22
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan di soroti.
10
Menurut Khoiruddin dengan mengutip Lapalombara dan Weiner serta Maurice Duverger. Ada tiga jenis krisis yang mendorong kemunculan partai, yaitu
Adapun teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
5.1 Partai Politik
Partai politik pertama-tama lahir di negara-negara Eropa Barat. Dengan meluasanya gagasan bahwa rakyat merupakan faktor yang perlu deperhitungkan sebagai pelaku dalam proses
politik, maka partai politik telah lahir secara spontan dan berkembang menjadi penggabungan antara rakyat di satu pihak dan pemerintah di pihak lain. Partai politik pada umumnya dianggap
sebagai manifestasi dari suatu sistem politik yang sudah modern atau yang sedang berjalan dalam proses memodrenisasikan diri. Maka dari itu, dewasa ini di negara-negara baru pun partai sudah
menjadi lembaga politik yang biasa di jumpai.
11
1. Krisis legitimasi, seiring dengan modernisasi di Eropa dimana terjadi
perubahan-perubahan yang besar, termasuk di dalamnya adalah tuntutan perubahan otoritas yang dimiliki oleh kerajaan yang feodal. Masyarakat,
terutama kalangan menengah, borjuis, tidak lagi memandang penguasa memiliki legitimasi. Parpol didirikan sebagai upaya untuk mencari pemimpin
yang memiliki otoritas dan legitimasi. Adapun keterkaitan antara berdirinya partai dengan upaya memperbaiki krisis legitimasi ini adalah karena terdapat
kecenderungan perubahan dasar legitimasi yang sebelumnya legitimasi berasal dari pihak paling atas yaitu kerjaan, maka pada perkembangannya legitimasi
:
10
Bagong Suyanto dan Sakinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana. hal 39-40
11
Khoiruddin. 2004. Partai Politik dam Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia. Yogyakarta. hal.65
Universitas Sumatera Utara
23 datang dari bawah masyarakat. Dengan demikian partai politik merupakan
instrumen kelas menengah untuk memperoleh dukungan dari bawah; 2.
Krisis integritas. Hal ini dimulai ketika modernisasi di Eropa juga menimbulkan ancaman berupa disintegrasi wilayah. Kemunculan partai politik
dimaksudkan untuk mengatasi krisis integrasi, terutama apa bila partai politik memiliki basis dukungan yang lintas wilayah; dan
3. Krisis partisipasi. Hal ini telah membawa perubahan-perubahan besar di
bidang sosial, ekonomi dan sistem stratifikasi. Akibatnya penguasa yang sudah kehilangan legitimasi juga kehilangan partisipasi masyarakat. Melalui
partai politik, rakyat bisa lebih berperan didalam penentuan kabijakan negara.
Di negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut untuk menentukan siapa-siapa yang akan
menjadi menjadi pemimpin yang nantinya menentukan kebijakan umum. Di negara-negara totaliter gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pada pandangan elite politiknya bahwa rakyat perlu
dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng. Untuk mencapai tujuan itu, partai politik merupakan alat yang baik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok
ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik
12
Pengertian partai politik juga mengarah kepada perkumpulan orang-orang yang seasas, sehaluan, setujuan di dalam bidang politik. Baik yang berdasarkan partai massa, yaitu partai politik
yang mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggotanya .
13
12
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hal. 161.
13
Poerwanta, Partai Politik di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hal. 6.
.
Universitas Sumatera Utara
24
Selain kedua defenisi diatas banyak ragam pengertian partai politik, berikut disampaikan beberapa definisi mengenai partai politik dari beberapa pakar politik :
a. Menurut Carl J. Friedrich
Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabildengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan
partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemamnfaatan baik idealisme maupun kekayaan material.
b. Menurut Roger.H. Soltau
Partai politik adalah sekumpulan warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk
memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melakukan kebijakan mereka sendiri. c.
Menurut Sigmund Neuman Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif
dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada menguasai kekuasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat, dengan
beberapa kelompok lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.
14
1. They are groups of people-whom labels, are generally applied by both themselves and
others. berwujud kelompok-kelompok masyarakat yang beridentitas Selain menurut pakar diatas, dengan cara yang berbeda Austin Renney tidak membuat suatu
batasan konseptual tentang partai politik dalam satu definisi, tetapi melihatnya lebih luas melalui karakteristik-karakteristik fundamental, yang setidaknya dimiliki oleh organisasi bernama partai
politik, yaitu :
14
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hal. 161-162.
Universitas Sumatera Utara
25
2. Some of people are organized,-that is, tey deliberately act together to achieve party goals.
terdiri dari beberapa orang yang terorganisasi, yang dengan sengaja bertindak bersama- sama untuk mencapai tujuan-tujuan partai
3. The larger society recognizes as legitimate the right of parties to organize and promote their
causes. masyarakat mengakui partai politik memiliki legitimasi berupa hak-hak untuk mengorganisasikan dan mengembangkan diri mereka
4. In some of their goal-promoting activities, parties work through the mechanism of
representative government. beberapa tujuannya diantaranya mengembangkan aktivitas- aktivitas, partai bekerja melalui mekanisme-mekanisme “pemerintahan yang mencerminkan
pilihan rakyat” 5.
A key activity of parties is thus selecting candidates for elective public office. aktivitas partai politik ini adalah menyeleksi kandidat untuk jabatan publik.
15
setelah mengacu karakteristik pada partai politik selanjutnya dapat dilihat bahwa ada beberapa fungsi dari partai politik. Fungsi sering diartikan sebagai perbuatan, kegiatan atau
pengaruh. Robert K. Merton 1968 mendefinisikan fungsi sebagai akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem sosial. Fungsi bersifat netral sehingga fungsi
dapat mengalami disfungsi, oleh karena itu Merton membagi dua jenis fungsi, yaitu fungsi manifes dan fungsi laten.
16
“Sebagai sarana komunikasi, partai sebagai wadah dalam menyampaikan segala aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat
menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai Fungsi manifes merupakan fungsi yang dirumuskan secara eksplisit dan tegas,
sedangkan fungsi laten tidak secara tegas dirumuskan, tetapi perasaan atau tingkah lakunya dapat diketahui yang kemudian dijalankan dalam sistem sosial.
Partai politik sebagai salah satu infrastruktur dalam sistem politik mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
15
Deden Faturohman dan Wawan Sobari. 2004. Pengantar Ilmu Politik. Malang : UMM. hal. 113-114.
16
M. Arif Nasution, dkk. 2003. Sistem Sosial Indonesia. Medan : FISIP USU. hal. 42.
Universitas Sumatera Utara
26
permasalahan yang terjadi di masyarakat; sebagai sarana sosialisasi politik,
sosialisasi politik adalah suatu proses yang dilalui sesorang dalam memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang ada dalam masyarakat tempat orang
itu berada. Sosialisasi juga mencakup proses penyampaian norma-norma dan nilai- nilai dari satu generasi ke generasi lainnya. Sosialisasi politik berperan
mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga masyarakat
unutk menjalankan peran-peran politik tertentu; sebagai sarana rekrutmen politik,
fungsi rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat unutk kegiatan politik dan jabatan pemerintah melalui penampilan dalam media komunikasi,
menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu atau sebagainya. Fungsi rekrutmen politik ini juga disebut sebagai fungsi seleksi
kepemimpinan. Seleksi kepemimpinan dalam suatu struktur politik dilakukan secara terencana dan teratur sesuai dengan kaidahnorma-norma yang ada serta harapan
dalam masyarakat; sebagai pengatur konflik, dalam suasana demokrasi, persaingan
atau perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya.”
