Kadar lemak basis basah = 100
x sampel
berat lemak
berat Kadar lemak basis kering =
basah basis
air kadar
basah basis
lemak kadar
100 −
X = bobot sampel sebelum diabukan g A = bobot cawan kosong g
Y = bobot sampel + cawan setelah diabukan g
c. Analisis Kadar Lemak Metode Ekstraksi Soxhlet Apriyantono et al.,
1989
Prinsip Analisis kadar lemak dengan metode ekstraksi soxhlet dilakukan
berdasarkan prinsip ekstraksi lemak secara berulang dengan menggunakan pelarut yang dipanaskan.
Prosedur Pada metode ini, labu lemak yang digunakan untuk ekstraksi terlebih
dahulu dikeringkan dalam oven, didinginkan dalam desikator, dan kemudian ditimbang. Sampel ditimbang sebanyak 5 g langsung di atas kertas saring.
Kemudian kertas saring tersebut digulung dan ditutup dengan kapas bebas lemak. Kertas saring berisi sampel tersebut lalu diletakkan kedalam alat
ekstraksi soxhlet, lalu dipasang alat kondensor dan labu lemak diatasnya. Pelarut heksana dituang ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan
ukuran soxhlet yang digunakan. Kemudian dilakukan refluks selama lebih kurang ±6 jam hingga pelarut yang turun kembali ke labu berwarna jernih.
Pelarut berisi lemak yang terdapat di dalam labu lemak didistilasikan. Labu lemak beserta lemak yang diperoleh dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C, lalu dikeringkan hingga beratnya tetap, didinginkan dalam desikator, dan
ditimbang lagi beserta lemaknya.
d. Analisis Kadar Protein Metode Kjeldahl AOAC, 1995
Prinsip Analisis kadar protein metode Kjeldahl merupakan analisis yang
didasarkan pada beberapa tahap, yaitu destruksi, distilasi, dan titrasi. Destruksi sampel dilakukan dengan menggunakan asam sulfat pekat dan dikatalis
bk N =
ing bahan
konversi x
sampel mg
x x
HCl N
x B
A ker
100 007
. 14
−
dengan penambahan kalium dan merkuri dalam ruang asap. Pada tahap distilasi, sampel dinetralkan dengan NaOH-Na
2
S
2
O
3
sehingga akan terbentuk amonia yang akan ditangkap oleh asam borat. Kelebihan asam borat lalu
dititrasi dengan HCl 0,02 N. Prosedur
Sampel sebanyak 0.1 g – 0.15 g dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 30 ml. Kemudian, sebanyak 2 g K
2
SO
4
, 2 ml H
2
SO
4
, dan 50 mg HgO juga dimasukkan ke dalam labu. Sampel dalam labu tersebut lalu dididihkan
selama 1 – 1.5 jam hingga cairan jernih. Sampel lalu didinginkan, ditambahkan sejumlah akuades secara perlahan, dan didinginkan kembali. Isi
labu dipindahkan ke dalam alat distilasi. Labu dicuci dan dibilas 5 hingga 6 kali dengan 1 – 2 ml akuades, lalu air cucian dipindahkan ke alat distilasi.
Erlenmeyer 125 ml berisi 5 ml larutan asam borat dan 2 – 4 tetes indikator campuran 2 bagian metil merah 0.2 dan 1 bagian metil biru 0.2 dalam
alkohol diletakkan di bawah kondensor. Kemudian ditambahkan 8 – 10 ml larutan NaOH-Na
2
S
2
O
3
dan didistilasi hingga tertampung 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Tabung kondensor lalu dibilas dengan air. Air bilasan
tersebut ditampung dalam erlenmeyer berisi destilat dan diencerkan hingga 50 ml. Larutan tersebut lalu dititrasi dengan HCl 0.02 N hingga warna berubah
menjadi abu-abu. Selain itu, juga harus dilakukan penetapan blanko.
bk protein = N x faktor konversi yaitu 6.25 A = ml HCl yang digunakan untuk titrasi sampel
B = ml HCl yang digunakan untuk titrasi blanko
e. Analisis Kadar Karbohidrat by difference Apriyantono et al., 1989
Prinsip Kadar karbohidrat diukur dengan menghitung selisih angka 100
dengan jumlah persentase protein, lemak, air, dan abu pada basis tertentu basis basah atau basis kering.
Kadar karbohidrat bb = 100 bb – bb kadar protein + bb kadar lemak + bb kadar air + bb kadar abu
Kadar karbohidrat basis kering =
basah basis
air kadar
basah basis
t karbohidra
100 −
f. Pengukuran Kadar Total Tokoferol Modifikasi Wong et al., 1988