Kultur Jaringan Jeruk Keprok

Sitokinin pertama kali ditemukan dalam kultur jaringan di Laboratories of Skoog and Strong University of Wisconsin. Material yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batang tembakau yang ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et al., 1955; 1956 dalam Wattimena 1988, senyawa yang aktif adalah kinetin 6-furfuryl amino purine. Hasil penelitian menunjukan bahwa purine adenin sangat efektif. Skoog dan Miller meneliti senyawa-senyawa pada media kultur jaringan yang dapat menumbuhkan kalus yang berasal dari empelur tembakau. Media dasar ini terdiri dari hara tanaman, sukrosa, vitamin dan glisin. Bentuk dasar dari sitokinin adalah “adenin” 6-amino purin. Adenin merupakan bentuk dasar yang menentukan terhadap aktivitas sitokinin. Di dalam senyawa sitokinin, panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut, akan meningkatkan aktivitas zat pengatur tumbuh ini Abidin, 1995. Menurut Fitrianti 2006, salah satu sitokinin sintetik yang mempunyai aktivitas tinggi dalam memacu pembelahan sel adalah kinetin. Adapun rumus bangun kinetin adalah sebagai berikut:

2.5. Kultur Jaringan Jeruk Keprok

Menurut Suryowinoto 1996, salah satu alternatif pemecahan masalah yaitu melalui teknik kultur jaringan atau teknik in vitro. Dalam budidaya tanaman dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media perlu diperhatikan karena mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan eksplan tersebut menjadi bibit yang baru. Penggunaan eksplan dari jaringan muda lebih sering berhasil karena sel-selnya aktif membelah, dinding sel tipis karena belum terjadi penebalan lignin dan selulosa yang menyebabkan kekakuan pada sel. Gunawan 1995 menyatakan, bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan adalah: pucuk muda, batang muda, daun muda, kotiledon, hipokotil. Menurut Wattimena 1988 perbedaan dari bagian tanaman yang digunakan akan menghasilkan pola pertumbuhan yang berbeda. Eksplan tanaman yang masih muda menghasilkan tunas maupun akar adventif lebih cepat bila dibandingkan dengan bagian yang tua. Jaringan tanaman yang masih muda mempunyai daya regenerasi yang lebih tinggi, sel-selnya masih aktif membelah diri dan relatif lebih bersih mengandung lebih sedikit kontaminan. Sementara itu, jaringan tanaman yang sudah tua lebih sulit beregenerasi, dan biasanya lebih banyak mengandung kontaminan Yusnita, 2003. Rathore et al., 2007 dalam Micropropagation of Citrus Lemon Woody menyatakan bahwa, kultur jaringan tanaman telah lama muncul sebagai alat untuk propagasi dan perbaikan dari banyak tanaman termasuk spesies tanaman Jeruk. Jeruk juga mengalami kesulitan dalam pertumbuhannya dan mekanisme mikro menawarkan propagasi tanaman secara cepat dalam ruang dan waktu yang terbatas berdasarkan kondisi yang terkendali sepanjang tahun. Kultur jaringan lebih lanjut menghilangkan penyakit dari tanaman jeruk, menyediakan lingkup untuk pengembangan kultivar baru melalui somaklonal yang telah meningkatkan ketahanan batang bawah jeruk terhadap infeksi nematoda dan juga hama lain. Teknik kultur jaringan merupakan salah satu metode alternatif pertumbuhan dan pembentukan serta regenerasi kultur kotiledon dari eksplan jeruk keprok. Universitas Sumatera Utara BAB 3 BAHAN DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat