41
BAB II LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah Kota Medan
Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar yang berada di Indonesia. Dengan luas mencapai 26.510 hektare 265,10 km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara, Kota
Medan menjadi kota terbesar yang ada di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Di awal berdirinya, kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya
berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai-sungai yang melintasi kota Medan yang bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Putih, Sei Belawan, Sei Deli, dan Sei
Sulang saling. Guru Patimpus mendirikan Kota Medan pada tahun 1590. Tahun 1833 orang Eropa yang pertama sekali mengunjungi Deli adalah John Anderson dan menemukan kampung yang
bernama Medan. Saat itu kampung ini berpenduduk 200 orang yang dipimpin oleh seseorang yaitu bernama Tuanku Pulau Berayan yang bermukim disana untuk mengutip pajak dari sampan-sampan
yang membawa lada yang menuruni sungai. Kemudian pada tahun 1886 Medan secara resmi mendapatkan status sebagai kota, dan pada tahun berikutnya residen pesisir timur serta Sultan Deli
berpindah ke Medan. Medan berubah menjadi kota penting diluar Pulau Jawa pada tahun 1909, terutama setelah
pemerintah kolonial belanda membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Saat itu Dewan Kota yang pertama terdiri dari dua belas anggota orang Eropa, dua orang bumi putra, dan
seorang Tionghoa. Usaha perkebunan berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau
yang dirintis oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat dipertemuan dua alur sungai Sungai Babura dan Sungai Deli yaitu suatu wilayah yang disebut dengan Medan Putri. Tujuan kedatangan Neinhuys ke
Deli adalah sebagai suatu rangkaian perjalanan mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai tugas dari perusahaan dagang. Pada perkembangan lanjutan, cikal-bakal Kota Medan ditentukan
oleh pemberian konsensi tanah oleh Sultan Mahmud kepada Neinhuys yang turut menyeret pengakuan atas hak tanah-tanah rakyat yang termasuk dalam konsesi tersebut Konsensi tanah
tersebut yang meliputi kampung Baru dan Deli menjadi lahan bagi tanaman tembakau dan pala pada
Universitas Sumatera Utara
42
masa itu. Pada tahun 1870 kegiatan perkebunan atas konsensi tanah tersebut atau disebut juga Perkebunan Deli Mij telah menjadi luas
37
37
Pemdasu. Sumetera Utara Dalam Lintasan Sejarah.hal.314-319
. Akhir abad ke-19 dan awal abad 20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Pada
gelombang pertama kedatangan orang Tionghoa dan jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tapi setelah tahun1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, sebab
sebagian besar dari meraka lari meninggalkan perkebunan dan sering membuat kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang
Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Lalu pada gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, mandailing dan Aceh. Mereka
datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, melainkan untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.
2.2. Letak Geografis Kota Medan