17
Dapat disimpulkan bahwa fungsi partai politik adalah menjadi penghubung antara pemerintah dan rakyatnya serta memberikan pendidikan politik terhadap masyarakat. Dari fungsi
partai politik ini kita dapat memberikan penilaian terhadap kinerja partai politik apakah ada hubungan antara janji politiknya dengan kebijakan publik yang dihasilkannya. Meskipun demikian
fungsi utama partai politik menurut Ramlan Surbakti ialah “mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.”
18
Hal yang sama dikemukakan oleh Monte Palmer dimana partai politik di negara berkembang berfungsi
untuk menyediakan dukungan basis massa yang stabil, sarana, dan memelihara integrasi dan mobilisasi, dan memelihara kelangsungan kehidupan politik.
19
Dalam partai politik ada sebuah sistem kepartaiaan dimana digunakan untuk mengetahui bagai mana cara partai itu berjalan. Sistem kepartaian adalah pola perilaku dan interaksi di antara
sejumlah partai politik dalam sebuah sistem politik. Maurice Duverger
20
17
Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 163-164.
18
Ramlan Surbakti. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. hal. 116.
19
Koiruddin, op. cit., hal. 86.
20
Miriam Budiardjo, Op.Cit.,hal. 167.
dalam bukunya yang berjudul Political Parties, menggolongkan sistem kepartaian menjadi tiga, yaitu sistem partai
Universitas Sumatera Utara
27
tunggal, sistem dwi partai, dan sistem multi partai. Penggolongan sistem kepartaian berdasarkan jumlah partai dapat dikemukakan seperti berikut. Bentuk partai tunggal totaliter, otoriter dan
dominan, sistem dua partai dominan dan bersaing dan sistem multi partai. Dalam negara yang menerapkan bentuk partai tunggal totaliter terdapat satu partai yang tak hanya memegang kendali
atas militer dan pemerintahan, tetapi juga menguasai seluruh aspek kehidupan masyarakat. Partai tunggal totaliter biasanya merupakan partai doktriner dan diterapkan di negara-negara komunis dan
fasis. Bentuk partai tunggal otoriter ialah suatu sistem partai yang di dalamnya terdapat lebih dari
satu partai besar yang digunakan oleh penguasa sebagai alat untuk memobilisasi masyarakat dan mengesahkan kekuasaannya sedangkan partai-partai lain kurang dapat menampilkan diri karena
ruang gerak dibatasi penguasa. Bentuk partai tunggal yang otoriter biasanya diterapkan di negara- negara berkembang yang menghadapi masalah-masalah integrasi nasional dan keterbelakangan
ekonomi. Partai tunggal yang otoriter digunakan sebagai wadah persatuan segala lapisan dan golongan masyarakat, dan sebagai alat untuk memobilisasi masyarakat untuk mendukung kebijakan
yang dibuat oleh penguasa. Apabila dalam bentuk partai tunggal totaliter, partailah yang menguasai pemerintahan dan militer maka dalam bentuk tunggal otoriter pemerintahan dan militer yang
menguasai partai. Partai Uni Nasional Afrika Tanzania UNAT, dan Partai Aksi Singapura merupakan contoh partai otoriter.
Bentuk partai tunggal dominan tetapi demokratis ialah suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat lebih dari satu partai, namun satu partai saja yang dominan secara terus-
menerus mendapat dukungan untuk berkuasa, sedangkan partai-partai lain tidak mampu menyaingi partai yang dominan, walaupun terdapat kesempatan yang sama untuk mendapatkan dukungan
melalui pemilihan umum. Partai yang dominan itu biasanya lebih dahulu muncul untuk membina bangsa dan mengorganisasikan pembangunan ekonomi, dibandingkan dengan partai-partai lain yang
muncul beberapa dekade kemudian untuk mengoreksi dan menyaingi partai dominan. Ketika partai-
Universitas Sumatera Utara
28
partai oposisi muncul, partai dominan sudah berakar dalam masyarakat dan organisasinya sudah melembaga. Partai liberal di Jeapang merupakan contoh partai dominan tetapi demokratik.
