23
diagonal sedangkan kappa accuracy sudah mempertimbangkan commission dan omission. Hal ini menyebabkan nilai overall accuracy memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kappa accuracy. Adapun rumus kappa accuracy adalah sebagai berikut Jensen, 1986 :
Dimana : X
ii
X : Nilai diagonal dari matrik kontingensi baris ke-i dan kolom ke-i
i+
X : jumlah pixel dalam baris ke-i
+i
N : banyaknya pixel dalam contoh
: jumlah pixel dalam kolom ke-i
r : Jumlah tipe penggunaan lahan
Pengujian hasil klasifikasi diharapkan mendapatkan nilai overall accuracy diatas 85 Jensen, 1986.
3.5.2. Analisis Faktor-faktor Penyebab Perubahan PengunaanPenutupan
Lahan
Faktor penyebab perubahan penggunaanpenutupan lahan diperoleh berdasarkan persepsi masyarakat dengan menggunakan pendekatan AHP. Struktur
hirarki dalam penentuan faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan penutupan lahan ditampilkan pada Gambar 4.
3.5.3. Prediksi Perubahan PenggunaanPenutupan Lahan
Prediksi perubahan penggunaanpenutupan lahan dilakukan dengan menentukan penggunaanpenutupan lahan dengan pendekatan hasil kuesioner
AHP yang menghasilkan alokasi penggunaanpenutupan lahan. Dengan alokasi, penggunaanpenutupan lahan tahun 1999 dan tahun 2011, yang diperoleh dari
matriks perubahan penggunaanpenutupan lahan yang didapat dari modul Cellular Automata Markov CA Markov maka dapat dihasilkan peta prediksi penggunaan
penutupan lahan tahun 2023. Prediksi perubahan penggunaan lahan pada penelitian ini mengacu pada penelitian Munibah 2008 yang dilakukan
24
menggunakan software IDRISI dengan modul Cellular Automata Markov CA- Markov. Data yang diperlukan yaitu peta penggunaan lahan tahun 2011, alokasi
penggunaan lahan berdasarkan hasil persepsi masyarakat mengenai perubahan perubahanpenutupan lahan yang dapat ditoleransi, matriks transisi perubahan
transitional probabilityarea matrix, TPM dan moving filter. Moving filter yang digunakan adalah default dalam software Idrisi 32 dengan ukuran 5 x 5 dimana 1
grid penggunaan lahan akan ditentukan perubahannya oleh 24 grid penggunaan lahan tetangganya.
Gambar 4. Hirarki Penentuan Faktor Penyebab Perubahan Penggunaan Penutupan Lahan.
3.5.4. Analisis Perubahan PenggunaanPenutupan Lahan Yang Dapat
Ditoleransi dengan pendekatan Analytical Hierarchy Prosess AHP
Metode AHP merupakan suatu metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan, sekaligus alat bantu untuk memahami kondisi suatu sistem dan
melakukan prediksi melalui suatu proses. AHP juga sangat berguna dan penting sekali untuk menentukan prioritas dari beberapa faktor atau alternatif yang ada
dan akan diterapkan. Analisis AHP dilakukan melalui beberapa proses yaitu :
1. Identifikasi system : proses untuk menemukan pokok permasalahan yang
akan diselesaikan, menentukan tujuan yang ingin dicapai, kriteria-kriteria
Faktor Penyebab Perubahan PenggunaanPenutupan
Kemiringan Lereng
Ketinggian Jenis Tanah
Jumlah Penduduk
Sumber Pendapatan
Faktor Penyebab Perubahan PenggunaanPenutupan
25
yang akan digunakan untuk menentukan pilihan alternatif-alternatif yang akan dipilih.
2. Penyusunan hirarki dengan melakukan abstraksi antara komponen dan
dampak-dampaknya pada sistem. Bentuk abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan, tersusun dari puncak atau sasaran utama turun ke sub-
sub tujuan, kemudian turun ke pelaku aktor yang memberi dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku, kemudian kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan
akhirnya memberikan hasil dari strategi tersebut. Penyusunan atas struktur keputusan dilakukan untuk menggambarkan elemen sistem atas alternatif
keputusan yang teridentifikasi. 3.
