matematis merupakan pembeda suatu SIG dengan sistem informasi yang lain.
4. Data output : Komponen ini berfungsi menghasilkan keluaran seluruh atau
sebagian basis data dalam bentuk a cetak lunak softcopy berupa produk pada tampilan monitor monokrom atau warna, b cetak keras hardcopy
yang bersifat permanen dan dicetak pada kertas, mylar, film fotografik atau bahan-bahan sejenis, seperti peta, tabel dan grafik dan c elektronik
berbentuk berkas file yang dapat dibaca oleh komputer. Menurut Barus dan Wiradisatra 2000 aplikasi SIG telah banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti pengelolaan dalam penggunaan lahan di bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Di bidang bisnis dan perencanaan
pelayanan seperti analisis wilayah pasar dan prospek pendirian suatu bisnis baru. Di bidang lingkungan aplikasi SIG digunakan dalam analisis erosi dan
dampaknya, analisis daerah rawan banjir, kebakaran atau lahan kritis dan analisis kesenjangan. Seperti juga penginderaan jauh yang telah diaplikasikan oleh
berbagai kalangan dan kepentingan, maka aplikasi SIG telah digunakan baik oleh kalangan swasta, perguruan tinggi maupun pemerintah daerah. Aplikasi SIG untuk
tugas dan kewenangan pemerintah daerah sebagian besar berkaitan dengan data geografis dengan memanfaatkan keandalan SIG antara lain : kewenangan di
bidang pertanahan, pengembangan ekonomi, perencanaan penggunaan lahan, kesehatan, perpajakan, infrastruktur jaringan jalan, perumahan, transportasi,
informasi kependudukan, pengelolaan darurat dan pemantauan lingkungan.
2.9. Analytical Hierarchy Process AHP
Analytical Hierarchy Process AHP atau Analisa Proses berhierarki merupakan salah satu metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari
berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria multi criteria. Karena sifatnya multi kriteria, maka AHP cukup banyak digunakan untuk penyusunan
prioritas. Disamping bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu proses yang terstruktur dan logis Susila dan Munadi, 2007. AHP adalah
prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatifkan
dalam satu set perbandingan berpasangan. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya adalah karena adanya struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari
kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail serta memperhitungkan validasi sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan Saaty, 1993. Metoda ini telah didapati sebagai pendekatan yang praktis dan efektif
karena dapat mempertimbangkan keputusan yang tidak tersusun dan rumit Partovi, 1994. Hasil akhir dari AHP adalah suatu ranking atau pembobotan
prioritas dari tiap alternatif keputusan atau disebut elemen. Secara mendasar, ada tiga langkah dalam pengambilan keputusan dengan AHP, yaitu: membangun
hirarki, penilaian, dan sintesis prioritas. Pemodelan menggunakan AHP dilakukan dengan membentuk suatu
hirarki struktural yang dilakukan dengan memecah masalah yang kompleks. Suatu struktur hirarki sendiri terdiri dari elemen-elemen yang dikelompokkan dalam
tingkatan-tingkatan level. Saaty 1993 menyatakan bahwa suatu struktur hirarki dapat dibentuk dengan menggunakan kombinasi antara ide, pengalaman dan
pandangan orang lain. Oleh sebab itu tidak ada suatu kumpulan prosedur baku yang berlaku secara umum dan absolut untuk pembentukan hierarki.
Teknik perbandingan berpasangan dari proses Analisis Hierarki Analytical Hierarchy ProcessAHP merupakan metode pengambilan keputusan
yang sederhana dan fleksibel serta dapat menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu masalah. Metode ini pertama kali diperkenalkan
oleh Prof. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Bussines, University of Pensylvania pada tahun 1970. Menurut Saaty 1993, metode AHP bukanlah suatu
formula ajaib atau model yang dapat memberikan jawaban “paling benar” melainkan merupakan suatu proses yang dapat membantu pengambil keputusan
untuk menemukan jawaban “terbaik” yakni jawaban pilihan yang paling memenuhi tujuansasaran dari permasalahan yang dihadapi.
Dalam persoalan pengambilan keputusan, penting untuk mengetahui betapa baiknya konsistensi, karena diharapkan keputusan tidak diambil
berdasarkan atas pertimbangan dengan konsistensi begitu rendah sehingga terlihat seperti pertimbangan acak. Di lain pihak, konsistensi sempurna sukar dicapai
namun konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan prioritas untuk elemen-elemen dari beberapa kriteria adalah perlu untuk memperoleh hasil yang
sahih dalam dunia nyata. Metode AHP mengukur konsistensi menyeluruh dari berbagai pertimbangan melalui suatu rasio konsistensi yang harus memiliki nilai
10 atau kurang Saaty, 1993.
III. METODOLOGI
3.1. Kerangka Pemikiran