yang mana lebih kuat ikatannya bila dibandingkan dengan rantai eter, sehingga vibrasi serapan yang dimunculkan
juga tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Puncak serapan pada bilangan gelombang 3348 cm
-1
menunjukkan vibrasi OH dari selulosa.Puncak vibrasi pada bilangan gelombang 2900 cm
-1
merupakan vibrasi stretching C-H yang didukung oleh vibrasi C-H bending pada bilangan
gelombang 617 cm
-1
, serta munculnya puncak vibrasi pada bilangan gelombang 2137 cm
-1
menunjukkan vibrasi C-C stretching dan didukung dengan bilangan gelombang 902 cm
-1
yang merupakan C-C bending. Puncak serapan pada bilangan gelombang 1427 cm
-1
menunjukkan vibrasi gugus metilena -CH
2
- dari penambahan asam suksinat.
Penambahan asam suksinat menyebabkan reaksi esterifikasi berlangsung di mana gugus karbonil dari asam suksinat anhidratintermediateyang bersifat elektrofil
diserang oleh ion O
-
pada atom C-6 selulosa yang bersifat nukleofil dan membentuk selulosa suksinat. Berdasarkan dukungan teori ini, maka secara hipotesa reaksi
selulosa dengan asam suksinat untuk membentuk selulosa suksinat dapat dilihat pada Gambar 4.6berikut ;
Universitas Sumatera Utara
O O
O O
OH OH
OH O
H O
H H
H H
H H
H H
H H
H O
n
O O
O OH
OH O
H O
H H
H H
H H
H H
H H
H O
n
Selulosa C
C
O O
O n
CH
2
CH
2
OH C
C
O O
O CH
2
CH
2
HO O
O O
O
C
C
O O
O CH
2
CH
2
Asam Suksinat Asam Suksinat Anhidrat
Selulosa Suksinat -H
2
O
H H
H O
O H
O O
H
Gambar 4.6Reaksi Pembentukan Selulosa Suksinat melalui Reaksi Esterifikasi Thanh dan Nhung, 2009
Universitas Sumatera Utara
4.2.2. Analisis Morfologi dengan SEM Scanning Electron Microscopic
Analisis SEM dilakukan untuk melihat morfologi dari senyawa hasil modifikasi selulosa yang diperoleh. Informasi dari analisis ini akan menunjukkan gambaran
bahwa terjadi perubahan yang menandakan selulosa telah berinteraksi dengan asam suksinat yang membuat morfologi pemukaannya terlihat semakin besar. Dalam
penelitian ini uji SEM dilakukan pada selulosa dan selulosa suksinat dengan perbesaran gambar mencakup 100x, 250x, dan 500x.
4.2.2.1. Analisis MorfologiSEM dari Selulosa
Adapun hasil SEM dari Selulosa dari Gambar 4.3, menunjukkan morfologi permukaan sebelum dimodifikasi. Permukaan pada perbesaran 100x, 250x, dan 500x
tampak serat lebih halus dan memiliki pemukaan serat yang kecil.
4.2.2.2. Analisis Morfologi SEM dari Selulosa Suksinat
Adapun hasil SEM dari selulosa suksinatdari Gambar 4.4, menunjukkan telah terjadi perubahan morfologi permukaan. Permukaan pada perbesaran 100x, 250x, dan 500x
tampak serat lebih kasar, dan memiliki pemukaan seat yang lebih besar dari pada selulosa. Ini menunjukkan perubahan morfologi yang mendukung telah terjadi
interaksi antara gugus hidroksil OH dari selulosa dan gugus karboksil dari asam suksinat.