Penyusunan matriks pendapat individu untuk setiap kriteria dan alternatif dilakukan melalui perbandingan berpasangan, yaitu perbandingan setiap
elemen sistem dengan elemen lainnya pada setiap tingkat hirarki secara berpasangan sehingga diperoleh nilai tingkat kepentingan elemen dalam
bentuk pendapat kuantitatif. Skala penilaian digunakan untuk mengkuantifikasikan pendapat kualitatif tersebut sehingga akan diperoleh
nilai pendapat dalam bentuk angka kuantitatif sebagaimana ditampilkan pada Tabel 3. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk
menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif dapat dibandingkan sesuai dengan judgement
yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Tabel 3. Skala pengisian matriks perbandingan berpasangan.
Skala Definisi
Penjelasan 1
Sama penting Kedua pilihan berkontribusi sama
penting terhadap tujuan 3
Moderat lebih penting Salah satu pilihan sedikit lebih
diminati dibandingkan pilihan lainnya 5
Lebih penting Salah satu pilihan lebih diminati
dibandingkan pilihan lainnya 7
Sangat lebih penting Sangat nyata lebih penting dan terbukti
dari beberapa fakta sangat lebih penting dibandingkan pilihan lainnya
9 Amat sangat lebih penting
Jelas dan sangat meyakinkan jauh lebih penting dibandingkan dengan
pilihan lainnya 2,4,6,8
Kondisi diantara dua pilihan Dipilih jika perlu kompromi antara 2
pilihan yang dibandingkan
26
Kebalik an
Jika pilihan i berbobot salah satu dari pilihan di atas dibandingkan pilihan j, maka jika perbandingan dibalik, maka menjadi nilai kebalikannya
Sumber : Saaty 1993
Nilai-nilai perbandingan yang telah dilakukan harus diperoleh tingkat konsistensinya, misalnya bila dalam melakukan perbandingan, hasil yang
didapat AB dan BC, maka secara logis seharusnya AC. Untuk menghitung tingkat konsistensi ini analisis AHP menggunakan rumus
consistency Ratio yaitu : dimana
Dengan CR = Consistency Index
CI = Consistency Index
RI = Random Index
λ = Akar Ciri
n = jumlah ordo matriks
4. Penyusunan matriks gabungan, pengolahan vertikal menentukan vektor
prioritas sistem. Setelah consistency ratio memenuhi, dilakukan penyusunan matriks gabungan responden. Selanjutnya dilakukan pengolahan vertikal
dan menentukan vektor prioritas sistem. Metode AHP ini untuk mendapatkan bobot perubahan penggunaan
penutupan lahan yang dapat ditoleransi berdasarkan persepsi dari setiap stakeholder dengan mempertimbangkan beberapa kriteria perubahan penggunaan
penutupan lahan yang ada. Metode yang dipakai adalah purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 8 orang yang merupakan stakeholder
pengelolaan Cagar Biosfer Cibodas yang terdiri dari unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi dan masyarakat. Data yang digunakan dalam
perhitungan Perbandingan Berpasangan adalah data hasil rata-rata geometrik dari seluruh responden untuk tiap perubahan penggunaan lahan. Nilai yang diperoleh
selanjutnya distandarisasinormalisasi menjadi interval 0 hingga 1. Para responden akan diukur tingkat konsistensinya yaitu harus kurang dari 10 atau 0,1, jika
lebih dari itu maka hasil kuesionernya tidak akan digunakan. Pola pikir untuk menggambarkan perubahan penggunaan lahan yang dapat ditoleransi di Cagar
Biosfer Cibodas ditampilkan pada Gambar 5.
27
Gambar 5. Skema Hirarki Penentuan Bobot Perubahan PenggunaanPenutupan Lahan di Cagar Biosfer Cibodas yang Dapat Ditoleransi.
3.5.5. Analisis Deskriptif Penyusunan Skenario dan Arahan Kebijakan