Sistem dua partai bersaing merupakan suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat dua partai yang saling bersaing unutk mendapatkan dan mempertahankan kewenangan pemerintah
melalui pemilihan umum. Dalam sistem ini terdapat pembagian tugas diantara kedua partai yaitu partai yang memenangkan pemilihan umum menjadi partai yang memerintah, sedangkan partai
yang kalah dalam pemilihan umum berperan sebagai kekuatan oposisi yang loyal sebagai kontrol atas partai yang menang. Negara yang menerapkan sistem dua partai bersaing adalah Amerika
Serikat Partai Republik dan Partai Demokrat dan Australia Partai Liberal dan Parati Buruh. Sistem multi partai merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua partai yang dominan.
Sistem ini merupakan produk dari struktur masyarakat yang majemuk, baik secara kultural maupun secara sosial ekonomi. Setiap golongan masyarakat cenderung memelihara keterkaitan dengan asal-
usul budaya dan memperjuangkan kepentingan melalui wadah politik sendiri. Karena banyak partai bersaing untuk mendapatkan dan memperahankan kekuasaan melalui pemilihan umum maka yang
sering terjadi adalah pemerintahan koalisi dengan dua atau lebih partai yang sama-sama dapat mencapai mayoritas di parlemen. Untuk mencapai konsesnsus diantara partai yang berkoalisi itu
memerlukan tawar-menawar dalam hal program dan kedudukan menteri.
Partai politik pada umumnya juga dapat diklasifikasikan menurut komposisi dan fungsi keanggotaannya ke dalam dua bagian, yaitu
21
a. Partai Massa
:
Partai massa mengutamakan kekuatan berdasarkan keunggulan jumlah anggota dengan elite kepemimpinan yang diseleksi secara ketat, oleh karena itu partai ini biasanya terdiri dari
pendukung-pendukung dari aliran-aliran politik dalam masyarakat yang sepakat untuk bernaung dibawahnya dalam memperjuangkan program yang biasanya luas dan agak kabur.
21
Miriam Budiardjo, Op.Cit., hal. 166.
Universitas Sumatera Utara
29
Kelemahan dari partai massa ialah bahwa masing-masing aliran atau kelompok yang bernaung di bawah partai ini cenderung unutk memaksakan kepentingan masing-masing,
terutama pada saat krisis, sehingga persatuan dalam partai dapat melemah atau hilang sama sekali sehingga salah satu golongan memisahkan diri dan mendirikan partai baru.
b. Partai Kader
Partai kader mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggotanya. Proses seleksi terhadap anggota-anggota partai dilakukan secara ketat dengan memperhatikan
berbagai aspek seperti keterampilan, prestise, pengalaman politik, serta pengaruh- pengaruhnya yang diharapkan bisa menarik pendukungpemilih sebanyak-banyaknya dalam
pemilu. Pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggotanya yang
menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan. Selain berdasarkan komposisi dan
fungsi anggotanya, Gabriel Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan tujuannya. Menurut basis sosialnya, partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu
22
a. partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas
atas, menengah dan bawah ; :
b. partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti
petani, buruh, dan pengusaha ; c.
partai poltik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama tertentu, seperti Islam, Katholik, Protestan, dan Hindu ; dan
d. partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu, seperti suku
bangsa, bahasa, dan daerah tertentu. Berdasarkan tujuan, partai politik dibagi menjadi tiga, yaitu
23
22
Gabriel Almond, 1978, “Kelompok Kepentingan dan Partai Politik”, dalam Mochtar Mas’oed dan Collin Mac Andrews ed. 2000. Perbandingan Sistem Politik, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. hal. 58.
23
Ibid., hal. 60.
:
Universitas Sumatera Utara
30
a. partai perwakilan kelompok, artinya partai yang menghimpun berbagai kelompok
masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi dalam parlemen seperti Barisan Nasional di Malaysia ;
b. partai pembinaan bangsa, artinya partai yang bertujuan menciptakan kesatuan nasional dan
biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit seperti Partai Aksi Rakyat di Singapura ; dan
c. partai mobilisasi, artinya partai yang berupaya memobilisasi masyarakat ke arah pencapaian
tujuan-tujuan yang ditetapkan oleh pemimpin partai, sedangkan partisipasi dan perwakilan kelompok cenderung diabaikan.
Dalam melihat partai politik di Indonesia, Koiruddin mengkategorikan sebagian besar partai politik di Indonesia termasuk jenis partai catch-all. Koiruddin mengatakan bahwa :
“partai catch all merupakan jenis partai gabungan antara partai kader dan massa. Mereka berusaha menampung kelompok sosial sebanyak-banyaknya
untuk menjadi anggotanya. Tujuannya memenangkan pemilu berkait dengan berkembangnya kelompok kepentingan dan penekan, dan
ideologinya tidak terlalu kaku. Meskipun demikian mereka juga melakukan kaderisasi di internal elit pengurusnya sehingga konsekuensinya adalah
terabaikannya proses pendidikan politik.”
24
Menurut Ramlan Surbakti “rekrutmen politik ialah seleksi pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada
umumnya dan pemerintahan pada khususya”.
25
Rekrutmen politik merupakan proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam proses politik melalui organisasi-organisasi massa
Fungsi rekrutmen sangat penting karena merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik
sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan sistem politik akan terancam.
24
Koiruddin, op. cit., hal. 80.
25
Ramlan Surbakti, op. cit.,hal. 118.
Universitas Sumatera Utara
31
yang melibatkan golongan-golongan tertentu, seperti golongan buruh, petani, pemuda, mahasiswa, perempuan dan sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa rekrutmen politik menjamin
kontinuitas dan kelestarian partai. Hal ini seperti yang ditegaskan oleh Mochtar Mas`oed bahwa rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan
pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan ujian.
26
Putnam juga mengemukakan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses seleksi elit politik, yaitu
Pelaksanaan fungsi rekrutmen politik yang dilakukan oleh partai politik biasanya berdasarkan atas prestasi dalam ujian kecakapan dan kemampuan, tetapi tak jarang juga
berdasarkan status orang yang direkrut tersebut.
27
1. keahlian teknis, dimana keahlian ini sangat dibutuhkan untuk melaksanakan peranan-
peranan politik yang rumit dalam kaitannyadengan peranan dan proses sosial. :
2. keahlian berorganisasi dan persuasi, dimana keahlian inisangat penting untuk pembuatan
keputusan politik atau kebijaksanaan pemerintah yang umumnya dilakukan oleh kaum elit, karenanya dibutuhkan ketrampilan negoisasi atau mobilisasi orang atau pejabat yang
terlibat dalam pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. 3.
loyalitas dan reliabilitas politik yang menyangkut derajat kepercayaan politik dari berbagai kekuatan atau golongan masyarakat, karena hal ini akan sangat membantu dalam
pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik. Dengan memiliki kriteria tersebut diatas, maka orang-orang yang direkrut itu akan banyak
mendapatkan kemudahan dalam menjalankan tugas-tugasnya apabila nanti dapat ikut terpilih dan berhak untuk menduduki jabatannya yang baru.
26
Hesel Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membum. , Yogyakarta : Lukman Offset dan YPAPI. hal. 188
27
Ibid., hal. 158.
Universitas Sumatera Utara
32
Sistem rekrutmen politik menurut Nazaruddin Syamsudin dapat dibagi dua, yaitu : pertama, rekrutmen terbuka, yaitu dengan menyediakan dan memberikan kesempatan yang sama bagi
seluruh warga negara untuk ikut bersaing dalam proses penyeleksian. Dasar penilaian dilaksanakan melalui proses dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, melalui pertimbangan-pertimbangan
yang obyektif rasional, dimana setiap orang yang memenuhi syarat untuk mengisi jabatan politik yang dipilih oleh rakyat mempunyai peluang yang sama dalam melakukan kompetisi untuk mengisi
jabatan baik jabatan politik maupun administrasi atau pemerintahan. Kedua, rekrutmen tertutup, yaitu adanya kesempatan untuk masuk dan dapat menduduki posisi politik tidaklah sama bagi setiap
warga negara, artinya hanya individu-individu tertentu yang dapat direkrut untuk menempati posisi dalam politik maupun pemerintahan. Dalam cara yang tertutup ini orang mendapatkan posisi elit
melalui cara-cara yang tidak rasional seprti pertemanan, pertalian keluarga, dan lain-lain.
28
Sedangkan menurut Miftah Thoha bahwa ada tiga sistem yang sering digunakan dalam proses rekrutmen, yaitu
29
1. Sistem Patronit patronage system
:
Sistem patronit dikenal sebagai sistem kawan, karena dasar pemikirannya dalam proses rekrutmen berdasarkan kawan, dimana dalam mengangkat seseorang unutk
menduduki jabatan, baik dalam bidang pemerintahan maupun politik dengan pertimbangan yang bersangkutan masih kawan dekat, sanak famili dan ada juga karena asal daerah yang
sama. Sistem kawan ini juga didasarkan atas dasar perjuangan politik karena memiliki satu aliran politik, ideologi dan keyakinan yang sama tanpa memperhatikan keahlian dan
ketrampilan. 2.
Sistem Merita merit system Sistem ini berdasarkan atas jasa kecakapan seseorang dalam usaha mengangkat
atau menduduki pada jabatan tertentu sehingga sistem ini lebih bersifat obyektif karena atas
28
Ibid., hal. 189.
29
Miftah Thoha. 1983. Administrasi Kepegawaian Daerah, Jakarta : Ghalia Indonesia. hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
33
dasar pertimbangan kecakapan. Dengan dasar pertimbangan seperti ini, maka acapkali sistem ini di Indonesia dinamakan sistem jasa. Penilaian obyektif tersebut pada umumnya
ukuran yang dipergunakan ialah ijazah pendidikan, sistem seperti ini sering disebut dengan “spoil system”.
3. Sistem Karir career system
Sistem ini sudah lama dikenal dan dipergunakan secara luas unutk menunjukkan pengertian suatu kemajuan sesorang yang dicapai lewat usaha yang dilakukan secara dini
dalam kehidupannya baik dunia kerja maupun politik. Sistem rekrutmen politik memiliki keseragaman yang tiada terbatas, namun pada dasarnya
ada dua cara khusus seleksi pemilihan yakni, melalui kriteria universal dan kriteria partikularistik. Pemilihan dengan kriteria universal merupakan seleksi untuk memainkan peranan dalam sistem
politik berdasarkan kemampuan dan penampilan yang ditunjukkan lewat tes atau ujian dan prestasi. Sedangkan yang dimaksud dengan kriteria partikularistik adalah pemilihan yang bersifat primordial
yang didasarkan pada suku, agama, ras, keluarga, almameter atau faktor status.
30
Oleh karena itu, Seligman memandang rekrutmen sebagai suatu proses yang terdiri dari Berkaitan dengan itu maka untuk menciptakan rekrutmen yang sehat berdasarkan sistem
politik yang ada sehingga membawa pengaruh pada elit politik terpilih membutuhkan adanya mekanisme yang dapat menyentuh semua lapisan, golongan serta kelas sosial masyarakat.
31
1. Penyaringan dan penyaluran politik yang mengarah pada eligibilitas pemenuhan syarat
pencalonan. :
2. Pencalonan atau proses dua tahap yang mensyaratkan inisiatif dan penguatan.
3. Seleksi, yakni pemilihan calon elit politik yang sebenarnya.
30
Michael Rush dan Phillip Althoff. 2003. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Raja Grafindo Persada. hal. 185.
31
Tangkilisan, op. cit., hal. 190.
Universitas Sumatera Utara
34
Untuk menciptakan sistem politik yang kokoh maka mekanisme dan prosedur rekrutmen harus benar-benar dilakukan berdasarkan aturan yang benar pula, dengan memperhatikan elemen-
elemen tertentu. Pemenuhan persyaratan tersebut membawa dampak terhadap figur yang dikehendaki dengan harapan dapat menyiasati kehendak atau aspirasi dari masyarakat atau
kelompoknya. Hal penting yang mempengaruhi dan diprioritaskan adalah latar belakang pendidikan, kemampuan, keahlian, bakat serta memiliki dedikasi yang tingggi serta profesionalisme.
` 5.2
Teori Elite
SP. Varma menegaskan bahwa teori elite ialah berdasarkan pada kenyataan bahwa setiap masyarakat terbagi dalam 2 kategori yang mencakup:
32
Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan Gaetano Mosca dimana dalam setiap masyarakat terdapat kelas penduduk yaitu kelas yang menguasi dan kelas yang dikuasai.
1. Sekelompok kecil manusia yang berkemampuan dan karenanya menduduki posisi untuk memerintah; dan
2. Sejumlah besar massa yang ditakdirkan untuk diperintah. Lebih jauh ia menjelaskan konsep dasar teori yang lahir di eropa ini mengemukakan bahwa
didalam kelompok penguasa the ruling class selain ada elite yang berkuasa the ruling elite juga ada elit tandingan, yang mampu meraih acuh dengkekuasaan melalui massa jika elite yang berkuasa
kehilangan kemampuannya untuk memerintah. Dalam hal ini massa memegang sejenis kontrol jarak jauh atas elite yang berkuasa, tetapi karena mereka tak begitu unakan pengaruh acuh dengan
permainan kekuasaan, maka tak bisa diharapkan mereka akan menggunaka pengaruhnya.
33
32
SP. Varma. 1999. Teori Politik Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hal.197
33
Robert. D. Putnam. 2001. Studi Perbandingan Elite Politik dalam Mochtar Mas’oed, Colin Macandrew, Perbandingan Sistem Politik. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press. hal 77
Universitas Sumatera Utara
35
1. Kelas pertama, yang jumlahnya selalu lebih kecil, menjalankan semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan manikmati keuntungan yang diberikan oleh kekuasaan itu,
sedangkan 2. Kelas kedua, yang jumlahnya jauh lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas pertama
itu. Suatu kelompok elit harus muncul untuk melanjutkan urusan-urusan dalam sebuah
negara mau pun partai. Hal ini diakibatkan karena kelompok elit itu lebih permanen pada susunan kelembagaan tertentu. Kelompok elit ini merupakan sekumpulan orang yang memiliki keterampilan
sekaligus juga orang baik uang bertanggung jawab atas kesejahteraan moral dan material masyarakat dan anggotanya. Azaz-azaz umum yang dianut oleh para elite adalah:
1. Kekuasaan politik seperti halnya barang-barang sosial lainnya yang dapat terdistribusi secara tidak merata;
2. Pada hakekatnya orang hanya di bagi atas dua jenis yaitu mereka yang memiliki kekuasaan politik dan mereka yang tidak memilikinya;
3. Secara internal elite itu bersifat homogen, bersatu, dam memiliki kesadaran berkelompok; 4. Elite itu mengatur sendiri kelangsungan kehidupannya dan anggotanya terdiri dari lapisan
masyarakat yang terbatas; 5. Kelompok ini biasanya bersifat otonom.
Hal-hal diatas merupakan potret yang dilukiskan oleh para teoritis klasik. Satu kasta yang terisolir dari masyarakat, yang dengan lihai memodernisasikan massa. Kelompok ini akan selalu ada
dalam perhelatan dunia karena hanya mereka yang akan mengerti tentang bagaimana sesungguhnya keadaan didalam sebuah kelompoknya.
Universitas Sumatera Utara
36
6.3 Teori Oligarki Hukum Besi