Posisi Perempuan dan Laki-laki dalam KOWAR

BAB V ANALISIS RELASI GENDER DALAM KOWAR

Relasi gender dalam KOWAR dianalisis berdasarkan tingkat kesejahteraan gender anggota dalam penempatan posisi antara perempuan dan laki-laki dalam organisasi KOWAR, akses, dan kontrol perempuan dan laki-laki dalam memperoleh sumberdaya uang, pekerjaan, peralatan, pendidikanpelatihan dan manfaat pendidikanpelatihan, pendapatan, status, kekuasaan, pengakuan dalam KOWAR. Analisis partisipasi anggota dalam suatu koperasi, seperti KOWAR, dapat dilihat dari: Partisipasi Kuantitatif Berapa jumlah perempuan dan laki-laki sebagai anggota, karyawan dan pemimpin?, dan Partisipasi Kualitatif Peranan perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan kebijakan dan aktivitas koperasi. Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil dari analisis relasi gender dalam KOWAR tersebut secara kuantitatif dan secara kualitatif.

5.1 Posisi Perempuan dan Laki-laki dalam KOWAR

Penempatan posisi perempuan dan laki-laki dalam KOWAR lebih difokuskan kepada posisi perempuan dan laki-laki dalam kepengurusan KOWAR. Pengurus koperasi baik perempuan maupun laki-laki mempunyai posisi masing- masing dalam KOWAR. Penempatan posisi ini dilihat dari siapa yang membuat struktur organisasi KOWAR, menentukan pembagian kerja masing-masing pengurus, merekrut dan melatih karyawan koperasi, merumuskan setiap kegiatan dalam KOWAR, dan mengembangkan kerjasama dengan pihak lain koperasi dan organisasi lain dalam KOWAR. Tabel 5. Jumlah dan Persentase Posisi Perempuan dan Laki-laki dalam KOWAR, Tahun 2009 Posisi Laki-laki n Perempuan n Jumlah n Setara 13 100 17 100 30 100 Tidak Setara 0 0 0 0 0 0 Jumlah 13 100 17 100 30 100 Sebanyak 30 orang responden perempuan dan laki-laki 100 persen menjawab posisi perempuan dan laki-laki adalah setara. Data tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara pengurus perempuan dan laki-laki dalam KOWAR. Semua pengurus, baik perempuan dan laki-laki, mempunyai tugas yang sama dalam membuat struktur organisasi KOWAR, menentukan pembagian kerja masing-masing pengurus, merekrut dan melatih karyawan koperasi, merumuskan setiap kegiatan dalam KOWAR, mengembangkan kerjasama dengan pihak lain koperasi dan organisasi lain dalam KOWAR. Berikut penempatan posisi perempuan dan laki-laki dalam KOWAR berdasarkan struktur organisasi: Tabel 6. Penempatan Posisi Perempuan dan Laki-laki dalam Struktur Organisasi KOWAR, Tahun 2009 No. Posisi Perempuan Laki-laki 1. Pelindung √ 2. Pengawas BP √ 3. Pengurus : 1. Ketua √ 2. Wakil ketua √ 3. Sekretaris √ √ 4. Bendahara √ Keterangan: √ ditempati oleh Secara kuantitatif banyaknya jumlah posisi yang ditempati laki-laki lebih mendominasi dibanding perempuan dalam kepengurusan KOWAR. Laki-laki menempati posisi sebagai pelindung, pengawas BP, ketua, dan sekretaris. Pelindung bertugas dalam memberi saran kepada pengurus dalam mengelola KOWAR. Pengawas bertugas dalam mengawasi keuangan KOWAR dan barang- barang yang dimiliki KOWAR. Ketua bertugas dalam memimpin jalannya seluruh kegiatan KOWAR. Sekretaris bertugas dalam mencatat seluruh kegiatan KOWAR dan juga menyimpan arsip-arsip mengenai KOWAR. Perempuan menempati posisi sebagai wakil ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Wakil Ketua bertugas bersama-sama dengan Ketua dalam memimpin KOWAR. Sekretaris bertugas dalam mencatat seluruh kegiatan KOWAR dan juga menyimpan arsip-arsip