4.2.3. Penentuan Derajat Substitusi DS
Penentuan derajat substitusi dari selulosa suksinat yang dihasilkan dianalisis berdasarkan spektrum FT-IR. Nilai intensitas T pada bilangan gelombang 1720
Universitas Sumatera Utara
cm
-1
dan 3348 cm
-1
masing-masing adalah 26,948 dan 11,347 yang dapat dilihat pada Gambar 4.2. Perhitungan nilai derajat subtitusinya dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut ini :
DS = ��
�
1720
�
3348
� − 0,10� x 100
Samios,et.al., 1997 Absorbansi pada bilangan gelombang 1720 cm
-1
A
1720
T =
26,948 T
= 0,2694
A
1720
= log
1 �
= log
1 0,2694
= 0,5696 Absorbansi pada bilangan gelombang 3348 cm
-1
A
11,347
T =
11,347 T
= 0,1134
A
1720
= log
1 �
= log
1 0,1134
= 0,9453
Derajat Subtitusi = ��
A1720 A11,347
� − 0,10� x 100 =
��
0,5696 0,9453
� − 0,10� x 100
= 50,25 Derajat subtitusi sebesar 50,25 menunjukkan bahwa hanya 50,25 asam suksinat
yang tersubtitusi ke gugus OH dari selulosa sedangkan selebihnya sekitar 49,75 masih berupa selulosa yang tidak bereaksi.
4.2.4. Analisis Adsorpsi Ion Logam Cu
2+
Menggunakan SSA Spektrofotometer Serapan Atom
Berdasarkan data hasil analisis adsorpsi selulosa terhadap ion tembaga Cu
2+
diperoleh kurva daya serap selulosa seperti pada Gambar 4.7 berikut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7. Kurva daya serap selulosa Sementara itu,dari data hasil analisis adsorpsi selulosa suksinat terhadap ion
tembaga Cu
2+
diperoleh kurva daya serap selulosa suksinat seperti pada Gambar 4.8 berikut.
Gambar 4.8. Kurva daya serap selulosa suksinat
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
100 200
300 400
500 600
T ers
erap
Konsentrasi Ion Cu
2+
5 10
15 20
25 30
35
100 200
300 400
500 600
T ers
erap
Konsentrasi Ion Cu
2+
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan kedua kurva yang ditunjukkan sebelumnya menyatakanbahwa adanya modifikasi terhadap selulosa jelas mempengaruhi
kemampuan serapannya terhadap ion logam Cu
2+
. Ester selulosa suksinat memiliki selulosa sebagai komponen penyusun utamanya. Dimana selulosa merupakan
jaringan berserat dalam tumbuhan. Dan tersusun atas rantai-rantai panjang yang terikat satu sama lain sehingga membentuk struktur seperti fibrilsehingga mampu
menyerap ion logam secara fisika. Adanya modifikasi pada selulosa menjadikannya lebih reaktif karena memiliki gugus fungsi yang lebih banyak dari selulosa itu
sendiri. Kemampuan selulosa sebagai adsorben disebabkan karena adanya interaksi
gugus aktif gugus hidroksil O-H terhadap ion logam Cu
2+
. Gugus ini akan mengikat ion logam Cu
2+
melalui ikatan kovalen . Bertambahnya gugus karbonil dan hidroksil dari penambahan asam suksinat menyebabkan selulosa suksinat
mempunyai reaktifitas kimia yang lebih tinggi dari selulosa.Dari kurva pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan serapan terhadap ion logam Cu
2+
pada konsentrasi 200 ppm hingga 500 ppm sedangkan pada konsentrasi 100 ppm
mengalami peningkatan. Ini disebabkan jumlah adsorben yang digunakan sudah optimum pada konsentrasi 100 ppm dan interaksi antara adsorben dan adsorbat yang
kuat sehingga menyebabkan ion logam tertahan pada permukaan adsorben. Sementara pada konsentrasi 200 ppm hingga 500 ppm sudah melewati batas
optimum sehingga menurunkan interaksi antara adsorben dan adsorbat yang menyebabkan ion logam terlepas dari permukaan adsorben.
Selain itu pada konsentrasi 300 ppm mengalami peningkatan kembali dikarenakan konsentrasi ion logam yang
besar melebihi konsentrasi optimum.Dimana konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm merupakan batas optimum
terjadinya interaksi antara adsorben dengan adsorbat sehingga ketika melewati batas optimumnya terjadi peningkatan dan penurunan yang tidak stabil.
Adapun reaksi pengikatan ion tembaga dengan selulosa dapat dilihat pada Gambar 4.9berikut :
Universitas Sumatera Utara
O O
O O
OH O
O H
O H
H H
H H
H H
H H
H H
O n
O O
O O
OH O
OH O
H O
H H
H H
H H
H H
H H
H O
n Cu
OH Cu
2+
O O
O O
OH O
OH O
H O
H H
H H
H H
H H
H H
H O
n H
H H
H
2+
Gambar 4.9 Pembentukan ikatan kovalen koordinasiion tembaga dengan selulosaBezerra, et.al., 2015
Dari gambar 4.9 dapat diketahui bahwa ikatan yang terjadi antara selulosa dengan logam tembaga adalah ikatan kovalen koordinasi, dimana lone pairelektron
pada atom O dari selulosa dipindahkan ke orbital d yang kosong pada ion Cu
2+
membentuk ikatan kovalen koordinasi yang baru. Gugus hidroksil dari selulosa sebagai ligan basa lewis, sementara logam transisi tembaga sebagai aseptor asam
lewis. Sementara meninjau kemampuan selulosa suksinat sebagai adsorben jauh
lebih baik dibanding kemampuan selulosa.Ini disebabkan karena adanya gugus karbonilC=O selain gugus hidroksil O-H yang berinteraksi terhadap ion logam
Cu
2+
yang menyebabkan peningkatan reaktifitas kimia yang jauh lebih tinggi dari selulosa. Dari kurva pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan
serapan terhadap ion logam Cu
2+
pada konsentrasi 100 ppm sedangkan pada konsentrasi 200 ppm hingga 500 ppm mengalami penurunan. Ini menyatakan bahwa
jumlah adsorben yang digunakan sudah optimum pada konsentrasi 100 ppm dan interaksi antara adsorben dan adsorbat yang kuat sehingga menyebabkan ion logam
tertahan pada permukaan adsorben. Sementara pada konsentrasi 200 ppm hingga 500 ppm sudah melewati batas optimum sehingga menurunkan ikatan kovalen antara
adsorben dan adsorbat yang menyebabkan ion logam terlepas dari permukaan adsorben.
Universitas Sumatera Utara
Adapun reaksi pengikatan ion timbal dengan selulosa suksinat dapat dilihat pada Gambar 4.10.
O O
O OH
OH OH
OCOCH
2 2
COOH O
H O
H H
H H
H H
H H
H H
H O
n Cu
2+
O O
O O
O H
O H
H H
H H
H H
H H
H H
O n
O O
O OCOCH
2 2
C OH
O OH
O H
O H
H H
H H
H H
H H
H H
O n
Cu O
OH O
OH OCOCH
2
CH
2
C O
H H
H H
2+
Gambar 4.10Pembentukan ikatan kovalen koordinasi selulosa suksinat dengan logam tembaga Bezerra,et.al., 2015
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Esterifikasi sebanyak 0,5 gram selulosa dengan asam suksinat menghasilkan
0,4986 gram selulosa suksinat berbentuk serat dan berwarna putih pucat, yang dalam penelitian ini memberikan karakteristik :
a. Pada analisis gugus fungsi menggunakan FT-IR memunculkan pita
serapan yang kuat pada daerah bilangan gelombang 3348 cm
-1
menunjukkan adanya vibrasi stretching O-H, dan didukung oleh vibrasi gugus karbonil C=O pada daerah bilangan gelombang 1720 cm
-1
. b.
Pada analisis morfologi permukaan menggunakan SEM menunjukkan bahwa permukaan selulosa suksinat serat lebih kasar dan memiliki
morfologi permukaan yang lebih besar menandakan selulosa dan asam suksinat telah bereaksi.
2. Hasil analisis adsorpsi terhadap ion logam Cu
2+
menggunakan SSA menunjukkan bahwa serapan optimum dengan waktu kontak 60 menit
terdapat pada konsentrasi 100 ppm, di mana selulosa suksinat memiliki serapan sebesar 30,3805 dan selulosa sebesar 18,8989 .
5.2. Saran
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya meneliti kekuatan serapan selulosa
termodifikasi yang dihasilkan dengan variasi ion logam yang berbeda. 2.
Disarankan untuk penelitian selanjutnya meneliti ester selulosa dari sabut buah pinang menggunakan asam karboksilat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tumbuhan Pinang