Tahapan Kritik Teks Hakikat Transliterasi

2.3.1 Tahapan Kritik Teks

Reynolds dan Wilson 1974:15 mengemukakan dua tahapan dalam kaitannya dengan kritik teks. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut. a Tahapan Pertama Tahapan pertama sering disebut resensi recencio. Yakni rekonstruksi teks berdasarkan gejala-gejala dalam naskah yang ditemukan. Tahapan resensi meliputi: 1. menentukan hubungan satu dengan lainnya dari naskah yang ada, 2. menyisihkan naskah yang dengan jelas merupakan turunan naskah yang ada karena tidak memiliki nilai independen eliminatio codicum descriptorum, 3. menggunakan hubungan yang tersusun untuk merekonstruksi manuscrip naskah yang hilang yang merupakan nenek moyang naskah saksi atau naskah varian. b Tahapan Kedua Tahapan kedua yakni pengujian, apakah termasuk teks yang asli atau bukan asli examinatio. Jika bukan asli maka tugas selanjutnya ialah memperbaiki emendatio. Hal ini bisa dilakukan dengan memisahkan kesalahan. Sementara itu, menurut Robson 1994:55 ada dua tahapan yang harus dilakukan oleh filolog, yakni penyajian dan penafsiran. Menyajikan teks dianggap lebih ilmiah, sedangkan menafsirkan teks dianggap lebih populer. Namun, pada dasarnya kedua proses tersebut merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan keberadaannya satu sama lain. Proses penyajian naskah dari bahan mentah dengan berbagai tingkat kesukaran, kemudian barulah proses penafsiran yang dimulai untuk menguak apa yang terkandung di dalamnya. Dari berbagai langkah penanganan teks, pada hakikatnya tetap bermuara akhir pada sebuah teks hasil perbaikan. Sebab, di dalam teks terdapat banyak tambal sulam, atau penyajian naskah dalam bentuk yang lebih memungkinkan tersentuh dan terbaca oleh khalayak umum tanpa kehilangan jati dirinya sebagai sebuah teks yang otonom atau berdiri sendiri.

2.3.2 Hakikat Transliterasi

Transliterasi ialah penggantian huruf atau pengalihan huruf demi huruf dari satu abjad ke abjad yang lain, atau transliterasi merupakan perubahan teks dari satu ejaan ke ejaan lain Lubis 2001:80. Sementara itu, menurut Sudjiman 1995:99 transliterasi diartikan sebagai penggantian jenis aksara yang pada umumya sudah kurang dikenal dengan aksara dari abjad yang lain yang dikenal dengan baik. Kedua pendapat tersebut pada dasarnya sama, yakni transliterasi merupakan pengalihan jenis aksara atau huruf yang satu dengan aksara yang lain yang disesuaikan dengan ejaan mutakhir yang berlaku. Umumnya, sebuah teks lama dibuat transliterasinya karena aksara yang digunakan di dalam teks tersebut sudah semakin asing bagi orang kebanyakan. Sementara itu, isi teks tersebut dianggap masih relevan dan penting untuk dilestarikan. Teks ditransliterasi sebagaimana mestinya dengan menggunakan tata bahasa dan ejaan yang berlaku saat ini sehingga pembaca sebagai masyarakat modern mampu memahami dan mengerti isi sebuah naskah tersebut. Transliterasi sangat penting untuk memperkenalkan teks-teks lama yang tertulis dengan huruf daerah. Sebagaimana diketahui bahwa teks-teks lama ditulis tanpa memperhatikan unsur-unsur tata tulis yang merupakan kelengkapan wajib untuk memahami teks. Hal ini berkaitan dengan gaya penceritaan yang mengalir terus, karena di masa lampau teks dibawakan atau dibacakan pada peristiwa- peristiwa tertentu untuk dihayati dan dinikmati secara bersama-sama. Sementara itu, penelitian kata-kata yang tidak memperhatikan pemisahan serta penempatan tanda baca yang tidak tepat dapat menimbulkan arti yang berbeda Baried 1985:65. Oleh karena itu, dalam melakukan transliterasi dibutuhkan pedoman dalam pelaksanaannya.

2.4 Hakikat Syair