mengenai KOWAR. Bendahara bertugas dalam mengelola keuangan dan juga mencatat setiap uang yang masuk maupun keluar dari KOWAR. Posisi yang lebih banyak ditempati oleh laki-laki tersebut tidak menunjukkan peran yang mereka miliki lebih besar dibandingkan peran perempuan. Faktanya, peran yang dilakukan oleh perempuan dalam kepengurusan KOWAR lebih besar dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini terlihat dari pengambilan keputusan dalam Rapat Pengurus. Seperti keterangan dari salah seorang pengurus, yaitu Ibu Ysn, perempuan lebih banyak mengambil keputusan dalam Rapat Pengurus. Beliau mengatakan bahwa ketua lebih banyak menyerahkan hasil keputusan kepada pengurus perempuan, karena pengurus perempuan lebih banyak mengeluarkan pendapat dibandingkan pengurus laki-laki, dan pengurus laki-laki lebih banyak diam dan menyetujui hasil musyawarah. Sehingga, peran perempuan dalam kepengurusan KOWAR lebih besar dibandingkan peran laki-laki. Meskipun posisi dan peran yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dalam KOWAR berbeda-beda, masih terdapat pembagian kerja pada kepengurusan koperasi. Pembagian kerja ini dilakukan agar unit usaha yang dimiliki KOWAR berjalan dengan lancar. Ketua koperasi bertanggung jawab atas pengadaan dan penjualan Pakaian Seragam Anak Sekolah PSAS, Wakil ketua bertanggung jawab atas pengadaan dan penjualan Lembar Kerja Siswa LKS, Sekretaris I bertanggung jawab atas pengadaan dan penjualan buku paket, Sekretaris II bertanggung jawab atas toko koperasi, dan Bendahara bertanggung jawab atas keuangan koperasi. Anggota koperasi baik laki-laki maupun perempuan tetap merupakan posisi yang paling menentukan lancar tidaknya KOWAR, karena keputusan tertinggi berada di tangan anggota dalam Rapat Anggota maupun Rapat Anggota Tahunan RAT. Selain bersama-sama dalam membuat struktur organisasi, pengurus perempuan dan laki-laki dalam KOWAR juga bersama-sama dalam merekrut dan melatih karyawan koperasi. Pengurus perempuan dan laki-laki bersama-sama dalam menentukan apakah seseorang yang mendaftar untuk menjadi karyawan koperasi dapat diterima atau tidak. Pengurus perempuan dan laki-laki juga bersama-sama dalam melatih karyawan koperasi yang telah diterima. Karyawan koperasi diajarkan bagaimana cara menempatkan barang di toko, mencatat penjualan barang koperasi, dan juga membuat pembukuan sederhana mengenai koperasi. Pengurus perempuan dan laki-laki juga bersama-sama dalam merumuskan setiap kegiatan dalam KOWAR. Kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam KOWAR akan didiskusikan bersama, seperti penentuan pelaksanaan RAT, pembelian barang-barang koperasi, dan lain-lain. Semua kegiatan didiskusikan dalam Rapat Pengurus. Pengurus perempuan dan laki-laki juga bersama-sama dalam mengembangkan kerjasama dengan pihak lain koperasi dan organisasi lain dalam KOWAR. Pengurus perempuan dan laki-laki berhak untuk melakukan kerjasama dengan koperasi induk, pusat, gabungan, maupun koperasi lainnya atas persetujuan seluruh anggota koperasi. Penempatan posisi dalam KOWAR merupakan hasil musyawarah dari seluruh anggota KOWAR dalam Rapat Anggota. Setiap anggota diberi kesempatan sebagai Pengurus, sesuai dengan aturan main dalam ADART. Anggota koperasi yang dicalonkan sebagai pengurus oleh anggota lainnya memiliki hak untuk menerima ataupun menolak pencalonan tersebut. Seperti keterangan dari salah seorang pengurus yang berkata: “…saya mau jadi pengurus atas pertimbangan untuk menimba pengalaman, ingin mengetahui banyak tentang perkoperasian, dan juga jabatan saya naik, yang tadinya sebagai pengawasPemeriksa BP koperasi sekarang menjadi pengurus… ” Bapak Mhd, 43 tahun Proses pemilihan pengurus koperasi adalah dengan menggunakan sistem voting atau suara terbanyak. Calon pengurus yang mendapatkan suara terbanyak akan menempati posisi pengurus, misalnya ketua koperasi. Proses pemilihan posisi ketua koperasi ialah: terdapat tiga orang calon ketua, yang terdiri dari satu orang laki-laki dan dua orang perempuan, setiap anggota koperasi menuliskan pilihannya pada secarik kertas, dan calon ketua yang mendapatkan suara terbanyak akan menduduki posisi ketua koperasi. Pada pemilihan ketua koperasi periode terakhir, suara terbanyak pertama jatuh kepada perempuan dan suara terbanyak kedua jatuh kepada laki-laki, sehingga seharusnya ketua koperasi adalah perempuan dan wakilnya adalah laki-laki. Perempuan yang menjadi calon terpilih itu menolak posisi ketua tersebut. Berikut pengakuannya: ”...saya gak mau ah jadi ketua, saya kan perempuan jadi gak cocok jadi ketua, mendingan laki-laki aja yang jadi ketua, kan kayaknya lebih berwibawa dibanding perempuan... ” Ibu Yn, 45 tahun Pengakuan Ibu Yn diatas menunjukkan bahwa masih adanya bias gender dalam KOWAR. Masih adanya bias gender tersebut menunjukkan bahwa organisasi KOWAR belum responsif gender. Hal ini terlihat dari penempatan posisikarir dalam organisasi tersebut. Perempuan masih ditempatkan pada posisi kedua, seperti menjadi sekretaris ataupun bendahara, sedangkan laki-laki ditempatkan sebagai ketua. Ini merupakan subordinasi atau penomorduaan perempuan yang disebabkan oleh sterotipe yang sudah melekat sejak kecil di setiap individu, bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah, bersifat lemah lembut, tidak mampu menjadi pemimpin, dan hanya berdiam diri dirumah saja. Penelitian Kanter 1977 dalam Chafetz 1999 mengatakan bahwa ketidaksamarataan yang terstruktur di tempat kerja mengakibatkan pertentangan- pertentangan jenis kelamin. Ketidaksamarataan terstruktur tersebut meliputi jabatan-jabatan yang dipegang oleh perempuan, yang memerlukan pertanggungjawaban, tetapi kurang kekuasaan; penyingkiran perempuan dari jaringan sokongan yang memberikan akses pada kekuasaaan formal dan informal; akses pada pemandangan organisasional, tetapi kebanyakan hanya sebagai tanda belaka; serta penekanan pada persaingan individu untuk sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan yang langka. Tindakan yang spesifik gender biasanya dibutuhkan untuk memperbaiki ketidakseimbangan posisi laki-laki dan perempuan hingga perempuan dapat ‘berpartisipasi dalam’ dan mendapat ‘manfaat dari’ pembangunan dan berpijak pada dasar yang sama dengan laki-laki. Tentu saja, jika anak laki-laki dan laki- laki berada dalam posisi kurang diuntungkan dibandingan dengan anak perempuan dan perempuan dewasa, tindakan yang spesifik gender juga dibutuhkan untuk meningkatkan posisi mereka. Selanjutnya, perlu dicatat bahwa tindakan yang spesifik gender dapat melibatkan kegiatan-kegiatan untuk perempuan, laki-laki atau keduanya. Sebagai contoh: Para pemimpin laki-laki sering membutuhkan peningkatan kesadaran gender agar mereka mempunyai komitmen pada kemajuan posisi perempuan dan anak perempuan yang tidak beruntung.

5.2 Akses untuk Memperoleh Sumberdaya dan Manfaat dalam KOWAR