III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kota Pantai Makassar Provinsi Sulawesi Selatan, khususnya di daerah yang terdapat aliran beban limbah ke
perairan pantai Gambar 4. Pemilihan tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan: 1 Kota Makassar merupakan kota yang terletak di daerah
pantai. Aktivitas pembangunan yang terkait dengan perairan pantai terus meningkat dari tahun ke tahun; 2 Pengendalian pencemaran pantai diatur
dengan keberadaan PERDA nomor 14 tahun 1999 tentang larangan membuang sampah ke perairan pantai. Waktu penelitian pada bulan Desember 2004 - bulan
Januari 2006.
3.2. Metode Pengumpulan Data 3.2.1. Rancangan Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui studi kasus dengan metode survai yang dirancang untuk mendeskripsikan kondisi fisika, kimia, biologi, sosial dan
ekonomi serta kelembagaan lingkungan perairan pantai sebagai kondisi eksisting lingkungan. Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung meliputi
pengukuran parameter fisik, kimia dan biologi perairan pantai Kota Makassar, wawancara kelompok dan perorangan berstruktur dengan berpedoman pada
kuesioner. Data sekunder berupa kebijakan publik pengendalian pencemaran dan kondisi kependudukan diperoleh dari studi pustaka, laporan dan data
pengukuran lembaga penelitian. Tahapan penelitian diperlihatkan pada Gambar 5, dimulai dengan
menganalisis kondisi fisik, kimia dan biologi perairan pantai Kota Makassar untuk memberikan penilaian tingkat pencemaran perairan, dilanjutkan dengan
menentukan beban limbah dan kapasitas asimilasi untuk mengetahui parameter dan besarnya beban limbah yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar serta
kapasitas asimilasinya. Tahap selanjutnya adalah analisis persepsi dan partisipasi masyarakat dalam upaya pengendalian pencemaran perairan pantai
Kota Makassar. Data pada tahap ini digunakan dalam rangka menilai kondisi eksisting. Variabel yang diperoleh pada tahapan ini digunakan untuk menentukan
tipologi aliran beban pencemaran.
31
Mulai Studi pustaka dan penetuan pakar
Kebijakan pengelolaan lingkungan pantai
Analisis kondisi eksisting Kondisi eksisting
PEMODELAN
•
Pendekatan sistem
•
Analisis dinamik
•
Analisis prospektif Analisis tipologi
Strategi pengendalian Tipologi
Data primer data sekunder
PCA
Powersim MS-Excel
Selesai Gambar 5. Tahapan Penelitian
Tahap berikutnya dianalisis kebutuhan dari stakeholders dan
diformulasikan masalah dari kebutuhan-kebutuhan tersebut. Diagram sebab akibat dibuat sebagai dasar pembangunan model yang dibangun. Model
dibangun menggunakan program powersim. Pada tahap terakhir dilakukan analisis prospektif untuk mengidentifikasi
faktor-faktor kunci pada sistem. Berdasarkan alternatif perubahan faktor kunci dirumuskan berbagai skenario strategi masa depan dan akhirnya ditetapkan
strategi pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar.
32
3.2.2. Pelaksanaan Penelitian A. Penentuan Stasiun Pengamatan, Parameter Fisik Kimia dan Biologi
yang Diukur.
Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan aliran beban limbah cair yang masuk ke perairan pantai Kota Makassar. Kemudian ditentukan titik
pengambilan contoh, di sungai atau kanal dan di perairan pantai di muara sungai atau kanal. Adapun stasiun pengamatan yang ditetapkan adalah Stasiun 1 =
Sungai Tallo; Stasiun 2 = Kanal Panampu; Stasiun 3 = Kanal Benteng; Stasiun 4 = Kanal Haji Bau; Stasiun 5 = Kanal Jongaya; Stasiun 6 = Sungai
Jeneberang Gambar 4. Parameter yang diukur ditentukan berdasarkan parameter limbah cair kota yaitu suhu, salinitas, pH dan total padatan tersuspensi
TSS, chemical oxygen demand COD, biological oxygen demand BOD
5
, NH
3
, nitrat, fosfat, oksigen terlarut, logam Pb, Cd dan Cu. Parameter biologi
menggunakan struktur komunitas makrozoobentos yang bersifat tidak mobil, sehingga dapat menggambarkan pengaruh dari limbah kota.
B. Teknik Pengambilan Contoh Air dan Specimen Makrozoobentos serta Pengukuran Parameter Fisika-Kimia
Pengambilan contoh air dilakukan pada waktu air surut menggunakan botol Nansen, kemudian contoh air dimasukkan ke dalam botol dan disimpan
dalam coolbox, selanjutnya dibawa ke laboratorium.
Pengambilan specimen makrozoobentos dilakukan pada tiga titik di muara sungai atau kanal menggunakan
grab sampler dengan luas bukaan 16 cm
2
. Setelah disaring, specimen makrozoobentos dimasukkan ke dalam wadah berisi larutan alkohol, selanjutnya diidentifikasi dan dihitung jumlahnya di
laboratorium menggunakan kaca pembesar. Pengukuran parameter fisika kimia perairan pantai dilakukan pada waktu
air surut. Hal ini dilakukan untuk mendapat data pengaruh aliran beban limbah cair kota yang dominan. Metode analisa parameter fisik kimia dan biologi
perairan laut yang digunakan disajikan Tabel 2.
33 Tabel 2. Parameter kualitas air yang diteliti serta metode analisa dan
pengukurannya. Parameter Satuan Metode
AnalisaAlat Lokasi
Fisika 1. TSS
2. Suhu 3. pH
4. Salinitas Kimia
1. Oksigen terlarut 2. BOD
5
3. COD 4. Ammonia
5. Fosfat 6. Nitrat
7. Cd 8. Pb
9. Cu Biologi
1. Makrozoobentos mgl
o
C -
o oo
mg O
2
l mg O
2
l mg O
2
l mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl indm
2
Gravimetri Pemuaian
pH meter Pembiasan
Elektrokimiawi Titrimetri Winkler inkubasi 5
hari Titrimetri dengan pemanasan
Biru indofenol Molybdat
SSA SSA
SSA Pencacahan
Lab. In situ
In situ In situ
In situ Lab.
Lab. Lab.
Lab. Lab.
Lab. Lab.
Lab. Lab.
C. Sumber dan Beban Limbah serta Kapasitas Asimilasi Perairan Pantai
Pengumpulan data untuk mengidentifikasi sumber-sumber limbah dilakukan melalui wawancara dan data sekunder. Data beban limbah diperoleh
melalui pengukuran debit sungai dan kanal serta konsentrasi parameter beban limbah di muara tiap stasiun pengukuran. Data kapasitas asimilasi perairan
pantai diperoleh melalui pengukuran parameter beban limbah di perairan pantai dengan jarak berkisar 500 – 1000 meter dari muara sungai atau kanal.
D. Sosial Ekonomi Masyarakat
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berpedoman pada
kuesioner kepada responden terpilih dan akan menghasilkan data primer. Di samping itu dilakukan pula pengumpulan data sekunder yang relevan dengan
tujuan penelitian. Responden masyarakat diambil secara cluster random
sampling Faisal, 2003, Masyarakat yang menjadi responden bermukim di pantai dibagi berdasarkan jenis tipologi aliran yaitu:
1 Masyarakat sekitar muara Sungai Tallo; 2 Masyarakat sekitar muara kanal;
3 Masyarakat sekitar muara Sungai Jeneberang.
34 Pada tiap tipologi aliran diambil responden sebanyak 50 kepala keluarga,
sehingga total responden 150 kepala keluarga. Data yang dikumpulkan dari responden adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, persepsi
dan partisipasi. Dengan mengumpulkan data-data ini setelah dianalisis diharapkan dapat mengetahui karakteristik masyarakat.
E. Kerjasama Kelembagaan
Keberadaan dan peran kerjasama kelembagaan dalam pengendalian pencemaran pantai dilakukan melalui wawancara dengan
stakeholders dan pakar.
F. Data Validasi Model Sistem Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai
Pengumpulan data untuk validasi model sistem pengendalian pencemaran perairan pantai dilakukan dengan bantuan pakar
expert dalam bidang pengendalian pencemaran perairan pantai. Adapun kriteria yang
memenuhi syarat sebagai pakar adalah sebagai berikut Marimin, 2002: 1. Pakar yang mendapat pendidikan formal S2S3 pada bidang yang dikaji
2. Pakar yang berpengalaman pada bidang yang dikaji, tetapi memiliki pendidikan formal di bidang lain.
3. Pakar yang berpendidikan formal dan berpengalaman pada bidang yang dikaji.
4. Pakar berasal dari praktisi, didasarkan pada lama kerja dan kewenangan di suatu posisi tertentu.
3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan identifikasi adanya sejumlah kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan
suatu operasi sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam
mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan 2 penyusunan suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional.
Tahapan dengan metode pendekatan sistem meliputi analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi dan validasi,
implementasi
35
A. Analisis Kebutuhan Needs Analysis
Tahap awal yang harus dilakukan dalam pengkajian menggunakan pendekatan sistem adalah analisis kebutuhan. Analisis ini dinyatakan dalam
kebutuhan-kebutuhan stakeholders yang berpengaruh terhadap sistem yang
dikaji. S takeholders mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda sesuai perannya
masing-masing. S takeholders yang terlibat dalam sistem pengendalian
pencemaran perairan pantai Kota Makassar adalah: 1. Pemerintah Daerah, yaitu badan dan dinas-dinas pada pemerintahan daerah
Kota Makassar yang terkait dengan upaya pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar;
2. Masyarakat, yaitu orang-orang yang bertempat tinggal di sekitar pantai dekat dengan muara sungai atau kanal;
3. Pengusaha, yaitu orang-orang yang berusaha di sekitar pantai dekat dengan muara sungai atau kanal;
4. Lembaga Swadaya Masyarakat, yaitu lembaga dibentuk oleh masyarakat yang perduli dengan masalah pencemaran lingkungan laut;
5. Perguruan tinggi, yaitu perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang peduli dan meneliti masalah pencemaran lingkungan laut.
Analisis kebutuhan stakeholders terhadap upaya pengendalian pencemaran
perairan pantai kota adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah Daerah: Pengendalian yang melibatkan partisipasi masyarakat,
bantuan dana dan kerjasama antar lembaga. 2. Masyarakat: Pengendalian yang berkeadilan, tidak hanya masyarakat kecil
jadi sasaran, tetapi secara keseluruhan; 3. Pengusaha: Pengendalian yang tepat sasaran dan berkelanjutan;
4. Lembaga Swadaya Masyarakat: Pengendalian yang melibatkan partisipasi masyarakat dan berkeadilan;
5. Perguruan tinggi: Pengendalian yang efektif dan efisien.
B. Formulasi Permasalahan
Formulasi masalah dilakukan atas dasar penentuan informasi yang telah dilakukan melalui identifikasi sistem yang dilakukan secara bertahap Eriyatno,
1999. Rumusan permasalahan dapat diartikan sebagai gugus kriteria kelakuan sistem untuk selanjutnya dievaluasi.
36 Berdasarkan analisis kebutuhan dan adanya perbedaan kepentingan
antar stakeholders dalam sistem pengendalian pencemaran perairan pantai Kota
Makassar, maka dapat diformulasikan masalah sebagai berikut: belum tersedianya strategi pengendalian pencemaran perairan pantai yang efektif dan
efisien.
C. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang terlibat di dalam sistem yang akan dikaji. Identifikasi sistem digambarkan
dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat causal loop. Diagram lingkar sebab
akibat adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan sebab akibat causal
relationships ke dalam bahasa gambar tertentu. Bahasa gambar tersebut dibuat dalam bentuk garis panah yang saling mengait, sehingga membentuk sebuah
diagram sebab akibat causal-loop, pangkal panah mengungkapkan sebab dan
ujung panah mengungkapkan akibat. Pada Gambar 6 diperlihatkan diagram sebab akibat dari sistem
pengendalian pencemaran pantai Kota Makassar.
IPAL Jumlah
Industri
Beban Limbah Domestik
Jumlah Hotel
Beban Pencemaran
Kesejahteraan penduduk
+ +
+ +
+ -
- +
Beban limbah industri
+
+ Jumlah
penduduk
+ +
Partisipasi Masyarakat
Tingkat Pendidikan
+
+
- Konsentrasi
limbah
Baku Mutu
+
Gambar 6. Diagram lingkar sebab akibat causal loop sistem pengendalian
pencemaran perairan pantai Kota Makassar.
37 Sistem pengendalian pencemaran pantai diidentikkan dengan komponen
perairan pantai kota yang merupakan suatu ekosistem terbuka oleh pengaruh dari luar. Peningkatan jumlah penduduk dan industri pada kota pantai
menghasilkan berbagai jenis limbah cair dalam jumlah yang besar. Perairan pantai kota Makassar menerima limbah melalui sungai dan
kanal. Dengan kapasitas asimilasi yang dimiliki perairan pantai sebenarnya limbah dapat dikurangi daya racunnya, namun dengan beban limbah yang terus
meningkat seiring berkembangnya penduduk dan industri berakibat kapasitas asimilasi menurun. Menurunnya kapasitas asimilasi menimbulkan akumulasi
limbah dan meningkatkan tingkat pencemaran perairan pantai. Peningkatan pencemaran perairan pantai akan menurunkan kualitas dan
kuantitas sumberdaya hayati. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap keberlangsungan aktivitas pembangunan seperti perikanan, pariwisata,
pemukiman dan investasi. Pemerintah daerah selaku pengelola kota mempunyai tanggungjawab mengendalikan pencemaran perairan pantai. Hal ini dilakukan
untuk melindungi masyarakat dari dampak pencemaran yang ditimbulkan. Harapan seluruh
stakeholder terhadap upaya pengendalian pencemaran perairan pantai Kota Makassar adalah terjadinya penurunan tingkat pencemaran,
adanya partisipasi stakeholder dan tersedianya payung hukum. Pada Gambar 7
diperlihatkan diagram black box sistem pengendalian pencemaran perairan
pantai Kota Makassar.
3.4. Pemodelan