Relasi Gender dalam KOWAR

memberikan pelatihan kepada karyawan dan anggota koperasi, menentukan siapa pengurus yang akan mengikuti pendidikanpelatihan mengenai koperasi ditentukan oleh pengurus perempuan dan laki-laki bersama-sama, bukan hanya pengurus perempuan atau pengurus laki-laki saja. Masih banyak terdapat organisasi yang tidak melibatkan perempuan dalam pengambilan keputusan. Laki-laki saja yang dianggap memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan, perempuan lebih banyak diabaikan pendapatnya. Sehingga dalam pelatihan dari suatu organisasi, hanya laki-laki saja yang ditugaskan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Banyak pelatihan peningkatan keterampilan untuk pengurus organisasi koperasi yang hanya diikuti oleh laki-laki. Hal ini terjadi karena masih banyak stereotipi dan subordinasi yang melekat pada diri individu dan dari lingkungan organisasi tersebut. Berbeda dengan organisasi pada umumnya, KOWAR lebih didominasi oleh perempuan. Penyingkiran laki-laki, boleh jadi, benar-benar menyebabkan pembentukan intelektual, politik, dan aktivitas-aktivitas yang secara ekonomis terpisah, yang meningkatkan komunikasi diantara perempuan, serta memudahkan ditinggalkannya struktur dan praktek-praktek yang bersifat androsentris, rasis, birokrasi, terdistorsi. Penyingkiran terhadap laki-laki dari organisasi-organisasi perempuan, sama-sama merupakan diskriminasi. Perempuan pada organisasi-organisasi tersebut, boleh jadi menginginkan struktur-struktur yang nonhierarkis, proses- proses pembuatan keputusan secara koperatif, atau aktivitas-aktivitas lain yang mungkin ditentang laki-laki. Riset tentang interaksi dan komunikasi pria- perempuan dalam lingkungan-lingkungan yang berorientasi pada tugas, menyiratkan bahwa bila laki-laki tergabung dengan organisasi yang semua anggotanya perempuan kemungkinan akan ditekan Pearson, 1985 dalam Murniati, 2004.

5.4 Relasi Gender dalam KOWAR

Relasi gender merupakan hubungan antara perempuan dan laki-laki dalam hal posisi, akses, dan kontrol dalam KOWAR. Relasi gender diukur dengan menggunakan tingkat kesetaraan gender. Tingkat kesetaraan gender yang setara ini merupakan hasil penjumlahan semua nilai responden mengenai posisi, akses, dan kontrol untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR. Nilai terendah adalah 25 dan nilai tertinggi adalah 58. Nilai median adalah 16,5 sehingga range nilai untuk kategori setara adalah 25-41,5 dan range nilai untuk kategori tidak setara adalah 42,5-58. Berdasarkan jawaban responden perempuan dan laki-laki mengenai tingkat kesetaraan gender tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesetaraan gender dalam KOWAR adalah setara. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Jawaban Responden terhadap Tingkat Kesetaraan Gender dalam KOWAR, Tahun 2009 Tingkat Kesetaraan Gender Laki-laki n Perempuan n Jumlah n Setara 7 53,84 12 70,59 19 63,33 Tidak Setara 6 46,15 5 29,41 11 36,67 Total 13 100 17 100 30 100 Sebagian besar responden perempuan relatif mengatakan bahwa tingkat kesetaraan gender dalam KOWAR setara, namun hanya sebagian responden laki- laki yang relatif mengatakan bahwa tingkat kesetaraan gender dalam KOWAR tidak setara. Perempuan relatif mengatakan bahwa tingkat kesetaraan gender dalam KOWAR lebih setara karena perempuan mempunyai posisi, akses, dan kontrol yang lebih besar dibanding laki-laki. Hal ini terlihat dari lebih banyaknya jumlah anggota perempuan dibanding laki-laki, perempuan yang menempati posisi pengurus lebih banyak dibandingkan laki-laki, pengurus perempuan lebih banyak mengikuti pelatihanpendidikan mengenai koperasi, sehingga perempuan relatif mengatakan bahwa tingkat kesetaraan gender dalam KOWAR lebih setara dibandingkan laki-laki. Pada dasarnya, setiap anggota koperasi, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki akses yang