terhadap pemberian Kinetin. Tinggi tunas tertinggi diperoleh pada perlakuan tanpa kinetin. Hal ini diduga karena kisaran konsentrasi kinetin yang diberikan cenderung
mendorong pembentukan tunas, sehingga pertumbuhan pada titik tumbuh primer menjadi terhambat. Konsistensi peningkatan tinggi tunas pada perlakuan kontrol dan
kinetin 2 ppm K
2
. Ada kecenderungan penurunan tinggi tunas seiring lamanya waktu inisiasi.
Pada minggu ke-4 peningkatan konsentrasi kinetin justru menghambat pertumbuhan tinggi tunas. Jika diamati di tiap perlakuan pada setiap minggunya, maka
nilai tinggi tunas yang paling maksimal terdapat pada minggu ke-3. Zat pengatur tumbuh berupa sitokinin endogen berperan penting dalam proses pembelahan sel.
Secara alami sitokinin disintesis dalam tubuh tanaman. Sitokinin endogen diduga sudah mencukupi untuk pertumbuhan tinggi tunas. Sehingga penambahan konsentrasi kinetin
yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan planlet menurun. Kemampuan eksplan tumbuh pada media MS tanpa perlakuan kinetin disebabkan karena eksplan sudah
mendapatkan nutrisi yang cukup dari media MS saja untuk mendukung pertumbuhan sel. Menurut Hopkins 1995, perpanjangan tunas terjadi melalui gabungan dari
pembelahan dan pembesaran sel yang berada pada jaringan meristem. Hal ini terbukti pada planlet tanpa perlakuan sitokinin mampu merangsang pertumbuhan tinggi planlet
Bidwell, 1990.
Efektifitas pemberian zat pengatur tumbuh secara eksogen tergantung pada konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen hormon yang terkandung dalam eksplan.
Dan dalam pemberian ZPT eksogen, selain diperhatikan jumlah konsentrasinya harus diperhatikan juga bahan aktif yang terkandung dalam media Wattimena, 1988.
4.3. Pengaruh Pemberian Kinetin terhadap Panjang Akar Planlet Jeruk Keprok Citrus nobilis Lour.
Berdasarkan tabel sidik ragam pada lampiran E, Tabel 4.3 berikut, menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi kinetin tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang akar
tanaman. Secara keseluruhan, panjang akar planlet yang tertinggi ditunjukkan pada minggu ke-3 pada semua konsentrasi kinetin terutama pada 4 ppm K
4
.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Pengaruh kinetin terhadap Panjang Akar cm pada Kultur Kotiledon Jeruk Keprok dalam Media MS
Perlakuan Rataan Panjang Akar cm pada minggu ke-
1 2
3 4
K 0,733
0,717 3,783
3,167 K
1
0,683 0,833
4,733 2,667
K
2
0,500 1,35
4,017 3,100
K
3
0,733 1,300
4,717 1,433
K
4
1,133 1,850
5,533 2,500
Keterangan : K = Tanpa perlakuan kinetin; K
1
= Perlakuan kinetin 1 ppm; K
2
= Perlakuan kinetin 2 ppm; K
3
= Perlakuan kinetin 3 ppm; K
4
= Perlakuan kinetin 4 ppm.
Panjang akar menunjukkan peningkatan semua perlakuan kinetin seiring lamanya waktu inisiasi, namun menurun kembali pada minggu ke-4 pengamatan. Pada
minggu ke-2 dan minggu ke-3 terdapat kecenderungan peningkatan panjang akar planlet seiring penambahan konsentrasi kinetin, namun pada minggu ke-4 terjadi penurunan
panjang akar planlet seiring peningkatan konsentrasi kinetin. Hal ini disebabkan karena konsentrasi NAA dan Kinetin yang sesuai dan seimbang mampu memacu pertumbuhan
akar. George dan Sherrington dalam Roseliza 1995 menyatakan bahwa NAA digunakan untuk menginduksi pembentukan akar dan mempunyai aktivitas dua kali
dibanding IAA.
Menurut Khrisnamoorthy dalam Roseliza 1995 mekanisme dasar yang mengatur organogenesis melibatkan auksin NAA dan sitokinin sehingga
menyebabkan terbentuknya kalus, akar dan tunas. Sementara untuk minggu ke-4 pada setiap perlakuannya, jumlah akar menurun jika dibandingkan dengan minggu ke-3. Hal
ini diindikasikan karena adanya ketidakseimbangan antara konsentrasi NAA dengan kinetin. Pembentukan akar akan terhambat diduga karena kandungan kinetin yang
terlalu tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3.1. Rata-rata Panjang akar terhadap konsentrasi Kinetin yang berbeda tiap Minggu
Berdasarkan Gambar 4.3.1 terlihat bahwa ada pola peningkatan panjang akar mulai dari minggu 1, minggu ke-2, dan diperoleh klimaks panjang akar pada minggu
ke-3 khususnya pada perlakuan K
4
, lalu kemudian menurun pada minggu ke-4. Menurut Salisbury and Ross 1992, banyak potongan akar tumbuh selama beberapa
hari secara in vitro tanpa penambahan auksin, hal ini menandakan bahwa kebutuhan akan auksin sudah terpenuhi dari hasil sintesis sendiri. Menurut Pierik 1987 saat
tumbuhnya akar juga dipengaruhi pertumbuhan tunas: tunas tumbuh dengan baik memacu pertumbuhan akar, apabila pertumbuhan tunas terhambat maka pertumbuhan
akar pun terhambat. Terhambatnya pembentukan akar juga disebabkan oleh tingginya konsentrasi kinetin dalam media.
4.4. Pengaruh Pemberian Kinetin terhadap Jumlah Akar Planlet Jeruk Keprok Citrus nobilis Lour.