BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selulosa merupakan polisakarida yang berbentuk padatan, tidak berasa, tidak berbau dan terdiri dari 2000-
4000 unit glukosa yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik dan ditemukan pada tahun 1838 oleh Payen yang diperoleh dari hasil
isolasi tanaman dan ditemukan rumus kimianya C
6
H
10
O
5n
Oyeniyi, et.al., 2011. Senyawa ini diisolasi dari dinding sel tanaman, bahan berkayu, rambut biji, kulit
pohon, dan tanaman laut namun memerlukan proses yang panjang untuk menghilangkan hemiselulosa dan lignin yang tercampur dalam bahan baku tersebut
Bhimte, et.al., 2007. Selain dapat diperbaharui, dapat didegradasi, selulosa juga dapat dimodifikasi, sehingga memiliki potensi yang lebih besar untuk digunakan
sebagai material industri Richardson, et.al., 2003. Pinang merupakan salah satu sumber daya alam yang berlignoselulosa.
Bagian tumbuhan ini yang mengandung alfa selulosa paling banyak adalah sabut buahnya dengan kadar sekitar 53,2. Mengingat bahwa saat ini pemanfaatan sabut
pinang secara langsung sangat sedikit, sehingga perlu ada inovasi untuk memanfaatkan sabut pinang Bethnova, 2012. Oleh karena kadar selulosanya yang
tinggi sehingga Lukita pada tahun 2015 memanfaatkan selulosa mikrokristal dari sabut buah pinang sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tablet.
Untuk meningkatkan sifat selulosa maka sudah diteliti dan ditinjau secara menyeluruh lebih dari beberapa dekade mengenai modifikasi permukaan dan
aplikasinya sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi dan reaktivitasnya Alila, et.al., 2009. Metode yang telah dipelajari yaitu dengan
esterifikasi menggunakan suatu senyawa dengan gugus asam yang bereaksi secara termokimia pada gugus hidroksil selulosa. Suatu senyawa yang terdiri dari minimal
Universitas Sumatera Utara
dua gugus asam seperti asam maleat dan asam suksinat dapat digunakan Welch, et.al., 1989.
Asam suksinat merupakan salah satu asam karboksilat yang dapat membentuk anhidrida siklik yang tidak menghasilkan produk sampingan ketika
digunakan untuk pembuatan ester selulosa. Faktanya adalah bahwa jumlah gugus asam saat dikeringkan akan mengaktivasi bahan sehingga meningkatkan muatannya.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa modifikasi selulosa seperti kapas, biji kacang, biji kapas, jerami beras, jerami kacang sudah ditinjau untuk penghilangan
logam berat dari larutan Dronnet, et.al., 1998. Kehadiran logam berat dalam lingkungan menjadi masalah yang cukup
serius, mengingat jumlah penggunaannya yang semakin meningkat, bersifat toksik, serta dapat masuk ke badan air yang dapat mempengaruhi kualitas air berat yang
terdapat dalam air mudah terserap dalam fitoplankton yang merupakan titik awal dari rantai makanan dan selanjutnya akan sampai ke organisme lainnya termasuk manusia
Purnomo, 2007. Toksikan yang sangat berbahaya umumnya berasal dari buangan industri,
terutama sekali kimia produk dari industri pestisida dan industri yang melibatkan logam berat contohnya Cu, Cd, Pb, Fe, dan Zn dalam proses produksinya Palar,
2008. Leandro et al 2008 menggunakan modifikasi suksinat anhidrat pada ampas tebu untuk mengadsorpsi logam Cu, Cd dan Pb serta menunjukkan hasil bahwa
adsorpsi maksimum pada logam Pb. Sementara itu, Zahroh dkk di tahun 2013 menggunakan modifikasi xantat dengan selulosa dari jerami padi untuk menjerap
logam berat Pb dan menunjukkan bahwa modifikasi dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi hingga 2 kali lipat. Selain itu Yunita dkk 2013 menemukan waktu
optimum serapan logam Cu pada esterifikasi asam sitrat dengan biomassa Azolla microphylla adalah 60 menit. Proses adsorpsi menawarkan fleksibilitas dan
keuntungan dalam desain dan operasi seperti adsorbennya dapat digunakan kembali, mudah dikerjakan dan murah Oscik, 1982.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan modifikasi selulosa melalui reaksi esterifikasi menggunakan selulosa hasil isolasi dari sabut buah
pinang dengan asam suksinat serta diuji kemampuannya sebagai adsorben ion Cu
2+
.
1.2 Permasalahan