Iman Kepada Allah SWT dan Kebesaran-Nya

4.6.1.1 Iman Kepada Allah SWT dan Kebesaran-Nya

Iman kepada Allah SWT adalah percaya dan meyakini dengan sepenuh hati terhadap adanya Allah dan kebesaran-Nya. Adanya iman kepada Allah SWT pada seseorang dibuktikan dengan perbuatannya sebagai dampak dari keyakinannya itu. Keyakinan akan keberadaan Allah SWT merupakan wujud ketauhidan manusia akan kekuasaan yang dimiliki Allah SWT dalam kesempurnaan yang lebih dibanding hamba-Nya. Dengan meyakini akan kebesaran Allah SWT maka akan menjadikan manusia bertambah iman dan selalu berupaya untuk menjadi hamba yang mulia. Dalam ajaran Islam, iman kepada Allah SWT merupakan rukun iman pertama yang harus ditanamkan dalam hati setiap muslim. Nilai luhur inilah yang mencoba ditegaskan pengarang kepada pembaca supaya terpupuk keimanannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Tuan semua lihatkanlah hamba berbatas dengan Sang Gajah boleh dilihat kebesaran Allah kepada segala orang yang salah SPJ, hal.37 Kutipan di atas menjelaskan bagaimana tokoh dalam naskah SPJ ini sangat percaya kepada Allah SWT dan kebesaran-Nya. Hal ini terlihat jelas secara eksplisit bagaimana sang tokoh menyebut ‘kebesaran Allah’ dalam syair tersebut. Hal ini berarti bahwa sang tokoh telah percaya adanya Allah dan percaya bahwa Allah maha besar. Penyebutan kata ‘kebesaran Allah’ juga berarti bahwa mitra tutur telah mengetahui dan percaya akan adanya Allah. Penyebutan kata ‘kebesaran Allah’ dalam syair juga terdapat pada kutipan berikut. Jika tuan di dalam rimba boleh melihat permainan hamba kepada Singa boleh dicoba kebesaran Tuhan kepada hamba SPJ, hal.8 Pada kutipan syair di atas juga dijelaskan bagaimana tokoh percaya akan adanya keajaiban Allah atau sejenis mukjizat yang diberikan kepada hamba-Nya. Hal ini secara tidak langsung menyatakan bahwa sang tokoh mempercayai adanya Allah dan kebesaran-Nya. Bahkan bukan hanya itu saja, sang tokoh juga percaya bahwa Allah pun bisa marah. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Nantilah lagi dua tiga hari aku hendak berjalan sendiri hendak mendapatkan Gajah jauhari dikutuk Allah mati berdiri SPJ, hal.30 Kutipan di atas menggambarkan sang tokoh aku, yakni Syah Alam percaya bahwa Allah pun bisa marah. Kemarahan Allah dilukiskan dengan cara mengutuk orang yang berbuat salah. Dengan percaya bahwa Allah bisa marah, ini berarti bahwa Syah Alam telah percaya adanya Allah SWT. Hal ini diperkuat pada kutipan berikut. Airnya hitam bercampur biru di situlah tempat buaya mengaru banyaknya tuan Allah yang tahu banyak menangkap binatang tertentu SPJ, hal.40 Pada kutipan di atas digambarkan bahwa kekuasaan Allah tiada batas. Salah satu kekuasaan atau kebesaran Allah adalah Allah yang maha tahu segalanya. Allah mengetahui segala yang diperbuat hamba-Nya dan hanya Allah yang mengetahui ketentuan takdir untuk hamba-hamba-Nya.

4.6.1.2 Iman Kepada Hari Kiamat