sama untuk memperoleh sumberdaya uang, pekerjaan, peralatan, pendidikanpelatihan dan manfaat pendidikanpelatihan, SHU, status, kekuasaan, pengakuan dalam KOWAR. Hal ini tertuang dalam ADART KOWAR bahwa setiap anggota koperasi mempunyai hak yang sama untuk: menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara di dalam Rapat Anggota; memilih dan dipilih menjadi anggota, pengurus, atau Badan Pemeriksa; meminta diadakannya Rapat Anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar; mengemukakan pendapat atau saran-saran kepada pengurus diluar rapat baik diminta maupun tidak diminta; mendapat pelayanan yang sama antar sesama anggota; mengetahui pembukuan dan usaha-usaha koperasi. Setiap anggota koperasi memiliki akses yang sama untuk mendapatkan SHU setiap tahunnya. Informasi mengenai jumlah SHU yang akan didapatkan oleh masing- masing anggota diberikan oleh pengurus pada RAT melalui laporan tutup buku tahunan KOWAR. Meskipun setiap anggota merasa bahwa akses yang dimiliki rendah sesuai dengan hasil penghitungan data, namun pengurus tetap memiliki akses yang lebih tinggi dibandingkan anggota koperasi lainnya. Hal ini disebabkan oleh pengurus lebih banyak memiliki kontrol dalam koperasi, seperti dalam hal mengikuti pelatihan koperasi. Pelatihanpendidikan mengenai koperasi yang diadakan oleh PKPRI biasanya hanya diperuntukkan bagi pengurus koperasi saja, sesuai dengan edaran yang diterima bahwa PKPRI hanya mengundang satu atau dua orang pengurus dari KOWAR. Apabila semua pengurus berhalangan hadir, maka semua anggota memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menghadiri undangan pendidikanpelatihan tersebut. Sama halnya dengan menggunakan peralatan KOWAR, yaitu komputer. Setiap pengurus lebih sering menggunakan komputer tersebut dibandingkan anggota lainnya, karena pengurus membuat laporan keuangan, undangan, catatan penjualan barang toko, dan hal-hal yang berhubungan dengan KOWAR lainnya menggunakan komputer milik KOWAR. Sedangkan anggota lainnya tidak menggunakan komputer tersebut untuk keperluan koperasi, melainkan digunakan sesekali untuk kebutuhannya sendiri. Pengurus juga mendapat pendapatan yang lebih besar dibanding anggota lainnya, karena selain mendapatkan uang jasa sebesar 60 persen dari SHU dan hasil rugi laba sebagai anggota koperasi, setiap pengurus koperasi diberikan uang jasa sebesar 25 persen. Uang jasa ini diambil dari Sisa Hasil Usaha SHU yaitu pendapatan koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku dengan penyusutan nilai barang, serta gaji karyawan dan segala biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun buku, dan hasil rugi laba. Sedangkan anggota koperasi hanya mendapatkan uang jasa sebesar 60 persen dari SHU dan hasil rugi laba saja. Pengurus mempunyai akses yang lebih tinggi dibanding anggota koperasi lainnya karena pengurus mempunyai informasi yang lebih banyak mengenai uang, pekerjaan, peralatan, serta pendidikanpelatihan mengenai KOWAR. Sedangkan anggota koperasi lainnya kurang memiliki informasi dan kurang berkomunikasi dengan pengurus, karena pengurus lebih sering mengkomunikasikan masalah KOWAR dengan sesama pengurus terlebih dahulu baru dengan seluruh anggota koperasi. Pengurus perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki kontrol yang lebih besar dibanding anggota koperasi dalam KOWAR. Hal ini dapat terjadi karena pengurus memiliki informasi yang lebih banyak mengenai KOWAR, sehingga pengurus memiliki kontrol yang besar atas uang, peralatan, dan pendidikanpelatihan mengenai koperasi dalam KOWAR. Seluruh anggota koperasi juga memiliki kontrol yang besar terhadap sumberdaya uang, pekerjaan, peralatan, pendidikanpelatihan dan manfaat pendidikanpelatihan, SHU, status, kekuasaan, pengakuan dalam KOWAR, terutama kontrol terhadap uang. Hal ini dapat dilihat dalam penentuan besarnya jumlah simpanan