Perumusan Masalah Kesetaraan Gender Dalam Pembangunan Perikanan Pantai Kasus Kabupaten Subang, Jawa Barat

3 dan pedagang ikan. Waktu kerja nelayan tergantung jarak melautnya, sehingga dapat dikategorikan dua macam nelayan yaitu yang melaut harian dan yang melaut lebih dari satu hari bahkan hingga mingguan untuk satu kali perjalanan trip. Istri nelayan yang suaminya harus melaut dalam jangka waktu lama dapat digolongkan sebagai kepala rumahtangga KRT perempuan sementara temporer. Mereka harus dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga sendirian dan akibatnya beban yang ditanggung pun semakin berat. KRT perempuan harus bertanggungjawab terhadap urusan rumahtangga dan sekaligus bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas 2002, persentase penduduk perempuan Indonesia yang menjadi kepala rumahtangga KRT adalah 12,44 persen dibandingkan 87,56 persen KRT lelaki BPS 2003. Namun demikian, kaum perempuan di komunitas pesisir jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan di bidang pengelolaan perikanan karena dianggap bukan kepala keluarga dan juga bukan nelayan yang sesungguhnya. Menurut Dwi et al. 2002, program pemerintah di wilayah pesisir belum berhasil membangun kesetaraan perempuan pada sektor ekonomi, sosial dan perencanaan pengelolaan sumberdaya pesisir. Minimnya data kuantitatif yang terpilah jenis kelamin dalam dokumen atau data statistik perikanan di Indonesia menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan di dalam pembangunan perikanan pantai belum banyak terdokumentasikan. Dalam rangka mencapai tujuan dari pembangunan perikanan berkelanjutan yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan sumberdaya ikan SDI secara berkelanjutan, diperlukan keterlibatan semua pemangku kepentingan di bidang perikanan, termasuk kaum perempuan. Diperkirakan jika keterlibatan kaum perempuan dalam pembangunan perikanan dan mutu sumberdaya manusia SDM perempuan dapat lebih ditingkatkan maka akan dapat membantu pencapaian tujuan pembangunan perikanan berkelanjutan dengan suatu asumsi bahwa kemampuan SDM perempuan dan lelaki dapat saling melengkapi. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam rangka Revitalisasi Pertanian sebagaimana tercantum dalam Perpres No 7 Tahun 2005 yang terkait 4 dengan komunitas nelayan adalah 1 rendahnya kesejahteraan dan relatif tingginya tingkat kemiskinan nelayan; 2 terbatasnya akses ke sumberdaya produktif, terutama akses terhadap sumber permodalan yang diiringi dengan rendahnya kualitas SDM; dan 3 penguasaan teknologi masih rendah. Arah kebijakan pemerintah yang dilaksanakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan DKP antara lain ditempuh melalui 1 peningkatan kemampuan nelayan dan pembudidaya ikan serta penguatan lembaga pendukungnya; dan 2 peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk perikanan dengan tetap memperhatikan kesetaraan gender dan kepentingan pembangunan berkelanjutan RI 2005. Terkait dengan kesetaraan gender, komitmen DKP dalam upaya pemberdayaan perempuan sudah tampak dari adanya program Pemberdayaan Perempuan Nelayan, yang merupakan bagian dari proyek Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Program Pemberdayaan Perempuan Nelayan ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian sumberdaya perempuan dalam hal teknis produksi, kewirausahaan, pengelolaan usaha dan pengambilan keputusan, serta meningkatkan akses pada informasi dan sumberdaya perikanan DKP 2005b. Upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan sudah dilakukan, tetapi kondisi komunitas nelayan belum berubah, maka perlu adanya alternatif dalam kebijakan pengembangannya. Selama ini kontribusi ekonomi kaum perempuan pada komunitas nelayan belum dicatat dan belum ada pelibatan kaum perempuan dalam pembangunan, oleh karena itu penelitian yang menyangkut pengarusutamaan gender PUG dalam pembangunan perikanan pantai menjadi penting untuk dilakukan mengingat Indonesia adalah negara maritim dan kondisi kesejahteraan komunitas nelayannya masih rendah dan belum berubah, dengan tetap memperhatikan pemanfaatan SDI yang berkelanjutan. PUG sudah tercantum dalam arahan kebijakan pemerintah di bidang perikanan, dimana.definisi PUG menurut Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pedoman PUG dalam Pembangunan Nasional adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. 5 Pertanyaan penelitian research question yang diajukan adalah bagaimanakah program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender di mana terdapat partisipasi yang setara antara lelaki dan perempuan selaku pemangku kepentingan perikanan pantai dengan memperhatikan kebutuhan dan potensi mereka yang berbeda? Pertanyaan rinci yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut 1 Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi institusi teknis perikanan, apakah perempuan sudah dilibatkan? Apakah pencatatan pelaku kegiatan di bidang perikanan sudah terpilah berdasarkan jenis kelamin? Bagaimana lelaki dan perempuan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di bidang perikanan? 2 Bagaimanakah sikap komunitas pesisir terhadap kesetaraan gender dalam perikanan pantai? 3 Bagaimanakah program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kebijakan pemerintah? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian