C. PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH TERHADAP PROLIFERASI SEL KANKER HELA DAN K-562
Proliferasi merupakan pertumbuhan dengan cara multiplikasi bagian misalnya jaringan dan sel secara cepat Anonim, 2008b, sedangkan
antiproliferasi berhubungan dengan kemampuan suatu senyawa yang bersifat mencegah atau menghambat proliferasi. Penghitungan proliferasi sel dilakukan
berdasarkan perbandingan antara jumlah total sel hidup dan mati pada sumur perlakuan yang diberi fraksi minyak, air, dan kontrol positif dengan jumlah total
sel pada sumur kontrol negatif hanya berisi sel dan media. Hal ini dilakukan untuk melihat jumlah sel yang berhasil berproliferasi setelah diberikan
penambahan fraksi buah merah. Penghitungan antiproliferasi dilakukan untuk melihat efek penghambatan yang diberikan fraksi buah merah terhadap proliferasi
sel. Penghitungan yang didasarkan pada perbandingan jumlah sel yang hidup atau mati saja, umumnya dilakukan untuk melihat viabilitas sel.
Viabilitas sel adalah suatu penentuan sel yang hidup atau dapat pula sel yang mati mortalitas berdasarkan jumlah sel total. Pengukuran viabilitas sel
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan hidup atau kematian sel kanker dan penolakan terhadap organ yang dicangkok Christensen, 2008. Metode ini
umumnya dilakukan untuk melihat perkembangan sel secara rutin. Pengujian antiproliferasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas ekstrak
buah merah dalam menghambat proliferasi sel kanker HeLa dan K-562. Pada pengujian ini, masing-masing fraksi buah merah fraksi air dan fraksi minyak
yang digunakan, dibuat dalam tiga konsentrasi berdasarkan dosis konsumsi harian
minyak buah merah yaitu 10, 20, dan 40 µlml Lampiran 1. Fraksi minyak
memerlukan penambahan DMSO Dimethyl Sulfoxide dalam pembuatan larutan uji karena bersifat nonpolar tidak larut dalam air.
Menurut Skehan 1998, dalam uji kelarutan obat, senyawa yang tidak larut air harus dilarutkan dalam DMSO dengan konsentrasi antara 0.25 – 1
sehingga tidak menghambat pertumbuhan sel kanker. DMSO merupakan senyawa kimia dengan rumus kimia CH
3 2
SO. Senyawa ini berupa cairan tidak berwarna yang larut dalam senyawa polar dan nonpolar. Muir 2007 menyatakan bahwa
DMSO dapat melindungi sel nonkanker sekaligus mempotensialkan aktivitas agen kemoterapi terhadap sel kanker.
Uji antiproliferasi ini menggunakan senyawa doxorubicin sebagai kontrol
positif antikanker Lampiran 7. Menurut Anonim 2007a, doxorubicin banyak
digunakan dalam kemoterapi sebagai obat yang dapat berinteraksi dengan DNA. Menurut Sibuea 1981 dikutip dari Astutik 2007, sel kanker dalam siklus
proliferatif merupakan sel-sel yang sensitif terhadap efek senyawa sitotoksik dan umumnya obat sitostatika bekerja dengan jalan merusak enzim atau substrat yang
dipengaruhi oleh sistem enzim. Sebagian besar efek pada enzim atau substrat berhubungan dengan sintesis DNA. Dengan demikian, obat-obat yang toksik dan
bersifat antikanker menghambat sel yang sedang membentuk DNA atau sel yang sedang membelah.
Pengujian antiproliferasi fraksi minyak dan air buah merah dilakukan terhadap dua jenis sel kanker, yaitu sel kanker HeLa yang umumnya dibiakkan
dalam bentuk monolayer sel selapis dan sel kanker K-562 yang dibiakkan dalam bentuk suspensi. Jumlah sel HeLa dan K-562 setelah mendapat perlakuan dengan
sampel uji fraksi minyak dan air buah merah dihitung dengan metode trypan blue
. Jumlah sel HeLa dan K-562 yang berproliferasi secara berturut-turut dapat
dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 15. Persentase antiproliferasi terhadap
kedua sel dihitung dengan dua alternatif, yaitu berdasarkan kontrol negatif antiproliferasi
a
dan kontrol positif antiproliferasi
b
. Hasil uji antiproliferasi fraksi air dan minyak buah merah terhadap sel HeLa dan sel K-562 yang dihitung
berdasarkan kontrol negatif secara berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 13 dan 16, sedangkan hasil uji berdasarkan perhitungan kontrol positif disajikan pada
Gambar 14 dan 17. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8 dan Lampiran 12.
Gambar 12 memperlihatkan bahwa fraksi minyak dan air buah merah
dapat menekan pertumbuhan sel HeLa ditandai dengan adanya penurunan jumlah sel HeLa dibandingkan dengan kontrol negatif pada tiga konsentrasi uji. Pada
gambar tersebut juga dapat terlihat bahwa jumlah sel HeLa yang hidup, menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi fraksi air buah merah yang diberikan.
Namun untuk sampel fraksi minyak, korelasi tersebut tidak terlihat.
Analisis ragam yang dilakukan terhadap jumlah sel HeLa pada Lampiran 9a, menunjukkan bahwa jenis fraksi buah merah dan perbedaan konsentrasi fraksi
yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah sel HeLa yang berproliferasi pada taraf signifikansi 0.05. Selain itu, tidak ada interaksi antara
jenis fraksi dan konsentrasi yang berpengaruh nyata terhadap jumlah sel HeLa yang berproliferasi pada taraf signifikansi 0.05. Hasil tersebut diperkuat dengan
uji Duncan Lampiran 9b yang memperlihatkan bahwa jumlah sel HeLa yang
diberi perlakuan fraksi minyak dan air tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada nilai mean kedua fraksi tersebut yang berada pada satu subset. Demikian
pula halnya pada perlakuan konsentrasi. Hasil uji Duncan pada Lampiran 9c
menunjukkan bahwa jumlah sel HeLa pada ketiga taraf konsentrasi tidak berbeda nyata.
3,1
1,5 1,7
2,3 1,5 1,4
1,6 1,2
0,0 0,5
1,0 1,5
2,0 2,5
3,0 3,5
J u
m la
h s
e l
m l
x 1
6
10 20
40 Konsentrasi ulm l
fraksi minyak fraksi air
Gambar 12. Proliferasi sel HeLa pada berbagai konsentrasi fraksi minyak
dan air buah merah dengan media tanpa sampel sebagai kontrol - dan doxorubicin sebagai kontrol +.
Aktivitas antiproliferasi merupakan nilai persentase penghambatan proliferasi sel yang diberikan oleh bahan uji. Semakin tinggi antiproliferasi
terhadap sel, semakin tinggi pula aktivitas antiproliferasi sampel. Gambar 13 memperlihatkan bahwa fraksi minyak dan fraksi air buah
merah memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel HeLa pada konsentrasi 10,
K- K+
20, dan 40 µlml meskipun penggunaan doxorubicin sebagai kontrol positif ternyata memberikan aktivitas antiproliferasi yang tinggi.
Berdasarkan Gambar 13, aktivitas antiproliferasi fraksi minyak buah
merah menurun dengan persentase tertinggi sebesar 52 pada dosis 20 µlml, yang merupakan dosis konsumsi standar, 48 pada dosis 40 µlml, dan
persentase terendah sebesar 46 pada dosis 10 µlml. Hal ini menunjukkan bahwa dosis konsumsi standar 20 µlml akan lebih efektif dalam menekan
aktivitas proliferasi sel HeLa dibandingkan dosis ganda 40 µlml maupun setengah dosis 10 µlml, meskipun perbedaannya tidak terlihat ekstrim. Namun,
hal ini tidak menutup kemungkinan pada konsentrasi yang lebih tinggi, aktivitas antiproliferasi fraksi minyak buah merah akan meningkat lagi.
53 46
27 52
54 48
62
10 20
30 40
50 60
70
Ant ipro
lif e
ra si
a
10 20
40 Konsentrasi ulml
fraksi minyak fraksi air
Gambar 13. Persentase antiproliferasi
a
sel HeLa pada berbagai konsentrasi fraksi minyak dan air buah merah.
Aktivitas antiproliferasi fraksi air buah merah terhadap sel HeLa semakin bertambah seiring dengan peningkatan konsentrasi fraksi, yaitu 27 pada
konsentrasi 10 µlml, 54 pada konsentrasi 20 µlml, dan 62 pada konsentrasi 40 µlml. Hal ini kemungkinan dikarenakan ada zat-zat terlarut dalam fraksi air
yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, seperti senyawa fito-kimia dan golongan fenolik. Hernani 2005 menyatakan bahwa senyawa fito-kimia dan
K- K+
senyawa golongan fenolik mempunyai aktivitas antioksidan yang jauh lebih tinggi dibandingkan vitamin C dan E.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 10a menunjukkan bahwa jenis
sampel fraksi yang digunakan, yaitu fraksi minyak dan air buah merah, serta perbedaan konsentrasi fraksi yang diberikan, tidak berpengaruh nyata terhadap
antiproliferasi pada sel HeLa yang dihitung berdasarkan kontrol negatif pada taraf signifikansi 0.05. Analisis lanjut menggunakan uji Duncan juga memperlihatkan
tidak adanya perbedaan antara antiproliferasi sel HeLa oleh fraksi minyak dan
air buah merah Lampiran 10b serta konsentrasi yang diberikan Lampiran 10c karena semua nilai berada pada subset yang sama. Hasil analisis ragam juga
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara jenis fraksi dengan konsentrasi yang diberikan terhadap antiproliferasi sel HeLa.
Gambar 14 memperlihatkan persentase antiproliferasi sel HeLa oleh
fraksi buah merah yang dihitung berdasarkan kontrol positif doxorubicin. Pada perhitungan, aktivitas antiproliferasi yang diberikan oleh kontrol positif dianggap
sebagai aktivitas tertinggi 100 yang dapat menghambat proliferasi sel HeLa.
100 87
50 98
102 91
118
20 40
60 80
100 120
A n
tip r
o lif
e r
a si
b
10 20
40 Konse ntrasi ulml
fraksi minyak fraksi air
Gambar 14. Persentase antiproliferasi
b
sel HeLa pada berbagai konsentrasi fraksi minyak dan air buah merah
Berdasarkan Gambar 14, secara keseluruhan fraksi minyak memiliki
aktivitas antiproliferasi yang mendekati kontrol positif doxorubicin. Aktivitas
K- K+
antiproliferasi tertinggi fraksi minyak terhadap sel HeLa diberikan pada konsentrasi 20 µlml sebesar 98 dan terendah pada konsentrasi 10 µlml sebesar
87. Fraksi air memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel HeLa yang
semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan
Gambar 14. Pada konsentrasi terendah, aktivitas antiproliferasi fraksi air hanya
setengah dari aktivitas kontrol positif. Namun, aktivitas tersebut dapat melebihi kontrol positif bahkan 18 lebih tinggi pada konsentrasi 40 µlml.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 11a menunjukkan bahwa jenis fraksi,
perbedaan konsentrasi, dan interaksi antara kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap antiproliferasi terhadap sel HeLa berdasarkan
kontrol positif pada taraf signifikansi 0.05. Hasil uji Duncan pada Lampiran 11b dan 10c juga memperlihatkan bahwa antiproliferasi sel HeLa yang diberikan
oleh kedua jenis fraksi dan ketiga taraf konsentrasi yang diberikan, tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 0.05.
4,9
1,7 2,4
3,1 2,4
1,6 1,9
1,1
0,0 0,5
1,0 1,5
2,0 2,5
3,0 3,5
4,0 4,5
5,0
Ju m
lah sel
m l x
10
6
10 20
40 Konsentrasi ulml
fraksi minyak fraksi air
Gambar 15. Proliferasi sel K-562 pada berbagai konsentrasi fraksi
minyak dan air buah merah dengan media tanpa sampel sebagai kontrol - dan doxorubicin sebagai kontrol +.
Sel kanker lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel K-562. Perbandingan jumlah sel K-562 yang berproliferasi pada berbagai konsentrasi
sampel dapat dilihat pada Gambar 15. Berdasarkan gambar tersebut, jumlah sel
K- K+
K-562 yang berproliferasi menurun dengan pemberian kedua jenis fraksi. Jumlah sel K-562 semakin menurun dengan peningkatan konsentrasi yang diberikan. Hal
ini terlihat pada pemberian fraksi air buah merah.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 13a menunjukkan bahwa jenis fraksi
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah sel K-562 yang berproliferasi pada taraf signifikansi 0.05. Namun, perbedaan konsentrasi yang diberikan serta adanya
interaksi antara jenis fraksi dan konsentrasi yang diberikan berpengaruh nyata terhadap jumlah sel K-562 yang berproliferasi pada taraf signifikansi 0.05. Hasil
uji Duncan pada Lampiran 13b memperlihatkan bahwa jumlah sel K-562 antara
pemberian fraksi air dan minyak tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Sebaliknya, perbedaan konsentrasi memberikan pengaruh yang nyata pada jumlah
sel K-562. Fraksi dengan konsentrasi 10 µlml memberikan jumlah sel K-562
yang berbeda nyata dengan dua konsentrasi lainnya Lampiran 13c.
66 51
36 51
68 61
77
10 20
30 40
50 60
70 80
A n
ti p
ro life
ra si
a
10 20
40 Konsentrasi ulml
fraksi minyak fraksi air
Gambar 16. Persentase antiproliferasi
a
sel K-562 pada berbagai konsentrasi fraksi minyak dan air buah merah
Nilai aktivitas antiproliferasi ekstrak buah merah terhadap sel K-562 yang
dihitung berdasarkan kontrol negatif dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar
tersebut menunjukkan fenomena yang tidak jauh berbeda dengan hasil yang diberikan pada pengujian sampel terhadap sel HeLa, yaitu kedua jenis fraksi
K- K+
memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker. Berdasarkan gambar tersebut, aktivitas antiproliferasi fraksi air semakin meningkat seiring dengan
peningkatan konsentrasi yang diberikan.
Berdasarkan hasil analisis ragam pada Lampiran 14a, diketahui bahwa
jenis fraksi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai antiproliferasi sel K-562 yang dihitung berdasarkan kontrol negatif pada taraf signifikansi 0.05. Hasil
tersebut diperkuat pula dengan uji lanjut Duncan yang memperlihatkan bahwa nilai antiproliferasi fraksi minyak dan air berada pada dua subset yang sama
Lampiran 14b. Hasil analisis ragam juga menunjukkan bahwa konsentrasi dan
interaksinya dengan jenis fraksi berpengaruh nyata terhadap antiproliferasi sel K-562 pada taraf signifikansi 0.05. Konsentrasi fraksi yang semakin tinggi
memberikan nilai antiproliferasi yang semakin tinggi pula, terutama terlihat pada fraksi air.
100 78
55 78
103 93
117
20 40
60 80
100 120
A n
ti p
ro lif
er a
si
b
10 20
40 Konsentrasi ulml
fraksi minyak fraksi air
Gambar 17. Persentase antiproliferasi
b
sel K-562 pada berbagai konsentrasi fraksi minyak dan air buah merah
Gambar 17 memperlihatkan aktivitas antiproliferasi fraksi minyak dan air
buah merah terhadap sel K-562 yang dihitung berdasarkan kontrol positif. Pada gambar tersebut, dapat dilihat bahwa aktivitas antiproliferasi fraksi minyak
terhadap sel K-562 meningkat pada konsentrasi 40 µlml menjadi 93 aktivitas
K- K+
kontrol positif. Seperti halnya pada sel HeLa, aktivitas antiproliferasi fraksi air semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi. Pada konsentrasi 20
dan 40 µlml, aktivitas antiproliferasi fraksi air terhadap sel K-562 lebih tinggi dibandingkan kontrol positif doxorubicin.
Hasil analisis ragam pada Lampiran 15a menunjukkan bahwa
antiproliferasi sel K-562 berdasarkan kontrol positif tidak dipengaruhi secara nyata oleh jenis fraksi pada taraf signifikansi 0.05 tetapi oleh perbedaan taraf
konsentrasi dan interaksinya dengan fraksi pada taraf signifikansi 0.05. Hasil uji
Duncan pada Lampiran 15b memperlihatkan bahwa antiproliferasi yang
diberikan oleh fraksi minyak dan air tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi
0.05. Hasil uji Duncan pada Lampiran 15c menunjukkan bahwa antiproliferasi
terhadap sel K-562 yang diberikan pada berbagai konsentrasi tidak berbeda nyata. Pada fraksi air terlihat adanya fenomena dose response relationship. Dose
response relationship menggambarkan adanya perubahan efek atau respon yang
dialami oleh suatu organisme, dalam hal ini sel kanker, yang disebabkan perbedaan dosis senyawa kimia yang diberikan Anonim, 2008a. Pada kedua
jenis sel kanker, HeLa dan K-562, fraksi air memperlihatkan korelasi antara konsentrasi dan antiproliferasi yang dihasilkan, yaitu semakin tinggi
konsentrasi, semakin tinggi pula antiproliferasi yang dihasilkan. Secara umum, fraksi minyak dan air buah merah memiliki aktivitas
antiproliferasi terhadap sel kanker HeLa dan K-562. Aktivitas antiproliferasi yang diberikan juga mampu mendekati, bahkan pada fraksi air memiliki aktivitas
antiproliferasi yang dapat melebihi aktivitas kontrol positif antikanker doxorubicin, pada konsentrasi 20 dan 40
μlml. Hal ini menunjukkan bahwa kedua fraksi memiliki kemampuan menghambat proliferasi sel kanker yang setara
atau bahkan lebih baik dibandingkan dengan kontrol positif. Murakami et al. 1998 menyatakan bahwa pada umumnya, mekanisme
kerja antikanker berdasarkan atas gangguan pada salah satu proses yang esensial, yaitu menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dengan mengganggu metabolisme
sel kanker. Suatu senyawa bioaktif bersifat sitotoksik umumnya juga bersifat nukleofilik sehingga dapat memblok reaksi kovalen antara derivat karsinogen
yang elektrofilik dengan DNA.
Penghambatan aktivitas proliferasi sel kanker kemungkinan dikarenakan terjadinya kematian pada sel tersebut. Doyle dan Padhye 1995 menyatakan
bahwa kematian sel secara umum pada kultur jaringan, terjadi melalui apoptosis dan nekrosis. Menurut Govan et al. 1995 apoptosis merupakan mekanisme
kematian sel tunggal atau sekelompok sel yang tersebar di antara sel-sel sehat atau sel kanker. Kematian sel tersebut disebabkan perubahan metabolik di dalam sel.
Perubahan tersebut diakibatkan gangguan yang dialami sel sehingga terjadi kondensasi sitoplasma dan inti. Proses ini diikuti dengan pecahnya sel yang
menjadi benda apoptotik yang masing-masing dibatasi oleh dinding sitoplasma yang terpecah. Benda apoptotik tersebut ditelan oleh sel-sel disekelilingnya dan
diikuti penghancuran total. Nekrosis dicirikan dengan terjadinya lisis sebagian kecil sampai seluruhnya secara tidak terkontrol yang mengakibatkan pelekatan sel
pada lempeng sumur terganggu sehingga mudah terangkat atau terlepas. Menurut Jansen et al. 1993, sitotoksisitas terhadap sel-sel tumor
disebabkan adanya induksi apoptosis oleh bahan tertentu yang menghambat proliferasi sel. Senyawa bioaktif pada buah merah yang dianalisis dalam
penelitian ini, yaitu β-karoten, total karoten, α-tokoferol, total tokoferol, dan total
fenol memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dan berfungsi pula sebagai senyawa fito-kimia.
Fraksi minyak buah merah memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, yaitu betakaroten dan
α-tokoferol. Kandungan betakaroten pada minyak buah merah sebesar 636.24 ppm, lebih besar dibandingkan pada fraksi air yang hanya
0.93 ppm Tabel 5. Budi et al. 2005 menyatakan bahwa proses kerja
betakaroten buah merah sebagai antioksidan untuk menonaktifkan pertumbuhan kanker melalui proses metabolisme yaitu berinteraksi dengan protein. Hal ini
dapat meningkatkan produksi antibodi, meningkatkan jumlah sel-sel Natural Killer
, serta memperbanyak aktivitas sel-sel T helpers dan limfosit sehingga menekan radikal bebas, senyawa karsinogen, dan kehadiran sel kanker.
Senyawa bioaktif lain yang terdapat dalam fraksi minyak buah merah adalah vitamin E. Menurut Papas 2002, penelitian terhadap peran vitamin E
terhadap kanker difokuskan pada α-tokoferol. Penelitian yang telah dilakukan
baru-baru ini, terutama menggunakan kultur sel, menunjukkan bahwa jenis
tokoferol yang lain dan tokotrienol dapat mempengaruhi perkembangan dan proliferasi beberapa sel kanker. Penelitian lain menunjukkan bahwa
α, γ, dan δ- tokotrienol serta
δ-tokoferol mendorong apoptosis pada sel kanker payudara. Kandungan total tokoferol pada fraksi minyak buah merah sebesar 22 940.35 ppm
Tabel 5. Kandungan yang tinggi tersebut merupakan suatu alasan lain yang
melatar belakangi kemampuan fraksi minyak dalam menghambat proliferasi sel kanker. Menurut Khomsan 2005, senyawa tokoferol vitamin E yang
terkandung di dalam minyak buah merah merupakan obat alami untuk mengatasi pembentukan karsinogen atau menghambat karsinogen mencapai target sel
sehingga kerusakan sel akibat kanker dapat dihindari serta menghalangi pembentukan nitrosamin komponen kimiawi yang bersifat karsinogen.
Selain antioksidan, fraksi minyak buah merah juga mengandung asam-
asam lemak dengan kandungan lemak sebesar 93.65 Tabel 4. Khomsan
2005 juga menyatakan bahwa asam lemak dapat berfungsi sebagai antibiotik dan antivirus yang dapat melarutkan membran lipida virus sehingga memblokir virus
tersebut. Asam lemak juga dapat memperlambat dan membunuh sel tumor aktif. Asam oleat W9 sebanyak 56.2 pada buah merah dapat memblokir senyawa
eicosanoids senyawa yang menstimulasi pertumbuhan tumor pada binatang
percobaan. Kandungan W9 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan pada minyak sawit sebesar 40.95 Anonim, 2008c.
Secara keseluruhan, kandungan karoten dan tokoferol pada fraksi air buah merah jauh lebih rendah dibandingkan pada fraksi minyak. Namun, berdasarkan
Gambar 13 dan Gambar 16, fraksi air memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap
sel kanker yang lebih tinggi dibandingkan fraksi minyak, dimulai pada konsentrasi 20 ulml dan 40 ulml. Hal ini dapat disebabkan adanya jenis fito-
kimia lain selain karotenoid dan tokoferol, yang bersifat polar, mungkin dari golongan fenol atau flavonoid. Hasil analisis total fenol terhadap sampel fraksi air
buah merah Tabel 5, menunjukkan bahwa kandungan total fenol pada fraksi air
buah merah sebesar 210.44 ppm. Menurut Hernani 2005, senyawa golongan fenolik mempunyai aktivitas antioksidan yang jauh lebih tinggi dibandingkan
vitamin C dan E. Kemampuan polifenol menangkap radikal bebas 100x lebih efektif dibandingkan dengan vitamin C dan 25x lebih efektif dibandingkan
vityamin E. Oleh karena itu, efek antiproliferasi yang diberikan terhadap sel kanker akan lebih tinggi. Mukhopadhyay 2000 menjelaskan bahwa polifenol
memiliki kemampuan berikatan dengan metabolit lain protein, lemak, dan karbohidrat membentuk senyawa kompleks yang stabil sehingga menghambat
mutagenesis dan karsinogenesis. Polifenol mempunyai sifat antioksidatif dan antitumor.
Fito-kimia sudah terbukti dapat mencegah timbulnya kanker kolon, payudara, usus dan lambung. Isoflavon yang banyak terdapat pada kedelai,
ginseng, buah dan sayur dapat menurunkan risiko terhadap kanker payudara. Senyawa fenolik kurkumin dari kunyit dan polifenol katekhin dari teh bersifat
protektif terhadap kanker lambung dan usus Amelia, 2002. Fitokimia lainnya, seperti senyawa flavonoid termasuk golongan polifenol telah terbukti secara in
vitro mempunyai efek biologis yang sangat kuat sebagai antioksidan, menghambat
penggumpalan keping-keping sel darah, merangsang produksi oksidasi nitrit yang dapat melebarkan relaksasi pembuluh darah dan juga menghambat pertumbuhan
sel kanker Karyadi, 2007. Faktor lain yang mempengaruhi proliferasi adalah pH lingkungan. Hasil
pengukuran pH terhadap kedua jenis fraksi menunjukkan bahwa pH fraksi air buah merah sebesar 6.13 sedangkan pH fraksi minyak sebesar 6.91. Freshney
1992 menyatakan bahwa pertumbuhan sel memerlukan pH 7.4. Bila pada proses pembiakan sel, pH media lebih rendah dari 7, pertumbuhan sel biasanya
terhambat. Namun, media kultur telah dilengkapi dengan buffer HEPES yang berfungsi mempertahankan pH lingkungan kultur sehingga tetap berkisar 7.4.
Kelarutan fraksi minyak dalam media kultur merupakan satu hal lain yang perlu dipertimbangkan sebagai alasan rendahnya antiproliferasi yang diberikan
terhadap sel kanker bila dibandingkan dengan fraksi air secara umum. Media pertumbuhan DMEMF12 yang digunakan merupakan media yang bersifat
polar, sedangkan fraksi minyak bersifat nonpolar. Senyawa yang bersifat nonpolar akan lebih larut dalam pelarut nonpolar. Oleh karena itu, fraksi minyak mungkin
tidak larut secara sempurna dalam media, meskipun fraksi minyak telah diberi penambahan DMSO sebagai pelarut yang akan membantu kelarutannya dalam
media. Hal ini menyebabkan kontak antara fraksi minyak dengan sel lebih
terhambat dan aktivitas antiproliferasinya secara in vitro menjadi lebih rendah dibandingkan dengan fraksi air yang bersifat lebih polar.
66 53
51 46
51 52 61
48
10 20
30 40
50 60
70
A n
ti p
rolif er
as i
kontrol positif
10 20
40 Konsentrasi ulml
K-562 HeLa
Gambar 18. Persentase antiproliferasi sel K-562 dan sel Hela pada berbagai
konsentrasi fraksi minyak buah merah
66 53
36 27
68 54
77 62
10 20
30 40
50 60
70 80
A n
ti p
r o
lif er
a si
kontrol positif
10 20
40 Konsentrasi ulml
K-562 HeLa
Gambar 19. Persentase antiproliferasi sel K-562 dan sel Hela pada
berbagai konsentrasi fraksi air buah merah
Gambar 18 dan 19 secara keseluruhan menunjukkan bahwa sel K-562
lebih dapat dihambat oleh kedua jenis fraksi buah merah dibandingkan dengan sel HeLa meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
antiproliferasi kedua fraksi yang secara umum lebih tinggi terhadap sel K-562. Menurut Ananta 2000, hal tersebut dapat disebabkan sifat dari sel HeLa yang
monolayer mengandung kolagen yang berperan sebagai penguat struktur sel. Sel HeLa dapat berproliferasi pada dinding dasar media sehingga strukturnya menjadi
lebih kuat dan kurang dapat dihambat oleh senyawa-senyawa antiproliferatif tertentu. Berbeda halnya dengan sel K-562, pertumbuhannya tidak membutuhkan
penguat struktur sel untuk menempel pada dasar media.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis proksimat, diperoleh kadar air basis basah untuk fraksi minyak dan air berturut-turut adalah 0.86 dan 98.92, kadar abu basis
kering sebesar 0.03 dan 11.92, kadar lemak basis kering 93.65 dan 38.24, kadar protein basis kering sebesar 0.08 dan 42.88, serta kadar karbohidrat
basis kering sebesar 6.22 dan 21.96. Fraksi minyak mengandung total karoten sebesar 4 505.43 ppm dengan
kandungan β-karoten sebesar 636.24 ppm. Fraksi air mengandung total karoten
sebesar 1.11 ppm dengan β-karoten sebesar 0.93 ppm. Nilai total tokoferol untuk
fraksi minyak adalah 22 940.35 ppm dengan kandungan α-tokoferol sebesar
481.48 ppm. Fraksi air memiliki total tokoferol sebesar 1836.03 ppm dengan α-
tokoferol sebesar 110 ppm. Fraksi minyak buah merah mengandung senyawa karotenoid dan tokoferol yang lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi air.
Berdasarkan analisis fisiko-kimia fraksi minyak buah merah terkait dengan derajat kerusakan minyak, diperoleh nilai titik cair sebesar 12.5
o
C, berat jenis 0.90 gml, turbidity point 58.0
o
C, indeks bias sebesar 1.46, nilai bilangan peroksida sebesar 12.80 mg ekivalenkg, bilangan penyabunan 242.28 mg KOHg sampel,
bilangan iod 71.02 g iod100 g lemak, dan asam lemak bebas sebesar 0.35. Hasil uji pengaruh ekstrak buah merah terhadap proliferasi sel kanker
secara in vitro menunjukkan bahwa kedua jenis fraksi buah merah mempunyai aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker HeLa dan K-562. Aktivitas
antiproliferasi kedua fraksi dapat mendekati bahkan melebihi aktivitas yang dimiliki oleh kontrol positif doxorubicin pada konsentrasi yang semakin tinggi.
Hasil analisis ragam dan uji Duncan menunjukkan bahwa jenis fraksi, perbedaan konsentrasi, serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap
jumlah sel dan nilai antiproliferasi sel HeLa. Jenis sampel juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah sel dan nilai antiproliferasi sel K-562.
Namun, jumlah sel dan nilai antiproliferasi sel K-562 dipengaruhi secara nyata oleh perbedaan konsentrasi serta interaksi antara jenis fraksi dan konsentrasi.
Peningkatan konsentrasi sampel yang diberikan, yaitu 10, 20, dan 40 µLmL