anggota dan pinjaman anggota, tetapi pengurus yang tetap mengontrol siapa yang berhak untuk meminjam, besarnya pinjaman, dan juga besarnya cicilan tiap anggota koperasi. Tingkat kesetaraan gender yang setara secara kuantitatif ini menunjukkan bahwa penempatan posisi perempuan dan laki-laki setara, akses perempuan dan laki-laki yang rendah dalam memperoleh sumberdaya dan manfaat, dan kontrol perempuan dan laki-laki yang tinggi dalam memperoleh sumberdaya dan manfaat. Faktanya, penempatan posisi laki-laki relatif lebih tinggi namun perempuan memiliki peran yang lebih besar, akses yang diperoleh perempuan untuk memperoleh sumberdaya relatif lebih tinggi dibandingkan laki-laki, dan kontrol perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat. Secara kuantitatif, perempuan lebih banyak mengatakan tingkat kesetaraan gender relatif setara dibandingkan laki-laki. Namun pada kenyataannya, perempuan lebih banyak berperan dalam mengelola KOWAR, diantaranya pengurus perempuan lebih berperan untuk mengambil keputusan dalam Rapat Pengurus, pengurus perempuan lebih berperan dalam menentukan siapa yang berhak untuk menerima pinjaman, dan pengurus perempuan lebih sering menggunakan peralatan yang dimiliki KOWAR komputer. Bias gender yang terjadi dalam hal penempatan posisi dalam KOWAR menunjukkan bahwa anggota KOWAR masih buta gender. Buta gender adalah kondisikeadaan seseorang yang tidak memahami tentang pengertian atau konsep gender ada perbedaan kepentingan laki-laki dan perempuan. Buta gender ini mengakibatkan terjadinya bias gender. Bias gender adalah pandangan dan sikap yang lebih mengutamakan salah satu jenis kelamin daripada jenis kelamin lain sebagai akibat pengaturan kepercayaan budaya yang lebih berpihak kepada laki- laki daripada kepada perempuan dan sebaliknya. Buta gender yang terjadi membuat anggota KOWAR tidak sensitif gender. Sensitif gender adalah kemampuan dan kepekaan seseorang dalam melihat dan menilai hasil pembangunan dan aspek kehidupan lainnya dari perspektif gender disesuaikan dengan kepentingan yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Belum sampainya anggota KOWAR pada tahap sensitif gender ini membuat KOWAR belum sampai pada tahap responsif gender. Apabila anggota KOWAR tidak buta gender, maka mereka akan sadar gender, lalu peka gender, kemudian mawas gender, dan yang terakhir adalah responsif gender. Organisasi koperasi yang responsif gender tidak membedakan pria dan perempuan, pesuruh atau kepala bagian atau direktur. Mereka masing- masing mempunyai hak suara yang sama, yaitu setiap anggota satu suara. Responsif gender adalah perhatian yang konsisten dan sistematis terhadap perbedaan-perbedaan perempuan dan laki-laki dalam masyarakat yang disertai upaya menghapus hambatan-hambatan struktural dalam mencapai kesejahteraan. Pendirian dan pengembangan koperasi bertujuan untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam memenuhi kepentingan ekonomi anggota dan keluarganya serta melaksanakan kegiatan pendidikan terutama pendidikan ekonomi koperasi. Agar dapat memenuhi kepentingan ekonomi anggota tersebut maka koperasi harus dilaksanakan sesuai kaidah ekonomi yang rasional serta dikelola secara tertib dan profesional tidak dapat dilakukan secara sambilan. Dibutuhkan perencanaan yang responsif gender untuk menghindari terjadinya subordinasi dalam organisasi koperasi. Perencanaan yang responsif gender adalah perencanaan yang dilakukan dengan memasukkan perbedaan-perbedaan pengalaman, aspirasi, kebutuhan dan permasalahan perempuan dan laki-laki dalam proses penyusunannya. Organisasi koperasi yang responsif gender berarti telah mengalami kesetaraan gender. Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional Hankamnas, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya, sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Keadilan gender dalam organisasi koperasi yang responsif gender haruslah menunjukkan besarnya partisipasi dari perempuan maupun laki-laki dalam mengelola organisasi tersebut. Koperasi memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berperan dan menyumbangkan potensi yang dimilikinya bagi kemajuan bersama. Dengan cara berpikir yang terbuka diikuti dengan aspek jati diri koperasi yang demokratis, perempuan akan lebih mampu melaksanakan aktivitas dan kegiatannya. Dengan analisis gender, yaitu proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi diri mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya ILO, 2001, maka ketidakadilan gender dapat diuraikan agar struktur dan relasi yang tidak seimbang tersebut dapat diperbaiki, karena analisis gender membantu: menyingkap perbedaan di antara perempuan dan laki-laki, dan perbedaan “identitas” dari kelompok-kelompok gender yang beragam berkaitan dengan, misalnya, kelas, ras, etnis, usia, kemampuan dan orientasi seksual, melihat masalah tidak dalam isolasi ruang vakum tanpa mengaitkannya dengan konteks sejarah, politik, sosial, maupun ekonomi, dan menganalisis bagaimana perbedaan ini telah membawa ketidaksetaraan atau ketidakadilan, terutama bagi perempuan. Menurut Kanter 1975 dalam Chafetz 1999, dominasi laki-laki dalam organisasi ialah dalam hal manajemen dan pekerja. Dalam tesisnya dituliskan bahwa pengalaman organisasi perempuan dapat dijelaskan dengan baik oleh posisi struktur perempuan, bukan karena kepribadian dan sosialisasi mereka. Laki-laki menduduki kerja tingkat bawah, frustasi, dan teralienasi oleh kurangnya kesempatan. Konteks organisasi penting untuk memahami hubungan gender dan kerja, karena untuk mendapatkan teknologi, skill, dan power di tempat kerja menunjukkan bahwa relasi gender itu ada, dan gender adalah aspek dasar proses sosial dan struktural. Organisasi di konstruksi sosial ‘gender’ dan teori organisasi netral gender adalah ideologinya. Pola gender dalam organisasi beragam antar sektor, yaitu swasta dan pemerintah. Namun terdapat kemiripan yaitu organisasi kerja terstratifikasi oleh jenis kelamin, baik secara vertikal maupun horizontal. Hal ini dapat dilihat dari: posisi manajerial; jenjang karir; jenis pekerjaan digolongkan Berdasarkan jenis kelamin dan segregasi seks dalam pekerjaan; serta gap upah antar gender. Ini menunjukkan bahwa ada ketidakadilan gender berdasarkan jenis kelamin dan subordinasi perempuan. Oleh karena itu harus ada pertanyaan tentang organisasi, seperti: bagaimana budaya organisasi; power dan kontrol; serta perubahan dalam organisasi yaitu ekonomi dan politik, dan jawaban yang muncul adalah adanya subordinasi perempuan karena gender melekat dalam proses organisasi, ketidaksetaraan, dan reproduksi. Dalam proses organisasi, yaitu promosi, evaluasi diri, alokasi kerja, gaji, proses kerja nyata, aturan jam kerja, perilaku tenaga kerja, cuti, teknologi baru, dan relokasi kerja menunjukkan adanya hierarki gender, segregasi gender, posisi, gap upah, dan pemisahan tenaga kerja. Bentuk kesadaran dari semua itu adalah percaya bahwa pengetahuan dan keterampilan tertentu ada khusus untuk perempuan, dan juga ideologi netral gender. Netral gender adalah kebijakanprogramkegiatan atau kondisi yang tidak memihak pada salah satu jenis kelamin. KOWAR sebagai organisasi koperasi masih belum responsif gender. Artinya, masih adanya bias gender dalam penempatan posisi dalam KOWAR, akses, dan kontrol antara perempuan dan laki-laki untuk memperoleh sumberdaya dan manfaat dalam KOWAR, meskipun secara kuantitatif dapat disimpulkan bahwa relasi gender dalam KOWAR adalah setara. Belum responsifnya relasi gender dalam KOWAR ini menunjukkan bahwa kebijakanprogramkegiatan atau kondisi yang dibuat oleh KOWAR belum memperhitungkan kepentingan anggota perempuan dan laki-laki.

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN