64 sebesar 2.218,3 ton per tahun dan 1.416,4 per tahun. Beban pencemaran Cu
berasal dari Sungai Tallo sebesar 1.687,1 ton per tahun.
b. Perhitungan Beban Limbah Berdasarkan Aktivitas Penduduk
Hasil perhitungan beban pencemaran yang berasal dari aktivitas penduduk point source diperoleh dari perkalian antara jumlah orang dari
aktivitas di sekitar daerah aliran limbah dengan konstanta beban limbah gkapitatahun. Jumlah beban limbah cair dari aktivitas penduduk per tahun dari
masing-masing aliran diperlihatkan pada Lampiran 12, 13 dan 14. Beban limbah cair domestik umumnya berupa bahan organik dan hara. Parameter untuk
mengukur beban limbah adalah nilai BOD
5
, nilai COD, N total dan P PO
4
. Daerah aliran kanal di wilayah Kota Makassar menjadi tempat aktivitas
penduduk. Diperkirakan aktivitas penduduk pada kanal ini menyumbang beban limbah cair cukup besar. Kanal melalui daerah pemukiman dengan jumlah
penduduk 336036 jiwa, jumlah hotel sebanyak 38 dengan jumlah kamar 1982 buah. Jumlah pengunjung per tahun sebesar 393552 orang. Daerah aliran ini
diperkirakan memberikan beban limbah cair sebesar 9294,124 ton BOD
5
per tahun; 17823,18 ton COD per tahun, 3981,172 ton N per tahun; 665,89 ton P per
tahun. Daerah aliran Sungai Tallo melalui pemukiman dengan jumlah penduduk
sebesar 48.892 jiwa, jumlah hotel 1 buah dengan jumlah kamar 22 buah dan pengunjung 9.504 orang per tahun. Diperkirakan beban limbah cair yang
dihasilkan sebesar 1.023,528 ton bahan organik yang tercermin pada nilai BOD
5
per tahun; 1.962,083 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun, 438,379 ton N per tahun; 73,385 ton P per tahun.
Aliran Sungai Jeneberang melalui daerah pemukiman di wilayah Kabupaten Gowa dan Kota Makassar. Pemukiman yang dilalui memiliki jumlah
penduduk sebesar 636.148 jiwa dan 7 buah hotel dengan jumlah kamar 153 buah dan jumlah pengunjung sebesar 66.096 orang per tahun, maka beban
limbah cair yang dihasilkan adalah sebagai berikut: 702,6873 ton bahan organik yang tercermin pada nilai BOD
5
per tahun; 1.347,302 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun, 300,9817 ton N per tahun; 50,36191 ton P
per tahun. Limbah domestik sebagian besar bersumber dari aktivitas penduduk Kabupaten Gowa yaitu berjumlah 552.293 jiwa.
Berdasarkan kedua perhitungan beban limbah tersebut menunjukkan bahwa aktivitas penduduk dari pemukiman dan hotel sangat kecil sumbangannya
65 terhadap beban pencemaran secara keseluruhan. Sebagai contoh Kanal
memberi beban limbah bahan organik yang tercermin pada nilai COD sebesar 179.596
ton per tahun, sementara dari aktivitas penduduk hanya sebesar 17823,18 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun. Kemudian
Sungai Tallo memberi beban limbah bahan organik yang tercermin pada nilai COD sebesar 1.563.218,6 ton per tahun, sementara dari aktivitas penduduk
hanya sebesar 1.962,083 ton bahan organik yang tercermin pada nilai COD per tahun.
Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu upaya lain untuk menekan beban pencemaran. Tidak hanya kepada penduduk di sekitar daerah aliran limbah,
tetapi membuat pengolahan limbah cair dari sumber pencemar sebelum masuk ke perairan pantai. Hal ini akan menekan beban pencemaran yang masuk ke
dalam sungai secara nyata. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kecenderungan
peningkatan konsentrasi parameter pencemar yang telah melebihi baku mutu air
laut dari tahun 2003-2005 diperlihatkan pada Gambar 19 sd Gambar 21.
Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran COD pada Tahun 2003 -2005
22.27 33.18
126
20 40
60 80
100 120
140
2003 2004
2005 Tahun
COD m
g L
Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran TSS pada Tahun 2003 -2005
17.83 24.375
44.4
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
2003 2004
2005 Tahun
TS S
m g
L
A B Gambar 19. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemar TSS A dan nilai
COD B pada perairan Pantai Kota Makassar tahun 2003-2005
66
Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Nitrat pada Tahun 2003 -2005
0.19 0.178
0.803
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
0.7 0.8
0.9
2003 2004
2005 Tahun
N it
rat m
g L
Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Fosfat pada Tahun 2003 -2005
0.038 0.195
0.267
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
2003 2004
2005 Tahun
P O
4 m
g L
A B Gambar 20. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemaran nitrat A dan
fosfat B pada perairan pantai Kota Makassar tahun 2003-2005
Analisis Trend Konsentrasi Beban Pencemaran Pb pada Tahun 2003 -2005
0.037 0.079
0.098
0.02 0.04
0.06 0.08
0.1 0.12
2003 2004
2005 Tahun
Pb m
g L
Gambar 21. Analisis kecenderungan konsentrasi pencemaran logam Pb B pada perairan pantai Kota Makassar tahun 2003-2005
Gambar 19 memperlihatkan bahwa parameter TSS cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Meningkatnya parameter TSS menunjukkan terjadinya
kegiatan konstruksi di sekitar daerah aliran sungai dan kanal yang menimbulkan erosi tanah. Terjadi pula kecenderungan peningkatan nilai COD dan Fosfat
yang berasal dari limbah industri dan domestik. Hal ini menunjukkan penggunaan
detergen yang sulit terurai masih cukup tinggi untuk wilayah Kota Makassar. Gambar 20 memperlihatkan peningkatan nitrat
dari sumber limbah domestik dan pertanian cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Konsentrasi beban limbah
parameter logam berat khususnya Pb dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan berada di atas baku mutu lingkungan.
B. Kapasitas Asimilasi
Kapasitas asimilasi suatu perairan ditentukan oleh morfologi dan dinamika perairan tersebut serta jenis dan jumlah limbah total pollutant load
67 yang masuk ke perairan Goldberg, 1992. Penentuan kapasitas asimilasi
dihitung secara tidak langsung Indirect approach yaitu dengan metode hubungan antara konsentrasi masing-masing parameter di perairan pesisir
dengan total beban limbah di muara sungai. Kemudian hasil ini dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk biota dan budidaya laut KEP-MEN LH No.
51MenKLH2004. Apabila kapasitas asimilasi telah terlampaui, berarti beban yang masuk ke
perairan pantai tergolong tinggi. Hal ini ditandai oleh konsentrasi eksisting parameter yang telah melebihi nilai ambang baku mutu air laut. Sebaliknya
apabila kapasitas asimilasi belum terlampaui, berarti beban limbah masih rendah dan bahan-bahan yang masuk ke perairan pantai telah mengalami proses-proses
difusi dan lain-lain. Beberapa parameter beban limbah cair yang masuk ke perairan pantai
Kota Makassar telah melampaui kapasitas asimilasinya yaitu berdasarkan batas baku mutu air laut. Adapun parameter yang telah melebihi baku mutu adalah
COD, TSS, Nitrat, Fosfat, dan logam berat. Sementara parameter BOD
5
belum melampaui baku mutu. Hubungan antara beban limbah bahan organik yang
tercermin pada nilai BOD
5
di muara dengan nilai BOD
5
di perairan pantai Kota Makassar di perlihatkan pada Gambar 22.
KAPASITAS ASIMILASI BOD5
y = 6E-06x + 2.4145 R
2
= 0.6673
2 2.2
2.4 2.6
2.8 3
3.2
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
45000 50000
BEBAN LIMBAH tontahun Kon
sentrasi B O
D5 m
gL
Baku mutu BOD5
Gambar 22. Hubungan antara beban limbah yang dilihat dari nilai BOD
5
di muara dengan konsentrasi BOD
5
perairan pantai Kota Makassar
68 Grafik hubungan diatas memperlihatkan bahwa perairan pantai Kota
Makassar masih mampu untuk mengurai bahan organik yang dapat diuraikan secara biologis nilai BOD
5
. Dengan nilai baku mutu yang ditetapkan sebesar 3 mgL, dan persamaan yang dihasilkan yaitu y = 6E-06x + 2,4145. maka perairan
pantai Kota Makassar mampu menguraikan bahan organik mudah urai sebesar 96.666 ton per tahun.
C. Tingkat Pencemaran
Penentuan tingkat pencemaran suatu perairan pantai perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari limbah yang berasal dari
daratan terhadap perairan pantai. Penggunaan metode indeks pencemaran Pollution Index ditujukan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap
parameter kualitas air yang diizinkan. Metode ini memberikan masukan kepada pengambil keputusan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila
terjadi penurunan kualitas perairan. Hasil penentuan tingkat pencemaran perairan pantai Kota Makassar
menggunakan ideks pencemaran IP berdasarkan kepada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51Men-KLH2004 tentang baku mutu air laut yang sesuai
untuk tingkat nasional adalah sebagai berikut: Tabel 7. Tingkat pencemaran perairan pantai Kota Makassar tahun 2005
No. Stasiun
IP Maks
IP Rata- rata
IP Kategori
1 Muara Sungai Tallo
2,56 1,14
1,98 Tercemar Ringan
2 Muara Kanal
Panampu 2,45 1,27 1,95
Tercemar Ringan
3 Muara Kanal Benteng
2,02 1,11
1,63 Tercemar Ringan
4 Muara Kanal Haji
Bau 4,48 1,69 3,39
Tercemar Ringan
5 Muara Kanal
Jongaya 2,14 133 1,78
Tercemar Ringan
6 Muara Sungai
Jeneberang 2,28 1,02 1,77
Tercemar Ringan
Sumber: Pengolahan Data 2005 Tabel 7 dan Lampiran 15 memperlihatkan bahwa perairan pantai Kota
Makassar telah mengalami pencemaran ringan oleh beberapa parameter kimia beban pencemaran. Kondisi berbeda ditemukan pada tingkat pencemaran
berdasarkan indeks keanekaragaman makrozoobentos. Perairan pantai Kota
69 Makassar telah mengalami pencemaran sedang sampai berat. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa indeks pencemaran Numerow mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap pencemaran. Namun fakta tersebut telah membuktikan
dan menjadi alasan yang kuat untuk melakukan pengendalian pencemaran terhadap perairan pantai Makassar.
4.3.4. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat serta Kejasama kelembagaan dalam Pengendalian Pencemaran Pantai
A. Karakteristik Responden
Untuk mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap pengendalian pencemaran pantai diperlukan informasi yang akurat. Sebagai
responden pada penelitian ini dipilih masyarakat yang berada di tiga lokasi yaitu: sekitar aliran Sungai Tallo, aliran Kanal dan aliran Sungai Jeneberang. Jumlah
responden sebanyak 150 orang dengan karakteristik yang diamati adalah umur, pendidikan, pendapatan. Adapun sebaran karakteristik responden ditiga lokasi
penelitian diperlihatkan pada Lampiran 16. - Tingkat Umur
Gambar 23 memperlihatkan bahwa umur responden berkisar antara 19-70 tahun. Berdasarkan sebaran sampel, umur responden dikelompokkan ke dalam 3
tiga kelompok yaitu kelompok usia muda 19 tahun, kelompok usia dewasa 20-55 tahun dan kelompok usia tua 56 tahun. Usia produktif dalam
penelitian ini menggunakan indikator usia ketenagakerjaan yaitu 15-55 tahun. Persentase kelompok umur yang terbesar terdapat pada kelompok umur dewasa
74,7, kelompok umur tua 24,6, dan kelompok usia muda 0,7.
- Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan formal responden dibagi dalam 3 tiga kategori yaitu rendah untuk responden yang berpendidikan Sekolah Dasar SD, sedang untuk
responden yang berpendidikan SLTP-SLTA, dan tinggi untuk responden yang berpendidikan Diploma-Sarjana. Gambar 23 menunjukkan pendidikan formal
masyarakat terbesar termasuk kategori rendah 79, sedang 60, dan tinggi 11. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat pada tiga
tipologi tersebut diperkirakan dapat membaca dan menulis.
70
1 41
38 33
9 11
17
5 10
15 20
25 30
35 40
45
J um
lah r es
p ond
en
Rendah Sedang
Tinggi
Umur Responden
Tallo Kanal Jeneberang
36 29
14 12
17 31
2 4
5 5
10 15
20 25
30 35
40
Jum lah
res po
nden
Rendah Sedang
Tinggi
Pendidikan Responden
Tallo Kanal Jeneberang
Gambar 23. Sebaran umur dan pendidikan responden pada daerah aliran beban limbah Kota Makassar
- Pekerjaan
Gambar 24 memperlihatkan bahwa pekerjaan responden pada umumnya sebagai nelayan 30, wiraswasta 30,7 dan buruh 13,3. Data ini
memperlihatkan bahwa masyarakat sangat erat kehidupannya dengan perairan pantai. Dalam keseharian aktivitas masyarakat dilakukan pada siang hari,
sehingga mempengaruhi partisipasinya pada berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan.
- Tingkat Pendapatan
Pendapatan responden perbulan dibagi dalam 3 tiga kategori yaitu rendah Rp.475.000, sedang Rp.475.000-Rp.950.000, dan tinggi
Rp.950.000. Lampiran 16 memperlihatkan bahwa tingkat pendapatan responden di tiga lokasi penelitian umumnya kurang dari Rp.475.000 kategori
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendapatan masyarakat masih relatif rendah.
Rendahnya rata-rata tingkat pendapatan masyarakat di tiga lokasi pantai Kota Makassar yang diteliti, berkaitan dengan pekerjaan mereka yang umumnya
sebagai nelayan dan buruh. Akibat ketidakmampuan secara ekonomi dilihat dari pendapatan yang rendah, menyebabkan masyarakat tidak dapat menyediakan
tempat pembuangan sampah, MCK dan fasilitas sanitasi lainnya. Keadaan ini berdampak pada pencemaran perairan pantai tempat mereka tinggal.
71
13 10
22
9 3
8 4
2 1
7 6
10 13
25
8 4
4 6
5 10
15 20
25
Ju m
la h
r e
s p
on de
n
Nelayan Buruh Pedagang PNS
Wiraswasta Lainnya
Pekerjaan Responden
Tallo Kanal
Jeneberang
34 38
19 16
10 27
1 4
5 10
15 20
25 30
35 40
Ju m
lah r
es p
ond e
n
Rendah Sedang
Tinggi
Pendapatan Responden
Tallo Kanal
Jeneberang
Gambar 24. Sebaran pekerjaan dan pendapatan responden pada daerah aliran beban limbah Kota Makassar
B. Persepsi Masyarakat Pantai Tentang Pengendalian Pencemaran Pantai Kota Makassar
Persepsi responden tentang pengendalian pencemaran pantai di kota Makassar diukur dari tiga jenis persepsi yaitu persepsi tentang pencegahan,
persepsi tentang penanggulangan dan persepsi tentang partisipasi. Pada Lampiran 17 diperlihatkan persepsi masyarakat pada tiap aliran beban limbah
yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar. Analisis ini dilakukan untuk memudahkan upaya mengendalikan pencemaran perairan pantai.
Pada umumnya masyarakat memiliki persepsi yang tinggi terhadap upaya pengendalian pencemaran pantai baik yang menetap di sekitar muara sungai
maupun kanal. Sehingga pemerintah sebaiknya perlu melakukan upaya mempertahankan pemahaman masyarakat tentang pengendalian pencemaran.
Gambar 25 memperlihatkan responden masyarakat di muara Sungai Tallo yang memiliki persepsi tinggi tentang perlunya pencegahan 90,
penanggulangan 92 dan perlunya partisipasi dalam pengendalian pencemaran pantai 92.
72
6 90
4 92
4 4
4 4
92
20 40
60 80
100
Rendah Sedang
Tinggi Pencegahan
Penanggulangan Partisipasi
Gambar 25. Persentase persepsi masyarakat Tallo tentang pengendalian pencemaran perairan pantai
Data pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah aliran beban limbah Sungai Tallo memiliki persepsi yang tinggi tentang
perlunya pengendalian pencemaran pantai sebesar 91,3 persen, sisanya 4,7 persen termasuk pada kategori sedang dan 4 persen pada kategori rendah di
dalam mempersepsikan pengendalian pencemaran pantai. Gambar 26 memperlihatkan responden masyarakat di muara Kanal
memiliki persepsi yang tinggi tentang perlunya pencegahan 90, penanggulangan 92 dan perlunya partisipasi dalam pengendalian
pencemaran pantai 92.
6 94
96
4 4
96
20 40
60 80
100 120
Rendah Sedang
Tinggi Pencegahan
Penanggulangan Partisipasi
Gambar 26. Persentase persepsi masyarakat di daerah kanal tentang pengendalian pencemaran perairan pantai
73 Pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di
daerah aliran beban limbah kanal memiliki persepsi yang tinggi tentang perlunya pengendalian pencemaran pantai sebesar 95,3 persen, sisanya 4,7 persen
termasuk pada kategori sedang dan 0 persen pada kategori rendah di dalam mempersepsikan pengendalian pencemaran pantai.
Gambar 27 memperlihatkan responden masyarakat di Muara Sungai Jeneberang memiliki persepsi yang tinggi tentang perlunya pencegahan 80,
penanggulangan 88 dan perlunya partisipasi dalam pengendalian pencemaran pantai 90.
20 80
88
12 2
8 90
20 40
60 80
100
Rendah Sedang
Tinggi Pencegahan
Penanggulangan Partisipasi
Gambar 27. Persentase persepsi masyarakat di daerah muara Sungai Jeneberang tentang pengendalian pencemaran perairan pantai
Lampiran 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di daerah aliran beban limbah Sungai Jeneberang memiliki persepsi yang tinggi tentang
perlunya pengendalian pencemaran pantai sebesar 86 persen, sisanya 13,3 persen termasuk pada kategori sedang dan 0,7 persen pada kategori rendah di
dalam mempersepsikan pengendalian pencemaran pantai. Persepsi yang tinggi terhadap upaya pengendalian pencemaran pantai
seperti terdapat pada Lampiran 17 menunjukkan keadaan positif untuk melakukan pengendalian pencemaran pantai di Kota Makassar di masa depan.
Adanya pemahaman yang tinggi dari masyarakat terhadap pengendalian pencemaran pantai memudahkan upaya pemerintah mengelola perairan pantai
yang telah mengalami pencemaran. Masyarakat pantai secara umum telah memiliki persepsi yang tinggi
terhadap pengendalian pencemaran pantai, namun tidak sejalan dengan kondisi
74 perairan pantai yang masih tetap mengalami pencemaran. Hal ini disebabkan
tidak adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai seperti tidak tersedianya tempat pembuangan sementara TPS dan sarana mandi cuci kakus
di sekitar pantai. Kondisi ini menyebabkan masyarakat terpaksa membuang limbah di sembarang tempat.
C. Partisipasi Masyarakat Pantai dalam Pengendalian Pencemaran Pantai Kota Makassar
Penentuan tingkat partisipasi masyarakat pantai terhadap upaya pengendalian pencemaran pantai Kota Makassar didasarkan pada perannya
dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran pantai. Hasil yang diperoleh dari responden dapat dilihat Gambar 28 dan Lampiran 18.
12 8
26 42
26 74
50 62
10 20
30 40
50 60
70 80
Tallo Kanal
Jeneberang Rendah
Sedang Tinggi
Gambar 28. Persentase partisipasi masyarakat tentang pengendalian pencemaran perairan pantai pada Muara Sungai Tallo, Kanal
dan Muara Sungai Jeneberang Masyarakat di daerah aliran beban limbah memperlihatkan partisipasi
dalam pelaksanaan yang cukup tinggi, namun untuk daerah kanal partisipasi responden terendah sebesar 50. Keterbatasan waktu yang dimiliki responden
untuk terlibat dalam kegiatan merupakan alasan lain tentang rendahnya partisipasi mereka dalam kegiatan pengendalian. Partisipasi tertinggi diperoleh di
daerah aliran Sungai Jeneberang sebesar 74. Tingginya partisipasi masyarakat didukung oleh aktivitasnya sebagai pengelola kawasan wisata pantai.
Dari ketiga lokasi penelitian, responden yang tidak pernah terlibat dalam kegiatan pengendalian ditemukan di daerah Sungai Tallo dan kanal. Rendahnya
partisipasi pelaksanaan kegiatan pengendalian pencemaran pantai, disebabkan oleh kesibukan sebagian besar masyarakat yang bekerja pada siang hari
sebagai nelayan, buruh dan wiraswasta. Umumnya pelaksanaan kegiatan
75 pengendalian yang diupayakan oleh pemerintah daerah biasanya dilakukan pada
hari Jum’at pagi. Meskipun partisipasi masyarakat di daerah aliran beban limbah dalam
pelaksanaan pengendalian pencemaran dikategorikan tinggi, namun kenyataan memperlihatkan masih terjadi pencemaran. Hal ini disebabkan oleh partisipasi
masyarakat pelaksanaan pengendalian pencemaran tidak didasari oleh kesadaran, tetapi oleh kegiatan mobilisasi yang dilakukan aparat pemerintah
ditingkat kecamatan dan kelurahan. Sebagian besar masyarakat tidak memiliki fasilitas MCK dan membuang sampah di sekitar rumah mereka. Oleh karena itu
maka diperlukan dukungan dari pemerintah daerah dalam bentuk peningkatan sarana dan prasarana kebersihan serta peningkatan kesadaran masyarakat
untuk menerapkan pola hidup bersih.
D. Kerjasama Kelembagaan
Kota Makassar sebagai kota pantai metropolitan memiliki struktur pemerintahan yang efisien, hal ini nampak dari perampingan yang dilakukan
pemeritah kota. Bapedalda Kota Makassar yang pada tahun sebelumnya merupakan lembaga yang mengelola lingkungan hidup digabung ke dalam satu
dinas dengan kebersihan dan keindahan kota. Dinas ini secara struktural berada dibawah Walikota Makassar.
Pelaksanaan pengendalian pencemaran di Kota Makassar dilakukan dengan memobilisasi aparat pemerintah kota, mulai dari kecamatan dan
kelurahan serta lembaga pemberdayaan masyarakat yang ada di kelurahan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jum’at dengan lokasi yang berpindah-pindah.
Secara struktural telah dilakukan upaya pengendalian pencemaran baik lingkungan darat maupun lingkungan laut. Namun upaya untuk melibatkan
berbagai stakeholders dalam bentuk kelembagaan belum dibentuk. Sehingga perlu upaya membentuk kerjasama kelembagaan dalam merencanakan dan
mengatur pelaksanaan pengendalian pencemaran.
4.4. Tipologi Aliran Beban Limbah