Latar Belakang Analysis of land use land cover change in Cibodas biosphere reserve area in supporting the existence of Mount Gede Pangrango national park

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cagar Biosfer adalah situs yang ditunjuk oleh berbagai negara melalui kerjasama dengan program Man and Biosphere MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keaneragaman hayati dan pembangunan berkelanjutan, berdasarkan pada upaya masyarakat lokal dan ilmu pengetahuan yang handal. Cagar Biosfer mempunyai tujuan untuk mewujudkan pengelolaan lahan, perairan tawar, laut dan sumber daya hayati secara terpadu, melalui program perencanaan bioregional, yang mengintegrasikan konservasi keanekaragaman hayati ke dalam pembangunan berkelanjutan, dan yang dapat dicapai melalui pengembangan sistem zonasi tepat. Sistem zonasi ini mencakup: zona inti, zona penyangga dan zona transisi. Zona inti adalah kawasan yang dilindungi secara ketat, yang dikelilingi oleh zona penyangga yang menekankan pada aspek konservasi, namun masyarakat diperbolehkan tinggal dan bekerja, dan zona transisi, atau disebut juga wilayah kerjasama, untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan The Indonesian Man and Biosphere MAB Program National Committee Indonesian Institute of Sciences LIPI, 2010. Cagar Biosfer Cibodas merupakan salah satu cagar biosfer yang terdapat di Indonesia yang ditetapkan pada tahun 1977 dengan zona inti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang ditetapkan pada tahun 1980. Berdasarkan laporan review Man And Biosphere Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia MAB-LIPI, luas cagar biosfer Cibodas adalah 114.779 ha. Keadaan alamnya yang khas dan unik, menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub-montana, montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana. Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju Dacrycarpus imbricatus, dan puspa Schima walliichii. Ekosistem subalpin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis, bunga eidelweis Anaphalis javanica, violet Viola pilosa, dan cantigi Vaccinium 2 varingiaefolium. Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yaitu owa Hylobates moloch, surili Presbytis comata comata, dan lutung budeng Trachypithecus auratus auratus, dan satwa langka lainnya seperti macan tutul Panthera pardus melas, landak Jawa Hystrix brachyura brachyura, kijang Muntiacus muntjak muntjak, dan musang tenggorokan kuning Martes flavigula. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu terdapat sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis diantaranya termasuk burung langka yaitu elang Jawa Spizaetus bartelsi dan burung hantu Otus angelinae. Keanekaragaman hayati yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan aset sumber daya alam yang penting dan cukup rentan mengalami gangguan yang disebabkan oleh adanya aktivitas manusia. Aktivitas manusia dalam kegiatan yang dilakukan seringkali melupakan keberadaan sumber daya alam hayati yang berada di sekitarnya. Aktivitas tersebut seringkali mengakibatkan kerusakan sehingga pada akhirnya akan menyebabkan terganggunya ekosistem alam. Wilayah zona penyangga dan zona transisi Cagar Biosfer Cibodas saat ini banyak dilakukan pengembangan dan pembangunan terkait dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu hal yang menyebabkan peningkatan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan. Bentuk-bentuk pemanfaatan lahan yang dilakukan untuk aktivitas manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup yaitu untuk kegiatan pertanian, pemukiman, perkebunan, dan kegiatan lainnya. Pemanfaatan lahan yang berada pada zona transisi dan zona penyangga seharusnya disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta dapat dilakukan terkait dengan tujuan dari cagar biosfer yaitu mengintegrasikan konservasi keanekaragaman hayati ke dalam pembangunan berkelanjutan dan keselarasan hubungan antara pembangunan ekonomi, pemberdayaan masyarakat dan perlindungan lingkungan. Keberadaan Cagar Biosfer Cibodas adalah untuk mendukung keberadaan zona inti yaitu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Perubahan penggunaan penutupan lahan yang terjadi di Cagar Biosfer Cibodas secara tidak langsung akan 3 memberikan dampak terhadap zona inti. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis perubahan penggunaanpenutupan lahan yang terjadi pada zona inti, penyangga dan transisi. Analisis perubahan penggunaanpenutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas merupakan salah satu upaya untuk mengetahui kondisi perubahan penggunaanpenutupan lahan terkait dengan keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hasil analisis citra Landsat dapat dimanfaatkan untuk melihat perubahan penggunaanpenutupan lahan yang terjadi pada suatu wilayah. Pemanfaatan penginderaan jauh menurut Petit et al 2001 merupakan salah satu cara untuk mengetahui secara cepat alih fungsi lahan. Teknik analisis dapat menggunakan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis SIG. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji perubahan penggunaanpenutupan lahan yang terdapat di Cagar Biosfer Cibodas yang dapat ditoleransi dan mendukung fungsi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango serta faktor- faktor yang mempengaruhinya, dan prediksi perubahan penutupan lahan pada Cagar Biosfer Cibodas. Tujuan lain yang ingin dicapai melalui penelitian ini yaitu untuk mendapatkan skenario dan arahan kebijakan pengendalian perubahan penggunaanpenutupan lahan di Cagar Biosfer Cibodas terkait dengan keberlanjutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

1.2. Perumusan Masalah